MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
PACARKU HIDUP KEMBALI

Permisi Gan/Sis pembaca setia cerita cinta Hayati dan Asnawi, dalam trit baru ini ane mau cerita lanjutan petualangan Hayati setelah berpisah sama Asnawi.
Spoiler for Sinopsis:


KARAKTER


Spoiler for Karakter Utama:

Spoiler for Mahluk Gaib dan Bangsa Siluman:

Spoiler for Karakter Pendukung:



Quote:


Soundtrack cerita biar kayak film-film ANIME....emoticon-Embarrassmentemoticon-Embarrassment

Spoiler for Opening Song:


 
BAGIAN 1
ALAM BAKA
part 1



Malam itu setelah petarungan besar antara Bendoro dan Hayati, keadaan tampak sangat memilukan. Asnawi dan Hayati saling berpelukan dalam waktu lama, tubuh Hayati yang masih mengeluarkan darah tidak menjadi batu sandungan buat dirinya untuk memeluk Hayati.

Hayati menangis tersedu sedu dalam pelukan Asnawi. akhirnya setelah sekian lama, dia bisa bersatu dengan Asnawi tanpa harus mengalami berbagai gangguan. Bendoro yang selama ini muncul di kehidupannya, telah lenyap begitu saja. Memang Bendoro mempunyai tujuan yang baik demi membela kamu arwah penasaran yang diperbudak oleh bangsa siluman bangsawan, namun dia telah merenggut kebahagiaan Hayati dengan memaksanya untuk ikut berjuang. Bagi diri Hayati, Asnawi berperan sebagai pahlawan besar dalam kahidupannya sebagai arwah penasaran. Dimulai dengan pertemuan pertamanya yang sangat menyeramkan sampai mereka menjadi satu seperti sekarang ini. Banyak lika liku kehidupan cinta diantara mereka berdua ditengah jurang perbedaan yang menganga.

Hayati merasa sangat bahagia kala itu, hatinya merasa sangat tenang dan jiwanya berbunga bunga. Tubuhnya mulai menghangat seperti manusia hidup. Detak jantungnya mulai terasa dan aliran darahnya mulai menggelora. Tiba tiba seberkas cahaya berwana keemasan muncul dari langit dan menerpa tubuh Hayati yang masih beperlukan dengan Asnawi. Hayati langsung kaget dengan cahaya itu dan melapaskan pelukannya dengan Asnawi.

“mas...sinar ini?”

“maksudnya apa Hayati?”

“hatiku sekarang tenang banget dan jiwaku juga terasa hangat...jangan jangan ini tanda tanda...”

“maksudnya arwah kamu udah nggak penasaran lagi?”

“iya mas ku...huft..huft..mas.....mas..........gimana ini?”

“Hayati....kamu jangan tinggalin aku... kita udah berjanji mau hidup bersama”

“aku juga sama mas aku...hiks ...hiks...aku nggak mau pisah sama kamu mas”

Tubuh Hayati menjadi sangat hangat dan perlahan mulai memudar. Panggilan dari alam baka mulai menggema, Hayati mau tidak mau harus pergi kesana dan meninggalkan Asnawi di dunia ini. Asnawi semakin erat memeluk Hayati. Dia histeris dan tidak mau melepas Hayati.

“Hayati....tolong tetap disini, jangan pergi dulu ke alam baka..hiks..hiks”

“maafin aku mas, aku juga nggak bisa berkehendak....ini udah takdir...udah seharusnya aku berada di alam sana”

“HAYATIIIIII...........TOLONG HAYATI....TETEP JADI ARWAH PENASARAN....JANGAN TINGGALIN AKU”

“mas.....kayanya aku udah nggak bisa....aku udah pasrah akan keadaan sekarang..mas...denger aku mas...”

Hayati berusaha menegakkan kepala Asnawi yang tertunduk. Tampak mata Asnawi yang merah karena menangis dan wajahnya yang basah terkena air mata. Hayati berusaha tegar dan menguatkan Asnawi yang tengah jatuh dan larut dalam kesedihan. Hayati harus menyampaikan pesan yang bisa dijadikan bekal hidup Asnawi ditengah waktu yang samakin sempit. Lama kelamaan tubuh Hayati semakin memudar, dia harus berpacu dengan waktu.

“mas....maafin aku yah...mas...aku pengen kamu janji...aku pengen kamu berjanji sebelum aku pergi selamanya ke alam baka”

“nggak mau....kamu harus tetep disini Hayati..”

“mas...ku sayang...tolong aku yah mas.....mas harus ngerelain kepergianku yah...dan aku pengen mas berjanji”

Asnawi terdiam beberapa saat. Dia tampak berusaha untuk ikhlas untuk melepas Hayati pergi ke alam baka. Dia mulai mengatur napasnya dan menghentikan tangisannya.

“hiks...hiks....hiks..............iya aku berjanji”

“aku pengen kamu berjanji untuk menyayangi Cascade sabagaimana kamu menyayangi ku...aku pengen kamu melanjutkan hidupmu bersama dia....aku pengen kamu balikan lagi sama dia.....janji mas!”

“aku janji Hayati.........aku akan melaksanakan janji janjimu Hayati”

“makasih banget mas ku sayang...sekarang aku bisa pergi dengan tenang”

“iya Hayati sayang...aku sayang banget sama kamu...aku cinta banget sama kamu...aku nggak akan ngelupain kamu..Hayati...hatiku udah milik kamu....aku nggak akan ngasihin sama orang lain”

“mas....hiks..hiks....kamu harus tetap sehat yah mas, kamu harus rajin mandi, makan makanan sehat, nggak boleh ngerokok dan rajin olahraga mas....mas.....kayanya waktuku udah tiba...peluk aku mas”

Asnawi kembeli berpelukan dengan erat disertai tangisan yang luar biasa yang membuat suasan semakin menyedihkan.

“mas...walaupun di dunia ini kita nggak bisa bersatu...semoga di akhirat kelak kita akan ketemu lagi dan hidup bersama selamanya”

“iya Hayati..aku janji...aku akan selalu mendoakan mu dan akan melakukan semua yang kamu perintahin ka aku.....Hayati aku akan menemuimu di akhirat nanti...tunggu aku disana yah sayang....capet atau lambat aku juga akan menyusulmu ke alam sana....terima kasih Pacar Kuntilanak Ku tersayang...kamu udah mewarnai hidupku yang menyedihkan ini....”

Hayati pun akhirnya menghilang dari pelukan Asnawi. dan cahaya keemasan yang berasal dari langit pun juga ikut menghilang. Kejadian itu sama persis seperti yang Asnawi saksikan ketika 6 kuntilanak anak buah Wewe Gombel yang juga pergi ke alam baka. Asnawi kembali menangis dan berteriak teriak menyebut nama Hayati. Dia seakan akan tidak sanggup ditinggal Hayati dalam keadaan seperti itu.

Hayati terbang di dalam sebuah pusaran energi dalam tuangan yang tak terbatas. Dia melayang tanpa arah yang jelas, Hayati mencoba untuk berbalik arah melawan arus tarikan gaya,akan tetap usahanya itu gagal. Hayati menangis selama berada dalam pusaran itu. Dalam hatinya dia terus berkeluh kesah dengan keadaan yang dialaminya.

“Oh Tuhan....kenapa Engkau melakukan ini kepadaku?.....aku cuma ingin hidup bahagia bersama kekasihku....kenapa Tuhan??” gerutu Hayati dalam tangisannya.

Tiba tiba seberkas cahaya putih kecil mulai muncul diujung pusaran. Hayati langsung melihat kearah cahaya itu, dia tampak mengernyitkan dahinya. “Mungkin itu adalah pintu alam baka” gumam Hayati dalam hati. Lama-lama cahaya putih itu semakin membesar dan mendekati Hayati. Jantungnya semakin berdebar kencang ketika dia mendekatinya dan akhirnya dia masuk kedalam cahaya putih itu.

Tiba-tiba Hayati berbaring diatas tanah yang tandus. Dia menghela napas dengan kencang dan berusaha membuka matanya pelan-pelan. Hayati mulai berdiri dan melihat keadaan disekitarnya. Ternyata tempat itu adalah sebuah padang tandus yang sangat luas dan memiliki kontur permukaan tanah yang datar. Hayati tampak sangat kebingungan dengan tempat itu. Dia kemudian berjalan untuk mencari tahu tempat yang baru didatanginya itu. Padang tandus itu dipenuhi oleh kabut dan bersuhu panas, seperti suasana Kota Bandung di siang hari.

Hayati berjalan lurus kedepan untuk mengetahui tempat itu. Dia tidak bisa melihat jauh karena terhalang oleh kabut, jarak pandangnya sangat terbatas. Akhirnya dia menemukan sebuah pohon kering yang menjulang cukup tinggi. Hayati memiliki ide untuk memanjat pohon itu dengan tujuan dapat melihat keadaan di sekitarnya. Dia pun memanjat pohon itu dengan susah payah.

Wujud Hayati berubah menjadi seperti manusia, dia tidak bisa melayang dan terbang seperti biasanya, tampak tubuhnya juga memadat. Hayati masih memakai baju gaun putih kuntinya yang berlumuran darah akibat pertarungan dengan Bendoro. Ketika sampai di puncak pohon, Hayati mulai melihat lihat kondisi sekitar yang masih tertutup kabut.

Tak lama berselang, tiba-tiba angin kencang bertiup dan menyingkirkan kabut yang mengahalangi pandangannya. Hayati tampak menutup matanya ketika diterpa angin tersebut. Setelah angin itu hilang, Hayati kembali membuka matanya. Betapa kagetnya dia ketika melihat pemandangan yang ada dihadapannya. Dia melihat orang-orang yang sangat banyak tampak antri untuk masuk ke dalam sebuah pintu besar yang berada di sebuah benteng yang sangat tinggi dan panjang di ujung cakrawala. Orang-orang yang kira kira berjumlah jutaan itu tampak bersabar dalam menunggu antrian masuk ke gerbang itu. Mereka tampak mengenakan kain kafan yang digunakan untuk menutup tubuh. Tergambar berbagai macam ekspresi yang tersirat di raut wajah mereka, ada ekspresi senyum bahagia, sedih, menangis dan penuh penyesalan.

................................................................

Spoiler for Closing Song:



Polling
0 suara
Siapakah yang akan menjadi pendamping hidup Asnawi ?
Diubah oleh Martincorp 06-12-2019 01:04
muliatama007
chrysalis99
gembogspeed
gembogspeed dan 207 lainnya memberi reputasi
196
679.2K
6.3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.8KAnggota
Tampilkan semua post
MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
#1102
BAGIAN 20
DAGING DAN TULANG PERAWAN UTAMI
part 4


Ba’da Maghrib, Asnawi tiba di kost nya. Begitu membuka pintu kamar, dia sangat kaget ketika melihat ada Utami sedang menyiapkan sebuah kue tart yang diatasnya terdapat lilin dengan angka 6. Utami dengan menyambut kedatangan Asnawi dengan senyuman manis.

“selamat datang Nawiiii.......!” sapa Utami.

“wah...ada apa ini? Kok ada kue ulang tahun?”

“hari ini adalah hari spesialku Nawi”

“spesial apa nih?....kamu ulang tahun?”

“oh bukan lah hehehe....masa aku ngerayain ulang tahun...aku kan udah mati”

“terus ngerayain apa atuh?”

“aku lagi ngerayain hari kematian ku Wi.....yang ke 6 tahun..hehehe”

“apaaaahhh!!...jadi hari ini kamu mati?”

“iya Wi...ayo cepet sini...aku pengen niup lilin”

“oke...oke...tapi gimana cara kamu masuk kesini bawa kue?...kan kue mah gak bisa nembus tembok?”

“Ibuku kan punya kunci cadangan Nawi...jadi aku bisa bukain pintu, lagian kue ini juga dibeliin Ibu...sengaja buat ngerayainnya bareng sama kamu”

“aduuhh..jadi malu nih aku....yaudah kamu make a wish dulu deh sebelum niup lilin”

“oke Nawi...kamu juga atuh sama”

“lha..kok aku juga?”

“iya dong..kita kan bereng-bareng ngerayainya”

Akhirnya Utami dan Asnawi saling membuat harapan dalam hati masing masaing dengan menundukkan kepala. Setelah itu, Utami langsung meniup lilin perayaan kematian dan Asnawi memotret momen itu dengan kamera smartphone. Akan tetapi bayangan Utami tidak muncul didalam smartphone itu karena dia sedang dalam mode gaib. Utami kemudian membelah kue itu dan memberikannya kepada Asnawi. tanpa basa basi, Asnawi langsung melahap potongan kue tart itu.

“gimana Nawi...kue nya enak?”

“enak banget Tami....mmm...kamu ikut makan atuh!”

“yaelah Nawi....aku kan setan..aku gak suka makan kue..hmmm”

“oh iya lupa hehehehe........kamu mah sukanya makan bangke, darah dan kodok yah”

“ihhhh...enggak lah...jijik banget kali...itu mah makanan favorit mbak kunti semua...aku mah paling minum jus darah”

Setelah acara makan kue selesai, Asnawi kemudian menyimpan sisa kue nya diatas meja, sedangkan Utami membersihkan lantai dari remah remah kue yang berceceran di lantai.

“Tami aku mau ngomong sama kamu”

“mau ngomong apa Wi?”

“hmmm..anu..apa kamu masih ngebutuhin tulang tulang kamu gak?”

“hah tulang?...maksudnya apa?”

“iya tulang yang ada di kuburanmu”

“oohhh...kirain apa, enggak atuh Nawi....aku udah gak peduli sama jasadku..paling sekarang udah jadi tanah...emang kamu mau apa?”

“anu...aku mau minta tulang kamu...satu aja Tami”

“hah buat apa Wi?”

“buat ritual paku kuntilanak pacarnya si Febri”

“apaaaahh?.....maksudmu si Febri temenmu yang sering kesini?..emang dia pacaran sama kunti juga?”

“iya Tami...dia akhirnya jatuh cinta sama si Mawar Hitam...kamu tau kan dia?”

“aku tahu...dia musuhnya mbak kunti kan”

“bener Tami...dan tadi pas dijalan aku jadi kepikiran kamu”

“mikirin aku?....kamu mikirin apa?”

“yah ritual ini kan buat ngehidupin lagi kuntilanak...nah aku pengen kamu juga bisa dibangkitin pake ritual ini...aku pengen kamu jadi manusia lagi Tami”

“yah gak mungkin atuh Nawi...aku tuh udah mati....aku gak mungkin hidup lagi”

“bukan hidup kaya gitu..maksudku wujudmu jadi manusia...jadi kamu bukan setan lagi”

Utami pun terdiam dan memikirkan tawaran gila dari Asnawi untuk mengikuti ritual paku kuntilanak. Dia pun mulai melayang dan berputar perlahan diatas kamar, sementara Asnawi duduk di atas kursi belajarnya sambil berharap Utami menyetujui keinginannya.

“okeh...aku setuju kamu ngambil tulangku..tapi aku gak bisa ikut ritual itu Nawi”

“hah!...emang kenapa?”

“paku kuntilanak kan buat kuntilanak...sementara aku bukan kunti...aku cuman arwah biasa...jadi yah gak bisa”

“kan kunti itu arwah gentayangan cewek...kamu juga gitu....kenapa gak bisa?”

“aku sama kuntilanak itu beda Wi..”

“bedanya apa?”

“hmmmm....kuntilanak itu sejenis setan cewek yang mati penasaran Nawi...jiwa mereka dipenuhi rasa dendam dan penyesalan...mereka kebanyakan mati karena dibunuh atau bunuh diri akibat dikhianati dan dijahatin sama cowok.....dan sebagian dari mereka mati dalam keadaan hamil...termasuk mbak kunti nih...dia juga kan matinya dibunuh sama pacarnya yang gak mau bertanggung jawab atas kehamilannya...makanya dia jadi kunti....sedangkan aku mah...ya gitu deh...hehe”

“tapi kamu juga kan matinya bunuh diri?”

“aku gak mati bunuh diri Wi.....aku kecelakaan”

“terus bekas luka jerat di lehermu itu apaan dong?”

“ya awalnya aku mau gantung diri....aku waktu itu lagi galau gara-gara pacarku ditikung sama sahabatku sendiri...aku udah ngiketin tali di leher dan diiketin ke kusen jendela kamar mandi...tapi lama-lalma aku mikir lagi dan aku mutusin gak jadi bunuh diri...tapi pas mau buka iketan di kusen...kloset tempatku berdiri licin banget..jadinya aku kepleset dengan tali yang masih menjerat leherku...akhirnya aku mati deh”

“ooohhh.....gitu toh...ahhh padahal kamu jangan mati dulu kalo gitu..padahal setahun kemudian aku ngekost di rumah kamu”

“yaaahhh...namanya juga takdir Wi.....aku gak bisa ngatur-ngatur...tapi aku tetep bahagia kok Wi...akhirnya aku sekarang bisa tetep bareng kamu...walaupun beda alam”

“hmmm...iya juga sih....lagian waktu itu aku juga belum tentu suka kamu...karena tubuhmu itu gak menarik sama sekali”

“iiiihhhhh!!!!..........kamu mah ah, ngebahas tubuh lagi....sebeeeeeeeel”

“eh iya maaf...maaf heheheh...lupa”

Utami kembali memukul manja Asnawi untuk melampisakan kekesalannya. Asnawi pun malah tertawa bahagia ketika melihat Utami marah dan memukulinya, karena bagi Asnawi, tidak ada wanita yang lebih cantik dibandingkan Utami yang sedang marah. Setelah keadaan tenang, Asnawi kembali membuka obrolan.

“anu Tami....malem ini bisa gak anterin aku ke makam kamu..soalnya ritualnya akan diadain lusa...aku besok mesti pergi lagi ke Sukabumi”

“hmmm....bisa...tapi makamku jauh banget dari sini Wi”

“emang dimana gitu?”

“aku dimakamin di tanah kelahiran ibuku....di Lembang”

“anjiiirr jauh banget”

“iya Nawi...gimana atuh..besok siang aja yah”

“waduh siang mah gak bisa atuh...aku bisa dipukulin warga karena gali kuburan orang”

“gimana atuh?”

“yaudah malem ini aja....kamu siap?”

“aku mah siap siap aja sih....”

“okeh kalo gitu kita berangkat sekarang”

Asnawi langsung bergegas kembali untuk pergi menuju makam Utami. Dia langsung menyiapkan linggis dan cangkul yang sudah dibawanya sedari pulang kuliah. Dia sengaja meminjamnya dari tukang kebun di kampus. Setelah semuanya siap, mereka langsung pergi dari rumah menuju Lembang. Asnawi memakai perlengakapan bikersnya dengan jaket yang tebal, sedangkan Utami masih dengan handuknya yang setia menutupi tubuh.

Dua jam lamanya waktu yang ditempuh mereka untuk sampai di makam Utami yang terletak di kawasan perkampungan di Lembang. Jalan menuju kesana sangatlah gelap dan sepi. Suasana semakin menakutkan tatkala mereka melawati perkebunan teh yang sangat angker. Sesekali Utami berteriak dan membenamkan wajahnyanya ke punggung Asnawi karena ketakutan melihat mahluk mahluk gaib yang berada disepanjang jalan.

Akhirnya mereka tiba ketika Utami menunjukkan sebuah gapura yang berada dipinggir jalan. Gapura itu tampak menyeramkan dengan banyak ditumbuhi tanaman menjalar. Asnawi menyimpan motornya dibalik sebuah pohon besar agar tersembunyi.

Asnawi dan Utami berjalan menyusuri sebuah jalan setapak yang membelah perkebunan sayur. Asnawi membawa cangkul, obat nyamuk, golok dan linggis beserta beberapa kantong plastik yang diselipkannya dia saku celana. Utami semakin ketakutan ketika mereka memasuki kawasan pemakaman. Dia memeluk erat Asnawi dan membenamkan wajahya ke lengan Asnawi. Asnawi mulai kesal dengan tingkah Utami

“kamu kenapa Tami..kok ketakutan banget”

“takut banget Nawi..disini banyak setannya”

“hahaha...yaelah Tami, kenapa mesti takut sih?...kan kamu juga setan”
“ihhh...takut...mereka itu mukanya hancur-hancur..apalagi kunti yang ngikutin kita”

“apaaaah!!...ada kunti yang lagi ngikutin?”

“ho’oh Wi”

“cantik gak?”

“huh! Ngarep.....mukanya borok dan banyak belatung Wi”

“hihhhhh!!!...kok aku jadi merinding Tami...ayolah cepetan tunjukin makam mu biar kita cepet pulang”

Utami menunjukkan sebuah makam yang masih berbentuk gundukan tanag di bawah pohon beringin besar. Di batu nisannya tertulis ‘TRIE UTAMI Binti H. MARWAN FELANI Lahir 12 Maret 1996 Wafat 30 Mei 2012’.

“nama lengkapmu Trie Utami?....kayak artis atuh euy..hahah”

“emang Wi...Ibuku fans berat Trie Utami...dan kebetulan aku anak ketiga, jadi weh namaku Trie Utami”

“hahaha....dan ternyata kita ini seumur yah Tami”

“iya Wi.....tapi aku matinya umur 16 jadi kayak anak kecil terus nih”

“ah gak apa apa kok Tami...aku baru baru ini jadi suka anak kecil”

“Ihhhh...dasar gila...kamu pedofil?”

“ya enggak lah Tami...aku normal...aku suka anak kecil itu makudnya kamu hehehe ”

“huh!! Dasar...!..yaudah ayo gali yuk....aku takut nih lama lama disini”

Asnawi dengan semangat mulai menancapkan linggis kepermukaan pusara Utami untuk melembekkan tanah. Setelah itu dia mulai menggali dengan menggunakan cangkul. Utami yang semula diam saja menjadi ikut menggali dengan menusukkan linggis untuk membuat tanahnya semakin lembek.

Peluh mulai memenuhi tubuh Asnawi, beberaoa kali dirinya beristirahat untuk sekedar mengambi napas. Kuburan Utami cukup dalam, Asnawi harus menggalinya dengan cepat dan hati-hati agar tidak merusak tulang belulang Utami. Setelah cukup dalam menggali, cangkul yang digunakan untuk mengeruk tanah tiba tiba membentur suatu benda keras, Asnawi lantas menyelidiki benda keras itu dengan tangannya. Ternyata itu adalah papan penutup jenazah. Dia kemudian mengangkat papan papan kayu yang berjajar rapi menutupi jasad Utami di persemayamannya dan tampakklah jasad Utami yang terbungkus kain kafan yang sangat kotor dan lusuh. Jasad Utami tampak mengahadap ke arah kiblat yang sesuai dengan syariah islam.

Asnawi dengan hati hati membalikkan jasad itu, kemudian membuka kain kafan yang menutupi bagian kepala. Betapa kagetnya Asnawi dan Utami ketika melihat jasad Utami yang masih utuh. Tampak kepalanya masih segar deperti baru mati kemarin sore. Selain itu, jasad Utami tidak tercium bau busuk.

“subhanallah........mayatmu masih utuh Tami!....harusnya udah jadi tengkorak nih”

“kok aku jadi terharu yah Wi......ternyata jasadku masih ada”

“berarti kamu anak baik Tami....selama hidup, kamu gak banyak dosa...jadi masih utuh”

“ah emang gitu?....tau dari mana?”

“yah nebak nebak aja..hehe”

Asnawi melanjutkan pekerjaannya dengan membuka seluruh kain kafan. Ternyata hampir 70 persen jasad Utami masih utuh. Satu satunya bagian jasad yang membusuk yakni di bagian perut dan ulu hati yang tampak banyak belatung yang bersarang. Asnawi pun menyemprotkan obat nyamuk agar para belatung itu mati.

“Tami....kok aku jadi gak enak yah...jasadmu masih bagus...aku jadi gak tega ngambil tulangmu”

“gak apa apa kok Nawi..enakin ajah....sana tuh ambil tulang rusukku...tuh ada beberapa yang keliatan...paling tinggal cabut aja”

“baiklah...akan kucabut”

Asnawi mencabut sebuah tulang rusuk yang menyembul keluar dari bagian tubuhnya yang membusuk. Dengan sangat mudah, Asnawi bisa mencabutnya karena jasad Utami yang lembek.

“nah udah nih.....makasih banget yah Tami”

“iya Nawi....eh tulangnya ambil satu lagi lah!”

“hah! Kenapa emang?.....aku butuhnya cuman satu”

“Hmmm...aku pengen kamu menyimpan tulangku”

“buat apa Tami?”

“ada deh hehehe........anggap aja itu hadiah berharga dariku buat kamu”

“oh gitu!.....okeh..aku ngambil lagi”

Ketika Asnawi mengambil tulang, dirinya mendadak ingat sesuatu. Syarat yang masih belum didapat yakni daging perawan telah tersedia dihadapan matanya yaitu daging dari jasad Utami.

“Tami...maaf nih, aku baru inget...syarat ritual paku kuntilanak selain tulang adalah daging perawan....boleh gak aku mint dikit aja dagingmu”

“ya boleh atuh Nawi.........sok aja ambil sesukamu, aku udah gak ngebutuhin jasad ini”

“alhamdulillah....makasih banget yah Tami.....kamu emang yang terbaik lah”

“hihihihi..ah nanti lagi ah puji-puji nya di kostan..ayo cepetan tuh ambil jantungku”

“hah!.serius nih?”

“iya lah...jantungku masih utuh kayaknya tuh....ambil aja!”

Asnawi akhirnya menuruti perintah Utami untuk mengambil jantungnya. Dia membelah bagian dada Utami dengan golok yang dibawanya. Dengan perlahan Asnawi merogohkan tangannya kedalam dada Utami yang sudahdibelah untuk mengambil jantung. Beberapa saat kemudian, Asnawi mengambil seonggok daging daging yang terlihat basah. Dia kemudian memasukannya kedalam kantong plastik dan mengikatnya. Utami termenung melihat Asnawi yang mengambil jantungnya. Dirinya seakan akan sedang melamun dan memikirkan sesuatu sampai akhirnya dia tidak menghiraukan Asnawi. tiba tiba Asnawi memeluk Utami yang sedang bengong.

“kamu kenapa ujug-ujug meluk???” Utami kaget.

“ah enggak Tami...aku cuma pengen aja..hehehe...lagian kamu bengong mulu, aku takut kamu kesambet setan”

“yaelah...masa aku kesambet setan?....kan aku juga setan”

“eh iya lupa hahaha”

“udah diambil jantungnya?”

“udah Tami”

“kalo gitu pulang yukk....aku udah gak tahan disini...takut banget”

“hadeeuuh tenang dikit atuh...aku kan mesti ngebersin makam kamu lagi”

“yaudah cepetan atuh...itu kunti yang tadi ngikutin, sekaran ada disebelah kamu...dia mau nyium kamu”

“anyeeeeeenkk....serem”

Asnawi dengan cepat segera membungkus kembali jasad Utami dengan kain kafan, kemudian dia menghadapkan jasadnya kembali mengahadp ke kiblat. Setelah itu Asnawi merapikan kembali papan penutup jenazah lalu mulai menimbunnya dengan tanah. proses penimbunan berlangsung dengan cepat karena baik Asnawi dan Utami sama sama merasa ketakutan dengan suasana pemakaman yang semakin angker. Utami melihat banyak sekali mahluk-mahluk gaib yang menghampirinaya karena dibuat penasaran oleh aktifitas dirinya dan Asnawi.

Akhirnya mereka selesai menimbun kembali makam dan Asnawi menancapken batu nisan makam di tempatnya semula. Sebelum pergi, Asnawi menaburkan bunga diatas pusara Utami dan menyiramnga dengan sebotol air. Mereka pun pulang kembali dengan perasaan lega setelah berhasil keluar dari areal pemakaman dengan selamat. Utami memeluk erat Asnawi dari belakang. Dia sangat bahagia karena telah memberikan tulang rusuknya untuk disimpan oleh Asnawi. tak hanya Utami, Asnawi pun merasakan hal yang sama. Dia berhasil memenuhi semua persyaratan yang sanagat berat untuk memenuhi ritual paku kuntilanak.
....................................

APA YANG AKAN DILAKUKAN UTAMI DAN ASNAWI KETIKA MEREKA KEMBALI PULANG KE KOSTAN?

KITA REHAT SEJENAK PEMIRSAAAAH........emoticon-Bettyemoticon-Betty
Diubah oleh Martincorp 04-10-2019 14:11
OkkyVanessaM
jenggalasunyi
symoel08
symoel08 dan 30 lainnya memberi reputasi
31
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.