sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
4Love: Tentang Patah Hati, Kesetiaan, Obsesi, dan Keteguhan Hati



Quote:


Spoiler for Daftar Bab:


Diubah oleh sandriaflow 01-12-2020 12:11
santinorefre720
blackjavapre354
rizetamayosh295
rizetamayosh295 dan 25 lainnya memberi reputasi
26
14.5K
134
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Tampilkan semua post
sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
#34
Bab 11: Maaf dan Baru
ARMAN


Pintu gerbang rumah Dewi perlahan terbuka setelah Arman memencet bel berulang kali. Rumah Dewi terletak di kawasan komplek perumahaan yang cukup mewah. Arman hari ini datang untuk meminta maaf atas pertengkarannya dengan Dewi kemarin.

“Wah ada Arman di sini. Kau apa kabar, Man?” sambut ayah Dewi ketika membukakan gerbang rumahnya. Pria dengan kumis tebal dan badan kekar ini spontan memeluk Arman erat-erat.
“Oh, Pak Dedi. Saya baik-baik saja, Pak. Apakah Dewi ada di rumah?” tanya Arman malu-malu.
“Kau kemana aja kok jarang mampir ke sini? Ayo masuk, Dewi ada di dalam rumah,”

Pak Dedi pun mempersilahkan Arman masuk sambil berbincang-bincang ringan seputar tembakau. Kebetulan, Pak Dedi sering titip ke Arman kalau mau beli tembakau di rumahnya.

Sesampai di depan pintu, Arman melihat Dewi yang tengah duduk dengan muka yang agak cemberut. Meskipun dia memasang wajah semacam itu, Arman tahu bahwa dia sebenarnya rindu dengan Arman.

Mereka pun akhirnya memilih untuk berbicara empat mata di dekat pohon mangga depan rumah Dewi. Di pohon itu terdapat ayunan untuk satu orang. Dewi mengajak Arman berbicara sambil bermain ayunan.

“Mengapa kamu minta maaf? Apa yang salah?” ujar Dewi agak ketus.
“Aku tahu kamu marah karena kekeraskepalaanku yang kemarin. Aku seharusnya nggak ngomong kayak gitu ke kamu,”

Dewi hanya diam mendengar penjelasan Arman. Tak lama kemudian, ia pun membuka suara.
“Aku juga minta maaf sama kamu untuk yang kemarin. Aku tahu aku juga salah,” balas Dewi agak pelan.
“Tapi aku yang salah,” balas Arman.
“Aku yang salah,”
“Aku yang salah,”
“Aku…”
“Kita sama-sama salah,” tegas Arman yang membuat mereka pun terdiam sejenak.
“Mungkin memang kita harus menjalani hubungan yang gini-gini aja. Kita tak perlu yang namanya status. Lagipula, aku tidak mau jadi penghambat impianmu nantinya,” tambah Arman.
“Man?” kata-kata Dewi terkesan menggantung.
“Iya, kenapa?”
“Jalan-jalan yuk. Aku mau menikmati sore hari ini bareng sama kamu,”

Tanpa banyak ba-bi-bu, Arman pun mengiyakan permohonan Dewi. Mereka pamit dulu kepada orang tua Dewi yang tengah asik mengobrol santai sambil menikmati kopi di depan teras rumah.

****

Setelah puas menyusuri jalanan di kota Malang yang lumayan padat, Arman mengajak Dewi untuk berhenti sejenak di dekat kampung warna-warni Jodipan. Mereka duduk berdua di atas besi jembatan sambil menikmati pemandangan sore dan senja yang mulai memenuhi langit di Jodipan.

Cahaya sore yang kekuningan itu membuat wajah Dewi terlihat berbeda. Arman terpukau menikmati perempuan yang dicintainya tengah menatap senja sambil menikmati cilok lima ribuan yang dibelinya beberapa menit yang lalu.

“Halo! Melamun aja?” suara Dewi tiba-tiba membuyarkan lamunannya.
`“Ah, enggak. Bagus banget ya pemandangan di sini,” jawabnya setengah mengelihkan pembicaraan.
“Makasih ya untuk hari ini. Kita baikan lagi kan ceritanya?” tanya Dewi lagi.
“Ya harus dong,” balas Arman sambil terkekeh.

Mereka pun sama-sama berjanji disaksikan dua kelingking mereka yang saling terpaut. Arman pun janji kepada dirinya sendiri untuk tidak membiarkan kesalahan yang kemarin terulang lagi. Mungkin, cinta kadang selucu itu. Tanpa status, tapi salang menjaga satu sama lain.

IPUL


Perpisahan dengan Ina minggu kemarin membuat hati Ipul kembali galau. Meskipun kenyataan memang pahit, tapi Ipul berusaha menghadapi kenyataan itu dengan tegar. Hati memang tidak bisa dipaksakan. Ipul tahu benar makna kalimat itu.

Kali ini, Ipul tengah duduk-duduk santai di serambi masjid kampus. Ia ingin melepas penat dan menenangkan hatinya di tempat yang suci itu. Ketika tengah asik memainkan gawainya, perhatian Ipul tiba-tiba teralihkan ketika melihat salah satu mahasiswi berjilbab warna-watni yang melintas di depan masjid sambil membawa mukena.

“Dia namanya siapa?” tanya Ipul penasaran kepada salah satu teman sekelasnya.
“Oh, si Laila,”
“Anak sebelah bukan, ya?”
“Iya. Kau naksir sama dia, Pul?”

Ipul menggelengkan kepalanya. Ia tidak terlalu yakin. Yang jelas, ada rasa ketertarikan yang muncul di benak Ipul.

*****

Sore ini, Ipul sedang mengikuti kegiatan ekstra tambahan di kampusnya, yaitu bimbingan bahasa Inggris. Dia mau mengikuti kegiatan ini karena kegiatan ini gratis. Selain itu, Ipul juga ingin meningkatkan kualitas dirinya. Barangkali, dia akan terlihat tambah keren apabila mahir ngomong bahasa Inggris.

Dia sengaja duduk di pojok ruangan sambil malas-malasan. Spontan, perempuan yang bernama Laila tadi muncul dan mendekat ke arah Ipul.

“Aku boleh duduk?”
Mendadak, kesadaran Ipul terhenti. Ia berubah menjadi gagap ketika berbicara dengan Laila.
“Eh… iya, silahkan,”

Laila ini memiliki wajah yang cukup cantik. Dia merupakan tipikal perempuan yang disukai Ipul. Yang menambah daya tarik dari Laila adalah dia orangnya humble dan gampang nyambung diajak bicara. Paling tidak, itu yang Ipul rasakan ketika pertama kali bertemu dengan dia.

Di sela perbincangan mereka berdua, tutor yang akan menjadi pengajar di kegiatan ekstra ini telah datang. Tutor itu merupakan kakak tingkat mereka dari fakultas lain yang memang pintar dan mahir dalam berbahasa Inggris.

Kegiatan ekstra itu berlangsung selama dua jam dan berakhir menjelang maghrib. Semua anak yang mengikuti kegiatan ekstra itu mulai sibuk menata barang mereka masing-masing, tak terkecuali Laila. Pada saat perempuan itu hendak beranjak dari tempat duduknya, Ipul tiba-tiba menepuk tangannya.

“Aku boleh minta nomor whatsapp kamu?” tanyanya ragu-ragu sembari menguarkan senyum garingnya.

Laila diam sejenak. Ia mengambil secarik kertas dari tasnya dan menuliskan nomor whatsappnya. Kemudian, ia memberikannya kepada Ipul.

“Thanks. Nice to meet you,” ujar Ipul yang sok-sokan berbahasa Inggris. Bukannya terkesan, Laila malah tertawa kecil mendengar kalimat Ipul. Maklum, logat Jawa Ipul terdengar sangat kental ketika berbicara bahasa Inggris.
“Nice to meet you too, Ipul,” balas perempuan itu.

Bagi Ipul, kegiatan ekstra ini tidak hanya sekadar kegiatan ekstra semata. Ia merasa kegiatan ini adalah sebuah anugerah karena dia dapat bertemu dengan Laila. Takdir sepertinya mulai berbaik hati kepadanya kali ini.
coxi98
changer.
fransjabrik
fransjabrik dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.