- Beranda
- Stories from the Heart
Milk & Mocha
...
TS
panpanochio
Milk & Mocha

Halo semua, ijinin gue seorang newbie untuk menceritakan sebuah kisah dari pengalaman gue, mungkin bagi beberapa orang pengalaman gue ini ga menarik. Perkenalkan nama gue Rendra, selamat datang di thread ini.
Cerita ini sepenuhnya real bagi orang-orang yang mengalaminya. Maka, gue bakalan pake nama asli mereka demi melindungi privasi. Nggak, becanda.
Quote:
Jangan lupa RATE and REPLY

Spoiler for Prolog:
Spoiler for Index:
Diubah oleh panpanochio 16-07-2020 21:04
fauzan.rifaza dan 55 lainnya memberi reputasi
52
21K
169
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
panpanochio
#88
PART 13 - 16 Oktober
“Nanti Cita jadi ngajar jam 17.30” sebuah pesan dari Cita pada pukul 2 pagi, gue baru membuka pesan tersebut jam 5 pagi.
Setelah membalas pesan dari Cita, gue siap-siap untuk kuliah. Seperti biasa, bukan Rendra Bagaskara namanya kalo dateng kuliah ga mepet.
Kelas gue hari ini cuma sampe siang, sedangkan Cita sampe sore. Namun, karna dosen yang mengajar kelas Cita gak masuk, maka Cita sudah pulang pukul 2 siang. Cita mengabari bahwa ia tidak pulang kerumah melainkan ke rumah saudaranya yang ada di kawasan K*****g R******n. Ibu dari saudaranya Cita di rawat di rumah sakit, makanya Cita menemani saudaranya dirumah dengan menginap. Sore ini saatnya jadwal Cita mengajar, gue berencana untuk menjemputnya setelah pulang mengajar.
“Nanti pulangnya makan sama rendra dulu yaa? Semangat ngajarnyaa”
“Iya semangatt”
--*--
Jam menunjukkan pukul 18, hujan turun tanpa adanya tanda sebelumnya. Ah ini mah bisa gagal jemput cita.
Gue pun siap-siap untuk jemput cita sambil menunggu hujan mereda. Setelah siap-siap, ternyata hujan udah mulai reda. Tuhan memang tau keinginan hambanya
.
“Disini hujan ren” pesan dari cita muncul di layar hp gue.
“Disni udah reda” gue membalasnya seketika
Pukul 19 gue udah siap buat berangkat untuk jemput cita. Sebelum berangkat gue mengabari cita bahwa gue berangkat menuju tempat lesnya.
“Rendra jalan ya”
“Yauda hati hati”
Gue berjalan dengan kecepatan normal karna sehabis hujan dan jalanan agak licin tentu pesan dari cita bahwa gue harus hati hati
. Sekitar 20 menitan gue sampe di depan tempat les cita mengajar, gue mengabari cita bahwa gue sudah sampai.
“Rendra udah sampe”
“Sebentar, tunggu sodara cita dulu”
“Okedeh”
5 menit berlalu belum ada tanda-tanda dari cita keluar ruangan.
“Hehe sebentar yaa gapapa kan. 3 menit lagii”
Ini lagi dandan kali yakk
. Soalnya waktu pertama kali gue jemput cita, dia kayaknya dandan dulu deh, masa lipstik dan bedak dari sore tahan sampe malem. Ah perasaan gue aja mungkin. Gak lama dari itu, cita keluar dengan sodaranya. Laki-laki yang menunggu di depan motor gue tadi ternyata adalah cowoknya saudara cita.
Benar saja, Cita wangi cuy
.
Gue dan cita sudah di perjalanan. Gue mengajaknya untuk makan malam terlebih dahulu. Gue memutuskan untuk makan nasi goreng di kawasan dekat rumah gue. Karna tempat makan nasi goreng yang enak setau gue disitu. Gue gak tau apa yang bikin nasi goreng disini enak, mungkin memakai minyak wijen, apa minyak kemiri. Tunggu. Minyak kemiri? Masak nasi goreng apa mau numbuhin kumis? Tapi gue curiga, ni abang-abang kumisnya tipis sih.
Sesampainya ditempat makan, gue memesan 2 porsi nasi goreng. Cita memesan nasi goreng pedas, dan gue..
“Yang satu sedang aja pedesnya ya bang”
Iya gue ga tahan pedes. Yakali gue lagi kencan terus keringetan gara-gara kepedesan.
Sambil menunggu pesanan jadi, gue dan cita mengobrol. Cita menunjukkan ke gue wallpaper di hpnya bergambar Panpan we bare bears.
“Bagusan yang mana ren?”
Ternyata cita menyukai panda, lebih tepatnya Panpan, panda lucu yang ada di we bare bears. Pesanan pun datang, kita menyantap nasi goreng sambil mengobrol kecil. Seperti sebelumnya, pesanan gue habis duluan dibanding cita.
“Reen udah yaa?” ucap cita bermaksud menyudahi makannya yang masih cukup banyak
“Kenapa? Abisin dong dikit lagii”
“Abis ini udah yaa”
“Sini sini rendra suapin”
Gue mengambil sendok cita dan bersiap untuk menyuapinya. Tangan gue sudah mendekat ke arah mulutnya.
“Madep sana, gaboleh liat” ucapnya sambil nyengir.
Gue tertawa, gak ngerti maksudnya apa gue gaboleh liat. Gue pun memalingkan wajah gue kesamping. Cita dengan malu-malu menyambar suapan gue. Jarak antara sendok dengan mulut cita sudah dekat, saat gue rasa sudah cukup dekat. Gue membalikkan wajah gue untuk melihat cita yang sedang gue suapi. Dan dengan secepatnya, cita menoyor gue, mungkin lebih tepatnya menutup mata gue dengan tangannya bermaksud agar gue tidak melihatnya.
“Iiiiih curaang liat-liat”
Gue tertawa sejadi-jadinya. Wanita ini, entah kenapa lucu banget. Sikapnya yang polos semakin membuat gue jatuh kepada dirinya. Ah, kedekatan ini semoga berlanjut kedepannya.
“Reen udah yaa, dibungkus aja”
“Kenapa emangnya?”
“Gatau, takuut masa”
“Takut kenapa? Gak ada apa-apa juga.”
Emang sih tempat nasi goreng ini dibawah pohon, tapi lokasinya dipinggir jalan besar. Gara-gara cita ngomong takut, gue jadi mikir yang aneh-aneh.
“Yaudah yuk dibungkus aja”
Gue meminta ke abang tukang nasi goreng untuk membungkus nasi goreng pesanan cita. Kemudian, gue mengantar cita ke rumah saudaranya karna ia menginap untuk menemani saudaranya.
Di perjalanan gue mengobrol untuk mencairkan suasana cita yang sedang ketakutan. Sambil bercanda menemani perjalanan kami. Kami tiba di perempatan jalan besar menuju kawasan rumah saudara cita.
“Ren, tau ga ini lampu merah merenggut masa muda. Lama banget tau lampu merahnya”
Hahaha gue cuma tertawa mendengar ocehan dari cita. Lampu merah perenggut masa muda? Pikir gue yang gabisa berenti tertawa.
Akhirnya tiba di jalan kecil yang menuju lokasi rumah saudaranya. Cita menunjukkan arah jalan, ternyata gak jauh dari jalan besar tadi, dekat dengan SMP 2**. Rumah saudara cita terdapat usaha warung sembako yang cukup besar dengan bangunan dua lantai.
“Tunggu dulu disini ya ren”
Cita masuk kedalam rumah tersebut, gue masih didepan menunggu cita. Mau ngapain ya? Gak lama cita keluar lagi membawa 1 kotak susu coklat yang sama seerti dulu pernah ia kasih ke gue.
“Ini buat rendra. Makasih ya udah nganterin”
“Iya makasih juga. Yaudah rendra pulang ya”
“Iya hati-hati”
Cita masuk ke rumah dan gue pun menarik gas motor gue untuk jalan pulang. Tunggu. Kayaknya bukan ini jalan pulang nya. Sial, ‘kang ojek gatau jalan emang.
“Nanti Cita jadi ngajar jam 17.30” sebuah pesan dari Cita pada pukul 2 pagi, gue baru membuka pesan tersebut jam 5 pagi.
Setelah membalas pesan dari Cita, gue siap-siap untuk kuliah. Seperti biasa, bukan Rendra Bagaskara namanya kalo dateng kuliah ga mepet.
Kelas gue hari ini cuma sampe siang, sedangkan Cita sampe sore. Namun, karna dosen yang mengajar kelas Cita gak masuk, maka Cita sudah pulang pukul 2 siang. Cita mengabari bahwa ia tidak pulang kerumah melainkan ke rumah saudaranya yang ada di kawasan K*****g R******n. Ibu dari saudaranya Cita di rawat di rumah sakit, makanya Cita menemani saudaranya dirumah dengan menginap. Sore ini saatnya jadwal Cita mengajar, gue berencana untuk menjemputnya setelah pulang mengajar.
“Nanti pulangnya makan sama rendra dulu yaa? Semangat ngajarnyaa”
“Iya semangatt”
--*--
Jam menunjukkan pukul 18, hujan turun tanpa adanya tanda sebelumnya. Ah ini mah bisa gagal jemput cita.
Gue pun siap-siap untuk jemput cita sambil menunggu hujan mereda. Setelah siap-siap, ternyata hujan udah mulai reda. Tuhan memang tau keinginan hambanya
.“Disini hujan ren” pesan dari cita muncul di layar hp gue.
“Disni udah reda” gue membalasnya seketika
Pukul 19 gue udah siap buat berangkat untuk jemput cita. Sebelum berangkat gue mengabari cita bahwa gue berangkat menuju tempat lesnya.
“Rendra jalan ya”
“Yauda hati hati”
Gue berjalan dengan kecepatan normal karna sehabis hujan dan jalanan agak licin tentu pesan dari cita bahwa gue harus hati hati
. Sekitar 20 menitan gue sampe di depan tempat les cita mengajar, gue mengabari cita bahwa gue sudah sampai.“Rendra udah sampe”
“Sebentar, tunggu sodara cita dulu”
“Okedeh”
5 menit berlalu belum ada tanda-tanda dari cita keluar ruangan.
“Hehe sebentar yaa gapapa kan. 3 menit lagii”
Ini lagi dandan kali yakk
. Soalnya waktu pertama kali gue jemput cita, dia kayaknya dandan dulu deh, masa lipstik dan bedak dari sore tahan sampe malem. Ah perasaan gue aja mungkin. Gak lama dari itu, cita keluar dengan sodaranya. Laki-laki yang menunggu di depan motor gue tadi ternyata adalah cowoknya saudara cita.Benar saja, Cita wangi cuy
.Gue dan cita sudah di perjalanan. Gue mengajaknya untuk makan malam terlebih dahulu. Gue memutuskan untuk makan nasi goreng di kawasan dekat rumah gue. Karna tempat makan nasi goreng yang enak setau gue disitu. Gue gak tau apa yang bikin nasi goreng disini enak, mungkin memakai minyak wijen, apa minyak kemiri. Tunggu. Minyak kemiri? Masak nasi goreng apa mau numbuhin kumis? Tapi gue curiga, ni abang-abang kumisnya tipis sih.
Sesampainya ditempat makan, gue memesan 2 porsi nasi goreng. Cita memesan nasi goreng pedas, dan gue..
“Yang satu sedang aja pedesnya ya bang”
Iya gue ga tahan pedes. Yakali gue lagi kencan terus keringetan gara-gara kepedesan.
Sambil menunggu pesanan jadi, gue dan cita mengobrol. Cita menunjukkan ke gue wallpaper di hpnya bergambar Panpan we bare bears.
“Bagusan yang mana ren?”
Ternyata cita menyukai panda, lebih tepatnya Panpan, panda lucu yang ada di we bare bears. Pesanan pun datang, kita menyantap nasi goreng sambil mengobrol kecil. Seperti sebelumnya, pesanan gue habis duluan dibanding cita.
“Reen udah yaa?” ucap cita bermaksud menyudahi makannya yang masih cukup banyak
“Kenapa? Abisin dong dikit lagii”
“Abis ini udah yaa”
“Sini sini rendra suapin”
Gue mengambil sendok cita dan bersiap untuk menyuapinya. Tangan gue sudah mendekat ke arah mulutnya.
“Madep sana, gaboleh liat” ucapnya sambil nyengir.
Gue tertawa, gak ngerti maksudnya apa gue gaboleh liat. Gue pun memalingkan wajah gue kesamping. Cita dengan malu-malu menyambar suapan gue. Jarak antara sendok dengan mulut cita sudah dekat, saat gue rasa sudah cukup dekat. Gue membalikkan wajah gue untuk melihat cita yang sedang gue suapi. Dan dengan secepatnya, cita menoyor gue, mungkin lebih tepatnya menutup mata gue dengan tangannya bermaksud agar gue tidak melihatnya.
“Iiiiih curaang liat-liat”
Gue tertawa sejadi-jadinya. Wanita ini, entah kenapa lucu banget. Sikapnya yang polos semakin membuat gue jatuh kepada dirinya. Ah, kedekatan ini semoga berlanjut kedepannya.
“Reen udah yaa, dibungkus aja”
“Kenapa emangnya?”
“Gatau, takuut masa”
“Takut kenapa? Gak ada apa-apa juga.”
Emang sih tempat nasi goreng ini dibawah pohon, tapi lokasinya dipinggir jalan besar. Gara-gara cita ngomong takut, gue jadi mikir yang aneh-aneh.
“Yaudah yuk dibungkus aja”
Gue meminta ke abang tukang nasi goreng untuk membungkus nasi goreng pesanan cita. Kemudian, gue mengantar cita ke rumah saudaranya karna ia menginap untuk menemani saudaranya.
Di perjalanan gue mengobrol untuk mencairkan suasana cita yang sedang ketakutan. Sambil bercanda menemani perjalanan kami. Kami tiba di perempatan jalan besar menuju kawasan rumah saudara cita.
“Ren, tau ga ini lampu merah merenggut masa muda. Lama banget tau lampu merahnya”
Hahaha gue cuma tertawa mendengar ocehan dari cita. Lampu merah perenggut masa muda? Pikir gue yang gabisa berenti tertawa.
Akhirnya tiba di jalan kecil yang menuju lokasi rumah saudaranya. Cita menunjukkan arah jalan, ternyata gak jauh dari jalan besar tadi, dekat dengan SMP 2**. Rumah saudara cita terdapat usaha warung sembako yang cukup besar dengan bangunan dua lantai.
“Tunggu dulu disini ya ren”
Cita masuk kedalam rumah tersebut, gue masih didepan menunggu cita. Mau ngapain ya? Gak lama cita keluar lagi membawa 1 kotak susu coklat yang sama seerti dulu pernah ia kasih ke gue.
“Ini buat rendra. Makasih ya udah nganterin”
“Iya makasih juga. Yaudah rendra pulang ya”
“Iya hati-hati”
Cita masuk ke rumah dan gue pun menarik gas motor gue untuk jalan pulang. Tunggu. Kayaknya bukan ini jalan pulang nya. Sial, ‘kang ojek gatau jalan emang.
i4munited dan ariid memberi reputasi
2