Kaskus

News

l4d13putAvatar border
TS
l4d13put
Dimana Soekarno saat Tragedi G30S/PKI? Keluar Istana Malam Hari Berpakaian Preman
Dimana Soekarno saat Tragedi G30S/PKI? Keluar Istana Malam Hari Berpakaian Preman


Minggu, 29 September 2019 15:04

Quote:


TRIBUNBATAM.id - Terungkap keberadaan Presiden Soekarno saat tragedi berdarah Gerakan 30 September alias G30S PKI.

G30SPKI merupakan satu peristiwa yang tidak akan terlupa oleh Bangsa Indonesia adalah momen dibantainya enam perwira tinggi TNI Angkatan Darat dan beberapa orang lainnya oleh PKI.

Seperti diketahui, malam itu PKI terlebih dahulu menculik para jenderal sebelum akhirnya melakukan pembantaian keji.

Namun yang jadi pertanyaan, di mana dan sedang apa Presiden pertama Indonesia, Soekarno saat malam berdarah itu?

Dilansir Tribun Jabar dari buku Maulwi Saelan Penjaga Terakhir Soekarno, Bung Karno ternyata begadang malam itu, tapi sama-sekali tak tahu akan adanya penculikan para jenderal.

Malam itu, tanggal 29 September 1965, Bung Karno punya jadwal menghadiri acara Musyawarah Nasional Teknik (Munastek) ke Istora Senayan, Jakarta.

Munastek tersebut diprakarsai oleh pemimpin Angkatan Darat dan Persatuan Insinyur Indonesia (PII). Adapun ketua acaranya adalah Brigjen Hartono Wirjodiprodjo yang kala itu menjabat sebagai Direktur Pelalatan AD. Menteri Pengairan Dasar saat itu, Ir PC Harjo Sudirdjo, dipercaya sebagai Ketua I atau wakil ketua acara.

Bung Karno berangkat dari Istana Merdeka ke lokasi acara dijemput oleh Brigjen Hartono.

Bapak Proklamator itu juga didampingi pengawal pribadi, Kolonel Maulwi Saelan dan ajudan, Kolonel Bambang Widjanarko.

Sampai di tempat acara, Soekarno melambaikan tangan kepada orang-orang yang ada di sana. Terdengar pula teriakan “Merdeka”, “Hidup Bung Karno”, dan “Viva Pemimpin Besar Revolusi” dari para hadirin.

Singkat cerita, acara Munastek pun rampung sekitar pukul 23.00 WIB. Bung Karno lantas kembali ke Istana Merdeka bersama pengawal pribadi dan ajudan.

Merasa tidak ada lagi tugas pengawalan, Maulwi kemudian melapor kepada Soekarno untuk pulang ke rumahnya di Jalan Birah II No.81, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sekitar pukul 24.00 WIB.

Tak disangka, sepulangnya Maulwi, Bung Karno pergi secara diam-diam dari istana dikawal Kompol Mangil dan timnya yang berpakaian preman.

Bung Karno ternyata menuju rumah istri termudanya, Ratna Sari Dewi di jalan Gatot Subroto.

Sesampainya di sana, orang yang dituju ternyata sedang keluar menghadiri malam resepsi di Hotel Indonesia yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Irak di Jakarta.
Lantas Bung Karno pun menyusul ke Hotel Indonesia.

Bung Karno menunggu di parkiran hotel, Soeparto, sopir pribadi Presiden menjemput Dewi yang dikawal anak buah Mangil, Ajun Inspektur II Sudiyo menjemput Ratna Sari Dewi.

Rombongan kemudian kembali ke rumah Ratna Sari Dewi.

Sementara itu di timur Jakarta yang jaraknya sekira 10 kilometer dari rumah Dewi, para jenderal sedang diculik kemudian dibantai oleh G30S PKI.

Bung Karno sendiri baru mengetahui informasi pembantaian para jenderal pada 1 Oktober 1965 jelang siang hari.

(Sumber: buku Maulwi Saelan Penjaga Terakhir Soekarno)

Sumber Berita

=======================
Komen TS

Sudah jelas, malam itu karno sedang gebukin para Jendral yang menolak Komunis.

Tonton dan dengerin pidato karno: "Subur, Subur, Suburlah PKI"



stmkepoooAvatar border
yunanditaAvatar border
rajatega77Avatar border
rajatega77 dan 38 lainnya memberi reputasi
-21
108.7K
248
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
KASKUS Official
691.3KThread56.6KAnggota
Tampilkan semua post
dimashardiAvatar border
dimashardi
#90
masih sangat membingungkan.

dewan jendral ga setuju sama rencana sukarno membentuk angkatan bersenjata ke 5, yg dimana akan mudah di isi oleh org2 PKI itu sendiri, terus mereka juga ga setuju rencana sukarno menjadi presiden seumur hidup. kita juga gatau apa motivasi sukarno mau menjadikan dirinya presiden seumur hidup. apakah ini termasuk paham komunis???

karna faktanya sukarno juga menginginkan komunisme, bahkan dekat dengan PKI. sampai2 PKI pada saat itu menang di parlemen dan memiliki jumlah suara yg banyak

isunya dewan jendral mau mengkudeta sukarno. isu inilah yg disebarkan sehingga chakrabirawa harus membunuh para dewan jendral sebelum kudeta itu terjadi. belum ada data fakta bahwasanya para dewan jendral akan mengkudeta sukarno pada saat itu.

mengenai isu dalang sebenarnya adalah suharto, kalo menurut saya tidak. suharto hanya mengambil kesempatan atas situasi pada saat itu. kalau seandainya semua dewan jendral yg ditargetkan mati. suharto juga gabisa apa2. bahkan rencana sukarno menjadi presiden seumur hidup akan terlaksana. namun yg terjadi ada 1 jendral yg hidup. dialah a.h nasution. secara logika harusnya nasution lah yg berhak menjadi presiden menggantikan sukarno. tapi karna dia pintar pada masa itu lembaga tertinggi negara dan punya kendali penuh hanya MPR. dia ambil jabatan ketua untuk melengserkan sukarno dan menggantinya dengan suharto.

ada juga isu bahwa sebelum melakukan aksinya kol latif sempat mendatangi suharto untuk memberitahukan rencananya, namun suharto tidak berbuat apa2

kalau ditarik benang merah harusnya komunisme yg menjadi biang masalahnya, bukan dari sukarno maupun dewan jendral. mungkin kalau dlu tidak ada paham komunisme di indonesia ga begini kejadiannya.

sya lebih penasaran apa yg terjadi dengan hubungan sukarno dan hatta pada saat mereka menjabat. apakah mereka tidak sepaham dan sevisi??

Diubah oleh dimashardi 01-10-2019 11:03
kakekane.cell
kakekane.cell memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.