TS
ibliss666
Cerita dan Inspirasi Bisnis ini Perlu di Baca agar Agan Sista Makin Kaya
JIKA ADA PIHAK YANG TIDAK BERKENAN BISA PM SAYA YA




Jadi Bos itu Penting
Belajar untuk jadi Bos itu Perlu
Mulailah Dari Sini
Membaca Bersama Saya


Quote:
INDEX
Pengalaman bisnis Popok Kain
Think Big
Bisnis Melalui Instagram
Bisnis Hewan Qurban
Jas Hujan Muslimah
Kue
Mie Akhirat
Dasar Digital Marketing
Upgrade Bisnis dengan Coaching
Brand Identity
Branding Fast Changing Product
Pentingnya Tim
Strategi Bisnis Turun Temurun
Penyegaran Bisnis
Meningkatkan Daya Saing UKM
Sinergi Bisnis Online & Offline
Menentukan Bisnis dari DNA kita sendiri
Menjual Tanpa Bicara
Branding Wisata Indonesia
Zalfa Kosmetik
Menemukan Pelanggn, BUKAN pembeli
Billboard Jaman Sekarang
FOODTRUCK
Membangun Bisnis tanpa HUTANG
Marketing Plan
cairo food
5 syarat sukses bisnis online
Business Foundation
Pembukuan
Leads
Panen saat Lebaran
Perlakuan Terhadap Konsumen
Good to Read
Ghost Kitchen
Perjuangan NomiNomi dessert
Bisnis KESEHATAN
Warung Kopi
Baso Karawang
10 Modal Mental Entrepreneur
Rempah Indonesia
Bisnis Saat Corona
Flywheel BARU dalam Bisnis
Pengalaman jual CIRENG
Tentang Investasi
Quote:

Pada tahun 2015 mb novi (kalian g knal) datang berkunjung ke rumah saya dan melihat setumpuk popok kain yang merupakan sisa stok penjualan saya.
Saat itu saya adalah reseller kecil dari beberapa brand lokal dan brand china. Situasi pasar online di dunia popok sangat terasa dalam red ocean, dimana masing masing pemain saling membenturkan harga satu sama lain sekalipun itu brand lokal yang sebenarnya memiliki standart kualitas produk yang jauh lebih baik daripada brand china.
Nah momentum terjadi saat mb novi mengajak saya menjadi rekan bisnis dalam memasarkan popok dari hasil jahitan ibu mertuanya.
Saat melihat sample popok yang akan dipasarkan, seketika benak saya langsung menembak target menengah kebawah, dikarenakan kualitas bahan baku yang dipersepsikan pasar saat itu masih lebih rendah dibanding bahan baku dari beberapa brand pada umumnya.
Setelah beberapa waktu saya berproses menggali semua data, menentukan kompetitor dan lain lain. Kami mulai memasarkan produk ini (kami memberi nama Free) dengan sistem PO; sistem pemasaran pun ATM murni dari produsen lainnya.
Dan yang terjadi adalah dalam waktu 6 bulan sesudah launcing, produksi Free akhirnya harus off sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan.
Masalahnya hanya satu satu nya tenaga produksi (yang tak lain ibu mertuanya) terkena serangan stroke.
Kami sama sekali tidak mempunyai Plan B karena miskin jaringan penjahit khususnya model halusan
Setelah 8 bulan berjalan akhirnya Free bisa bangkit kembali dengan berbekal evaluasi dari pengalaman sebelumnya, kami merombak semua manajemen yang kami lakukan, baik dr segi pemasaran dan produksinya.
Langkah pertama adalah menjaring data penjahit di sekitar tempat tinggal kami (radius sampai desa tetangga); hasil ternyata WOW, pengalaman kami mendapatkan 10 calon penjahit namun yang bisa dijadikan tim hanya 1-2 orang saja (kami memberikan contoh jahitan dan bahan dalam rupa potongan untuk dikerjakan sendiri dulu).
Di sisi lain saya yang bertanggung jawab dalam mendatangkan buyer, membutuhkan pendekatan yang berbeda untuk merekrut tim marketing.

Singkatnya dalam kurun waktu 6 bulan (setelah momentum Free dibangkitkan), permintaan dari tim marketing cukup naik significant, namun disinilah akhirnya terkuak masalah masalah operation bisnis yang akhirnya membuat banjir bandang komplainan dari marketing.
Masalah masalah yang kami identifikasikan:
Quote:
1. Miskin jaringan di bidang penjahit hampir membuat kami frustasi.. Di wilayah trdekat kami memang banyak penjahit tp pengalaman menjahit popok kain sama sekali tidak ada.. Bisa dikatakan perjuangan kami dimulai dari nol..
2. Tidak ada standart bahan baku dan kompetensi tim produksi yang tidak seragam sehingga berpengaruh pada hasil jahitan yang bervariasi antar 1 penjahit dengan penjahit lainnya, terbukti dari komplain yang memberikan bukti foto ukuran popok yang tidak seragam.
3. Tidak ada kepercayaan dari supplyer. Kami mengawali biaya produksi mulai dari modal yang sangat minim, sehingga kami hanya mampu membeli bahan baku lewat distributor kain.
Disisi lain masing masing distributor memiliki suplay dari beberapa pabrik yang berbeda sehingga tidak ada standart bahan baku yang jelas.
4. Sistem produksi masih belum menemukan kesesuaian. Sehingga masih sering terjadi proses tumpang tindih akibat proses trial eror setiap saat bisa berganti.
2. Tidak ada standart bahan baku dan kompetensi tim produksi yang tidak seragam sehingga berpengaruh pada hasil jahitan yang bervariasi antar 1 penjahit dengan penjahit lainnya, terbukti dari komplain yang memberikan bukti foto ukuran popok yang tidak seragam.
3. Tidak ada kepercayaan dari supplyer. Kami mengawali biaya produksi mulai dari modal yang sangat minim, sehingga kami hanya mampu membeli bahan baku lewat distributor kain.
Disisi lain masing masing distributor memiliki suplay dari beberapa pabrik yang berbeda sehingga tidak ada standart bahan baku yang jelas.
4. Sistem produksi masih belum menemukan kesesuaian. Sehingga masih sering terjadi proses tumpang tindih akibat proses trial eror setiap saat bisa berganti.
Hasil dari kesalahan kesalahan diatas kami bayar mahal dengan cacian komplain tidak profesional dan ancaman pelaporan penipuan, karena kami mengirimkan popok ke buyer setelah h+3 minggu.
Antrian orderan marketing yang semakin mengular namun produksi tidak bisa mengejar dengan cepat.
Hal tersebut di atas sangat mungkin terjadi dalam dunia bisnis.
Belum bisa menghasilkan kolaborasi yang tepat antara tim marketing dengan tim produksi sehingga keduanya tidak sinkron.
Marketing yg sudah menguasai ilmu pemasaran bisa dengan mudah mendatangkan customer sehingga muncul "banjir order"
Sedangkan tim produksi yg belum matang dan belum siap menghadapi "banjir order" kesulitan dalam memenuhinya, terlebih lagi kendala teknis seperti pemadaman lampu yg kerap membuat tim produksi tidak bekerja, lanjut ketersediaan SDM dalam tim produksi pun belum menguasai teknik jahit "halusan" seperti popok (daerah wilayah kami memang bnyak penjahit tetapi umumnya berpengalaman di kemeja, kaos, jaket, celana jins adalah keunggulannya) sehingga kami harus menemani dalam proses membuka mindsetnya bahwa menjahit popok itu bisa mudah asalkan niat belajar dan praktek tekniknya.

Berbekal pengalaman yang sangat tidak mengenakan ini. Akhirnya kami melakukan evaluasi dan merombak untuk sekian kalinya.
Langkah langkah perbaikan :
Quote:
1. Adanya norm (standart) untuk semua aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh semua anggota tim (baik produksi, staff operasional, maupun marketing), seperti meliputi norm bahan baku, norm hasil potong, norm hasil jahitan, norm adminitrasi (keuangan, gudang, ekspedisi, penjualan, dsb), dll.
2. Dibuatnya sistem yang lebih mudah dikerjakan maupun mudah dievaluasi. Berdasarkan dari alur kerja dari semua anggota tim yang berkesinambungan.
3. Pengembangan kualitas sumber daya manusia. Kegiatannya meliputi workshop untuk tim produksi, praktikum sesuai norm di masing masing aktivitas semua bagian, dll.
Dengan tujuan meningkatkan kompetensi semua anggota tim tanpa terkecuali.
2. Dibuatnya sistem yang lebih mudah dikerjakan maupun mudah dievaluasi. Berdasarkan dari alur kerja dari semua anggota tim yang berkesinambungan.
3. Pengembangan kualitas sumber daya manusia. Kegiatannya meliputi workshop untuk tim produksi, praktikum sesuai norm di masing masing aktivitas semua bagian, dll.
Dengan tujuan meningkatkan kompetensi semua anggota tim tanpa terkecuali.
Kami berdua selaku top manajemen, belajar untuk "merangkai" dari kompetensi masing masing tim.
Mengkolaborasikan dengan menanamkan nilai kerjasama tim dalam perumpamaan satu tubuh satu badan.
Bahwa bila ada satu bagian ada kendala/masalah maka bagian lagi juga akan tersendat sehingga berpengaruh pada keseluruhan aktivitas bagi brand Free
Hasilnya perlahan perlahan banyak perbaikan, diantaranya :
Quote:
1. Kapasitas produksi bisa naik mencapai target (setiap bulan selalu ada target naik 10-20%)
2. Hasil produksi sesuai standart yang sudah dibuat, komplain sudah hampir jarang terjadi.
3. Marketing semakin semangat memasarkan produk karena adanya perubahan hasil produksi yang memiliki standart jauh lebih baik daripada sebelumnya.
4. Masing masing anggota tim bisa bekerja dengan memaknai konsep tim work, terbukti kesalahan teknis yang sifatnya keteledoran bisa diminimalisir (karena angota satu sama lain saling mengkoreksi/mengevaluasi hasil kerja rekan di tahapan sebelumnya).
5. Masing masing anggota tim juga muncul rasa untuk selalu siap belajar apapun, karena mereka sadar bahwa alur kinerja memang berkesinambungan, sehingga apabila ada satu bagian yang mengalami masalah dalam pekerjaannya maka bagian yg lain dengan segera ikut menghandle pekerjaan tersebut sehingga alur kerja dalam tim tetap terjaga dengan baik
2. Hasil produksi sesuai standart yang sudah dibuat, komplain sudah hampir jarang terjadi.
3. Marketing semakin semangat memasarkan produk karena adanya perubahan hasil produksi yang memiliki standart jauh lebih baik daripada sebelumnya.
4. Masing masing anggota tim bisa bekerja dengan memaknai konsep tim work, terbukti kesalahan teknis yang sifatnya keteledoran bisa diminimalisir (karena angota satu sama lain saling mengkoreksi/mengevaluasi hasil kerja rekan di tahapan sebelumnya).
5. Masing masing anggota tim juga muncul rasa untuk selalu siap belajar apapun, karena mereka sadar bahwa alur kinerja memang berkesinambungan, sehingga apabila ada satu bagian yang mengalami masalah dalam pekerjaannya maka bagian yg lain dengan segera ikut menghandle pekerjaan tersebut sehingga alur kerja dalam tim tetap terjaga dengan baik
Quote:
Inspirasi Kedua
“THINK BIG TO BECOME BIG”
But, HOW BIG IS YOUR “BIG”?
[visi gede anda seberapa GEDE?]
But, HOW BIG IS YOUR “BIG”?
[visi gede anda seberapa GEDE?]
1. Ada orang yg membesarkan bisnis kuliner nya setelah bisnis pertama yg dia rintis dari awalnya kecil.., menjadi lebih besar, namun karena tempatnya yang sdh nggak mencukupi, maka mulailah buka cabang, karena sukses, maka buka cabang dan buka cabang lagi...
2. Ada orang yg buka usaha kuliner, cukup rame, namun nggak pernah membayangkan bisnis nya bisa buka cabang, dan dikembangkan menjadi berlipat-lipat. Malah orang lain yg bisa ngelihat alias punya “think big” yang menawarkan untuk membesarkan bisnis kuliner yg dimiliki itu. Dan benar aja, setelah ada “orang luar” yg “punya visi” & keberanian, bisnis kuliner nya membesar...
3. Ada orang yang awalnya blom punya bisnis kuliner, tapi sudah “punya think big”, dari awal. Dan sudah merancang untuk membuat bisnis kuliner yg sudah di design untuk bisa dikembangkan menjadi besar dengan jumlah cabang yg berlipat-lipat. Malah sekarang bisa berkembang secara “self running” / auto pilot.
2. Ada orang yg buka usaha kuliner, cukup rame, namun nggak pernah membayangkan bisnis nya bisa buka cabang, dan dikembangkan menjadi berlipat-lipat. Malah orang lain yg bisa ngelihat alias punya “think big” yang menawarkan untuk membesarkan bisnis kuliner yg dimiliki itu. Dan benar aja, setelah ada “orang luar” yg “punya visi” & keberanian, bisnis kuliner nya membesar...
3. Ada orang yang awalnya blom punya bisnis kuliner, tapi sudah “punya think big”, dari awal. Dan sudah merancang untuk membuat bisnis kuliner yg sudah di design untuk bisa dikembangkan menjadi besar dengan jumlah cabang yg berlipat-lipat. Malah sekarang bisa berkembang secara “self running” / auto pilot.
Quote:
Termasuk yang mana anda diantara ketiga skenario diatas..?
Apa bedanya owner/founders dari skenario 1 vs 2 vs 3?
Mana yang punya kemungkinan “TERBESAR” untuk jatuh atau bangkrut lebih cepat setelah bisnis kuliner nya membesar?
Berapa lama biasanya suatu bisnis kuliner itu mampu bertahan? Dan gimana cara nya supaya tetap bertahan & berkembang terus?
HOW BIG IS YOUR “BIG”?
[mau sebesar apa bisnis kuliner anda?]
[amankah posisi bisnis anda 5-10thn kedepan?]
Apa bedanya owner/founders dari skenario 1 vs 2 vs 3?
Mana yang punya kemungkinan “TERBESAR” untuk jatuh atau bangkrut lebih cepat setelah bisnis kuliner nya membesar?
Berapa lama biasanya suatu bisnis kuliner itu mampu bertahan? Dan gimana cara nya supaya tetap bertahan & berkembang terus?
HOW BIG IS YOUR “BIG”?
[mau sebesar apa bisnis kuliner anda?]
[amankah posisi bisnis anda 5-10thn kedepan?]
Sumber:
koko hadiono - praktisi kuliner global & lokal > 22thn
Spoiler for anu:
pak Bi adalah seorang kontributor yang sering mengadakan seminar...
JIKA ADA PIHAK YANG TIDAK BERKENAN BISA PM SAYA YA

Diubah oleh muselimah 08-05-2022 06:38
ekspedisisby dan 26 lainnya memberi reputasi
27
47K
Kutip
212
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
UKM
14.8KThread•3.6KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ibliss666
#161
Baso Karawang
Quote:
Terima kasih sudah mengijinkan saya untuk sedikit bercerita mengenai perjalanan saya sebagai tukang baso 4.0 . Mohon maaf kalaw banyak salah-salah kata dalam penyampaian kulgram ini. Kepada para senior-senior mohon ijin untuk bercerita.
Pada kesempatan ini saya akan coba bercerita mengenai “Customer, The Center Gravity of Business” dan bagaimana menjadikan service sebagai core/added value dari bisnis kita.
Pelanggan adalah pusat gravitasinya bisnis. Bisnis apapun jenisnya akan bisa disebut sebuah BISNIS jika ada pelanggan atau pembelinya.
No Brand No Business.
Dan sudah barang tentu if No Customer there’s No Business
How about BRAND ?
Brand it’s just like PUNK
PUNK NOT DEATH
mari kita kroscek pernyataan diatas, semua pasti pada tau apa itu ODOL
sebuah nama yang tertanam dialam bawah sadar kita untuk pasta gigi. Odol adalah merk pasta gigi jaman dulu, dimasa perjuangan kemerdekaan, apakah sekarang bisnisnya jalan? apakah customernya ada? apakah pasta gigi merk ODOL bisa ditemukan dipasaran?
silahkan dijawab dalam hati 😊
That's The Power of Brand, NOT DEATH just like PUNK
kali ini bahasannya bukan PUNK (musik Punk) tapi tentang bagaimana servis, yang bisa dijadikan sebagai core/added value dari Brand & Business kita.
Kata “Service” itu yang saya garis bawahi dan dijadikan kuncian dalam membesarkan Baso Karawang 27 sampai saat ini, sampai akhirnya cakrawala saya makin terbuka setelah ikut workshop BBB, ternyata service itu termasuk kategori unique selling poin yang bisa dijadikan sebagai framework dalam menentukan core/added value dan DNA dari Brand kita.
Mari kita samakan persepsi tentang customer, service, service excellent dan fungsi utama customer service.
1. Tentang Pelanggan / Customer :
Pelanggan bukanlah RAJA, mindset ini penting dibangun dibenak kita supaya kita bisa mensejajarkan posisi dengan pelanggan, kebayangkan kalaw pelanggan adalah RAJA mana mau dia setara sama rakyatnya,
atau coba bayangin juga apabila pelanggan adalah RADJA, ketika kita keluar rumah orang-orang pada pakai kaca mata hitam atau mungkin kitapun pakai kacamata hitam walaupun kondisi gelap & malam hari. 😎😎😎
kalaw senyam senyum sendiri brarti anda masuk generasi kolonial xixiixi
kenapa pelanggan bukan raja ? ada suatu quotes yang keren yang beredar sudah sejak lama diluaran sana
sooo jadi siapakah pelanggan itu?

Semua bisnis baik yang profit oriented ataupun organisasi nirlaba tujuan utama mereka berbisnis adalah mendapatkan pelanggan.
Mereka adalah orang yang paling penting, tujuan utama kita berbisnis dan Nadi kehidupan bisnis kita.
Mereka adalah orang-orang yang INDEPENDENT dan bebas menentukan pilihan sesuai dengan kebutuhan dan selera mereka.
Jadi pelanggan itu adalah mitra utama kita dalam berbisnis.
Amazon bahkan menyebut mereka bukan lagi pelanggan tapi GROWTH, so apa sebutan temen-temen disini untuk pelanggannya ???
berikut adalah beberapa data hasil riset tentang pelanggan

94 % consumers (pembeli) akan meninggalkan kita akibat Promosi dan "Pesan" yang tidak relevan.
SMS Broadcast adalah salah satunya, dulu sewaktu bekerja di pusat pelayanan pelanggan, permintaan untuk memberhentikan SMS Broadcast ini masuk ke dalam TOP 5 kategori interaksi yang banyak diminta pelanggan.

74% dari mereka akan beralih ke yang lain apabila purchasing prosesnya berbelit, ini berlaku baik online ataupun offline
kalaw sekarang itu semacam bikin banner gede depan toko, buy 1 get 1 dengan Syarat dan ketentuan diumpetin.
pengalaman kemarin beli minuman model diatas, pas beli buat bisa dapat promonya, kudu follow IG & Posting pada saat yang sama, dan pada waktu itu kebetulan lagi ngak bawa HP soo ambyarr deh promonya ngak dapet n al hasil belinya jadinya cuman 1 itupun yang paling murah xixixi

51% dari mereka tidak akan berbisnis lagi ketika terjadi pengalaman negatif
ini brand masuk ke list Brand Hell saya,

93% stayy karena remarkable service
Sekarang kita bergeser ke servis dan servis ekselen, apakah itu ?

Service adalah aksi yang kita lakukan sehingga menghasilkan nilai / value bagi orang lain.
Service terjadi ketika 3 unsur utamanya terpenuhi yaitu :
1. Aksi / Tindakan
2. People / Orang lain
3. Value / Nilai yang orang lain terima/dapatkan dari aksi yang telah kita lakukan.

Service Excellence / Customer Satisfaction
• Servis Ekselen adalah tentang bagaimana persepsi pelayanan yang diterima oleh pelanggan dibandingkan dengan ekspektasinya.
• Apakah Sesuai / Tidak dengan ekspektasi pelanggan
• Bersifat sangat Subjektif
Definisinya adalah : Servis Ekselen adalah langkah tambahan yang kita lakukan untuk memberikan nilai lebih untuk pelanggan kita.
* Servis Ekselen Harus bisa melebihi ekspektasi pelanggan walaupun hanya sedikit nilai yang kita tambahkan, kalau belum melebihi ekspektasi berarti belum Ekselen.
alias masih B ajah kalaw kata kids jaman niw mah 😂
Ilustrasi tentang Good, Bad & Excellent Customer Service :
Berhubung saya tukang baso yang suka ngoopi, analogi ilustrasinya kita buat tentang kopi
Customer minta dibuatkan espresso

minta espresso yah dikasih espresso
kenyataan sesuai dengan harapannya

nahh ini yang BAD nyah, minta espresso, dikasih americano atau kopi tubruk 🙈🙈🙈
nahh gimana dah kebayang kan ?
Customer itu siapa? Service & Service Excellent seperti apa?

Part yang terkair Fungsi utama Customer Service
Custoemr servis tugas utamanya adalah untuk melayani pelanggan, menyampaikan informasi terkait produk kita, menindak lanjuti permintaan mereka akan produk kita serta menindak lanjuti keluhan mereka.
itu adalah tugas utama atau main job customer service, trus gimana kalaw customer service di target harus bisa closing penjualan? itu sama halnya dengan ngomongin brand ditanya omset 😊
so sebelum memberikan tugas tambahan kepada tim CS, kuatkan dulu skill, produk knowledge & communication skill mereka sebelum mereka diajarin untuk berjualan.
imho yahh base by perjalanan selama jadi tukang service 🙏
tentang service nya sudah, bagaimana sekarang kita membuat tarikan service ke Brand kita
Sedikit cerita tentang Baso Karawang 27, BK27 lahir sekitar 9 tahun yang lalu, lahir beberapa bulan setelah anak yang pertama lahir kedunia ini, nama BK27 diambil dari nama salah satu jalan di kota bandung, dimana di tempat itu dulu kita pernah tinggal, Jl. Karawang No.27 Bandung. Sekarang jalan itu sudah dijadikan taman kota. Kita memilih kata Baso biar bandung atau sunda banget.
Mang dimana Lapaknya ? lapak kita ada didunia maya dari 9 tahun yang lalu sampai dengan hari ini dan semoga kita bisa istiqomah untuk tetep ada didunia maya, kecuali ALLAH SWT lebihkan rejeki kita untuk buka lapak offline, Jualan online itu susah-susah gampang, susahnya untuk membuat orang yakin akan apa yang kita jual dan gampangnya modal usahanya tidak besar, apalagi sekarang menjamur marketplace, jaman dulu market place yang hype salah satunya FJB Kaskus, dan tau kan gimana susahnya jualan di FJB untuk produk frozen food serta gimana susahnya untuk mendapatkan cendol organik? Selain itu emak-emak jaman dulu jarang bangetkan yang main kaskus.
Karena ekosistem kita ada didunia maya, servis kita jadikan sebagai alat untuk membangun reputasi, respon yang cepat, ramah, luwes, customizeable itu sudah menjadi keseharian kita dalam berinteraksi dengan pelanggan/calon pelanggan. Hampir 90 % produk Baso Karawang 27 berasal dari request atau ide dari pelanggan kita, ide-ide gila dari mereka kita serap, A/B test dan coba buat prototipe untuk dilempar kepasaran apakah laku atau tidak, lagi-lagi customer kita jadikan sebagai pusat perputaran bisnis kita, kalaw kata kang GS Ganjar mah verbatim.
Tidak mudah untuk mengeksekusi ide-ide pelanggan dan tidak semua ide dari mereka juga yang bisa kita eksekusi karena satu dan lain hal terutama berkaitan dengan proses produksi.
Dikelas workshop BBB kita diajarin untuk menemukan USP (unique selling point) dan DNA brand kita, Services kita jadikan pijakan sebagai framework untuk membangun DNA Brand Baso Karawang 27, dan Services juga adalah core value dari Baso Karawang 27, jualan utama kita itu di melayani dan membahagiakan orang sedangkan bakso hanyalah sebagai media pengantar kebahagiaan itu, services akan lebih mudah untuk membangun ikatan emosional dengan pelanggan dari pada produk sama dengan tujuan utama dari Brand adalah membangun ikatan emosi, produk bisa ditiru oleh setiap orang baik rasa, bentuk, karakter, kemasan dsb, tetapi kalaw service tidak mudah ditiru, service itu otentik, rasa yang disampaikan oleh tiap orang akan berbeda walaupun kontennya sama. Dan services itu bisa menghantarkan magic, hal yang diluar ekspektasi pelanggan baik itu diimplementasikan pada proses after service atau service recovery. Dan kegagalan services itu merupakan pintu masuk menuju BRAND HELL apabila kita tidak bisa memperbaikinya.
Dari jualan Service inilah Alhamdulillah Baso Karawang 27 dapat bertahan sampai dengan hari ini, dan InsyaAllah sampai hari-hari kedepannya sehingga bisa diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Diubah oleh ibliss666 28-09-2019 09:45
0
Kutip
Balas