Rapunzel.iciousAvatar border
TS
Rapunzel.icious
Mencari yang Tak Kembali (true story)
Hallo Agan, Hallo Sista. Sudah makan?
Setelah mengamati beberapa thread dan berdiskusi dengan beberapa teman (tentang cara menulis thread yang based on true story), akhirnya gue putuskan untuk menuliskan kisah ini. Alasannya, biar gue bisa tetap waras. Soalnya, gue pendam sendiri kok lama-lama bikin senewen ya. emoticon-Nohope
Ini real story, tapi subjek utamanya bukan gue. Gue di sini sebagai pemeran figuran, tapi gue paling banyak tahu. Karena paling banyak tahu, gue merasa cukup terbebani. Terlebih lagi, gue nggak bisa ngelakuin apa-apa selain sebagai pendengar setia saja.
Kisah ini masih anget-anget tai ayam. Kejadiannya di tahun 2019 awal dan masih belum menemukan penyelesaiannya sampai sekarang. Namun, seenggaknya sekarang alias bulan Agustus ini, keadaan sudah agak lebih baik.



Hari Rabu pagi, gue dipanggil oleh Tante Beth untuk datang ke rumahnya. Tante Beth minta tolong merapikan ketikan word-nya. Pekerjaan sepele kan. Gue berpikir siang atau sore pasti bisa selesai. Jadi, gue yang saat itu kerja di malam hari, masih bisa ada waktu untuk istirahat sebelum berangkat.

Oh ya, panggil gue Cel. Gue cewek umur 20++, seumuran dengan anaknya Tante Beth. Bedanya, gue masih single, anaknya Tante Beth udah punya pacar (Oke maaf bila informasi ini nggak penting, tapi someday akan penting karena berhubungan dengan kelanjutan kisah ini). Anehnya, meski seumuran, gue sama dia nggak deket. Padahal sejauh yang gue tahu, kalau sepupuan dengan umur yang sama (beda beberapa bulan) biasanya jadi BFF. Namun, gue dengan Stela (sepupu gue) malah seperti tidak memiliki hubungan keluarga. Ada banyak jarak yang nggak gue pahami kenapa bisa seperti itu.

Karena kisah yang gue ceritakan ini tentang Stela, gue akan kasih sedikit informasi tentang dia. Stela lulus kuliah hanya membutuhkan waktu 3 tahun saja. Setelahnya, dia melanjutkan kuliah profesi selama 1 tahun. Silakan tebak, kuliah di jurusan apa Stela ini. Luckily, dia nggak mengalami apa yang namanya menganggur setelah mendapat gelar. Dia langsung diterima bekerja di salah satu instansi kesehatan, meskipun hanya sebagai pekerja kontrak yang setiap tahun harus diperbaharui kontraknya bila ingin memperpanjang kerja di tempat tersebut. Tapi, honor yang dia dapat bisa melebihi honor PNS. Bedanya hanya pada jumlah tunjangan saja. Menurut gue sih, segitu udah lumayan ya. Seenggaknya bisa banget dipake buat bayar cicilan mobil kaleng kong guan (red: mobil lcgc).

Pagi itu, Stela belum keluar kamar padahal udah jam setengah 8. Gue yang ada di rumah Tante Beth dari jam 7, otomatis jadi orang yang tahu apa yang sedang terjadi.

“Stel, udah jam setengah 8. Nanti kesiangan,” ujar Tante Beth.

Tanpa membuka pintu kamar, Stela menjawab dengan agak berteriak, “Udah izin, nggak akan masuk kerja.”

“Stela sakit?” tanya Tante Beth dengan mimik wajah yang khawatir.

“Cape aja. Pengen istirahat,” jawab Stela masih tetap tidak membuka pintu kamar.

Tante Beth tidak melanjutkan pembicaraan. Dia balik lagi ke ruang kerjanya dan menghampiri gue.

“Kemarin pundung sama si Om,” kata Tante Beth. “Pengen kuliah S2 di Jogja. Si Om nggak ngasih izin. Lagian di sini juga kampus negeri ada 2. Bagus-bagus pula. Ngapain jauh-jauh ke Jogja.”

Gue mendengarkan sambil masih bergelut dengan layar komputer.

“Sempet ikut tes LPDP nggak lulus di bagian persyaratan. IELTS nya kurang. Udah tes 2 kali tetap nilainya kurang. Maksa pengen kuliah di mana sih negara yang deket kutub itu?”

Gue yang udah lupa pelajaran Geografi, sempet bingung saat Tante Beth bilang negara yang deket kutub. Apa ya? Antartika?

“Ya kalau maksain kuliah di luar negeri tanpa beasiswa sih bisa. Tapi kalau Bahasa Inggris aja nggak lancar kan malah jadi masalah ke dia sendiri,” kata Tante Beth. Gue cuma senyum dan manggut-manggut.

Beberapa saat kemudian, Stela keluar dari kamarnya dengan pakaian rapi dan tas ransel besar yang kayaknya penuh banget. Dia nggak menghampiri Tante Beth bahkan untuk salam. Dia cuma ngomong dari kejauan kalau dia mau ke perpustakaan.

“Itu bawa apa di tas?Gede banget?” tanya Tante Beth.

“Novel. Mau dikembaliin.”

“Ya udah, hati-hati di jalan. Pulang jam berapa?”

“Sebelum magrib.” Stela keluar rumah dan Tante Beth pun tidak mengantar sampe pintu. Selain karena deadline kerjaan untuk besok, yang gue perhatikan kayaknya Tante Beth agak malas dengan kelakuan anaknya.

Setelah Stela berangkat dengan motornya, Tante Beth sempat berkata, “Katanya mau istirahat, tapi jam 9 udah pergi buat jalan-jalan.”

Lagi-lagi, gue cuma bisa senyum ketika menanggapi keluhan Tante Beth.

Di luar dugaan, ternyata membantu pekerjaan Tante Beth cukup memakan banyak waktu. Jam setengah 6 sore, gue masih di rumahnya. Om Dion udah pulang dan Tante Beth mulai menghubungi Stela yang masih belum pulang juga.

Telepon Stela nggak diangkat. Whatsapp nggak di read.

Selesai lewat magrib, ada pesan masuk ke handphone Tante Beth. Om Dion yang membukanya karena Tante Beth masih sembahyang. Gue yang masih di depan layar komputer, sempat melihat ekspresi Om Dion saat membaca pesan dari handphone Tante Beth. Buru-buru Om Dion masuk ke kamar. Jiwa kepo gue masih belum maksimal, tapi gue yakin pasti ada sesuatu yang buruk.

Dalam hitungan detik, suara tangis Tante Beth pecah. Dia manggil gue sambil tetap menangis. Gue masuk ke kamar lalu Tante Beth menyerahkan handphone-nya ke gue.

“Stela kabur, Cel. Ini wa nya panjang. Katanya jangan dicari, jangan lapor polisi,” kata Tante Beth sambil terus menangis.

Gue membaca pesan dari Stela. Pesan itu adalah awal mula dari kekisruhan yang terjadi di keluarga Tante Beth dan Om Dion yang juga membuat gue ikut masuk ke dalamnya.

To be continued.


Yes, you got it?Ini kisah tentang pencarian Stela. Semua nama disamarkan. Gue berani menuliskannya di sini karena Tante Beth pernah bilang, “Cerita tante kalau dijadiin novel kayaknya bagus ya, Cel.” Jadi, kisah ini udah ada izin dari Tante Beth meskipun gue belum cerita ke beliau di mana gue menuliskan kisah tentang mereka.
Mohon maaf kalau penulisannya jauh dari puebi dan dasar-dasar penulisan yang baik dan benar. Karena curhat itu kadang terlalu kaku kalau harus pake aturan penulisan (red: pake bahasa baku).
Terimakasih untuk GanSis yang sudah membaca. Semoga dari kisah ini, banyak hikmah yang bisa diambil.
emoticon-kucing
Polling
0 suara
Hai, lo bakal gimana kalau ternyata Stela adalah TS sendiri?
Diubah oleh Rapunzel.icious 23-10-2019 02:18
evywahyuni
akudanme
redrices
redrices dan 63 lainnya memberi reputasi
62
30.4K
569
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.7KAnggota
Tampilkan semua post
Rapunzel.iciousAvatar border
TS
Rapunzel.icious
#281
PERCOBAAN PERTAMA


"Tante tenang dulu ya, dengerin dulu cerita Rico," kata Bang Rico.

Saat itu, Om Dion belum pulang sehingga Tante Beth yang harus menanggung beban cerita sendiri.

"Kemarin jam 2 pagi, ada panggilan masuk dari nomornya Stela. Kebetulan Rico lagi di kosan temen, baru nyampe kemarin sore. Rico angkat telepon, tapi ternyata yang nelepon bukan Stela. Suara cowok, Tante. Dia minta Rico untuk ke kantor polisi, jemput Stela."

"Jadi Stela sekarang ada di sini, bukan di Surabaya?" tanya Tante Beth.

"Bentar ya, Tante. Biarin Rico cerita dulu sampai selesai," pinta Bang Rico. "Terus Rico datang ke kantor polisi sekitar jam setengah 3 pagi. Di sana Stela ditemenin sama cowok. Rico nggak kenal siapa. Stela kusut banget, Tante. Kurus, nggak pake jilbab."

"Kayaknya dia itu si Juan. Yakin Tante kalau itu si Juan!"

"Tenang dulu ya, Tante, Rico lanjutin dulu. Stela bilang, dia mau pulang tapi takut sama Om Dion. Jadi, Stela lapor ke polisi dan pengen pulang dikawal polisi."

Bentar, GanSis, gue minum dulu. Apa ada yang keselek juga pas baca pernyataan Bang Rico?

"Kenapa Rico yang ditelepon?" tanya Tante Beth.

"Polisi minta ada anggota keluarga yang bisa jemput Stela dan menandatangani berkas pelaporan. Jadi Rico yang ditelepon. Tapi Rico bilang kok sama Stela, nggak usah bawa-bawa polisi, kalau mau pulang, biar Rico yang anter pulang."

"Sekarang Stela di mana?" tanya Tante Beth lagi.

"Di rumah temennya, Tante. Kita udah janjian kok, kalau Stela akan pulang besok, Rico yang anterin ke sini," kata Bang Rico.

Jujur saja, cerita dari Bang Rico kurang detail dan agak aneh. Hingga akhirnya, cerita dari Bang Rico itu diketahui kebenarannya di awal Oktober kemarin.

Jadi sebenarnya, malam itu Stela mencoba melompat dari salah satu flyover pendek di kota ini. Flyover yang tidak akan membuat mati, tapi hanya akan membuat cacat. Selain karena pendek, jalanan di bawahnya selalu dipenuhi dengan kendaraan yang parkir. Jalanan di bawahnya pun jarang dilalui oleh kendaraan pada jam dini hari. Kalau ada manusia yang melompat, bukan ajal yang didapat, tapi patah tulang. Ada yang mau tebak, flyover apa? Nanti gue kasih pulsa ceban.
:goyang

Polisi mendapati Stela yang sedang dihalau oleh pria agar tidak melompat dari flyover tersebut. Alhasil keduanya dibawa ke kantor polisi yang terletak di bawah flyover. Polisi menahan KTP Stela. Polisi juga meminta pria itu untuk menghubungi keluarga Stela. Tapi kondisi Stela tidak stabil sehingga dia meracau dan tidak memberikan nomor telepon orang tua melainkan nomor telepon Bang Rico.

Perihal Stela tidak ingin pulang ke rumah adalah benar. Stela yang meminta perlindungan polisi karena takut dimarahi oleh orang tua bila pulang, adalah benar juga. Untungnya, Bang Rico berhasil merayu Stela agar tidak membesar-besarkan masalah keluarga ke polisi. Polisi pun mau melepaskan Stela dan mempercayakan Stela pada Bang Rico.

Kedatangan Bang Rico ke rumah Stela hanya ingin memastikan keadaan rumah Stela tidak seperti yang diceritakan oleh Stela. Bang Rico pun berkali-kali memohon kepada Tante Beth dan Om Dion agar tidak memarahi Stela saat pulang. Entah apa yang sudah diceritakan oleh Stela sehingga Bang Rico berpikir bahwa orang tua Stela akan berbuat hal yang negatif bila Stela pulang.

Hal yang tidak diceritakan oleh Bang Rico adalah percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh Stela. Kisah ini pun terkuak saat pria yang menahan Stela untuk tidak melompat dari flyover itu, meninggal.

Ya, GanSis, awal bulan Oktober ada berita duka yang muncul di media online. Pria yang menolong Stela saat akan bunuh diri adalah seorang wartawan di salah satu media. Ketika orang tua Stela melayat, kisah mengenai Stela ini lah yang terlontar dari bibir istri almarhum.

Maut itu sudah ada suratannya. Mau kita berusaha bunuh diri sampai gimanapun juga, kalau belum waktunya meninggal, ya nggak bakal meninggal. Kayak gini, yang ingin meninggal kan Stela, tapi ternyata yang nolongnya yang meninggal duluan.

Untuk Kang Wartawan, terima kasih karena telah menolong. Kamu orang baik. Apalagi kamu wafat saat sedang menjalankan tugas. Maaf karena belum bisa membalas kebaikannya dan saat melayat malah lebih banyak mendapatkan cerita tentang Stela yang sempat menginap di kontrakan milik keluarga kalian. Maaf.

to be continued.


next story
Diubah oleh Rapunzel.icious 18-10-2019 11:36
garpupatah
corongalam
NoMaLz
NoMaLz dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.