Kaskus

Story

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]
Selamat Datang di Thread Ane Gan/Sis 


Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]


Kali ini ane ingin sekali bercerita tentang seluk beluk perjalanan cinta ane yang mana sudah lama banget mau ane ceritakan, karena ane cukup mual juga kalau memendam kisah-kisah ini terlalu lama, ada yang mengganjal dihati, hitung-hitung sebagai penebusan dosa..hehe.. Mohon maaf juga sebelumnya karena ane masih nubie, mohon bimbingannya ya gan sis agar trit menjadi lebih menarik untuk dibaca.

Terima kasih Gan Sis telah mendukung dan membaca Trit ini sehingga bisa menjadi HT di bidang STORY. Semoga kedepannya ane selalu bisa memperbaiki tulisan ini dengan baik sehingga semakin enak dibaca.


Spoiler for INDEX:


Spoiler for "You":



Spoiler for MULUSTRASI:


Spoiler for Peraturan:


Selamat membaca kisah ane yang menurut ane seru ini ya gan/sis.


Menurut ane, lagu ini kurang lebih mewakili diri ane di masa lalu gan sis


Quote:


Quote:


Quote:

Quote:

Diubah oleh yanagi92055 20-05-2020 13:13
suryosAvatar border
xxxochezxxxAvatar border
DayatMadridistaAvatar border
DayatMadridista dan 113 lainnya memberi reputasi
106
465.6K
4.3K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#1994
Sertijab Telat
Malam serah terima jabatan di himpunan dilaksanakan di sekretariat himpunan dalam gedung fakultas. Pengurus lama yang diwakili ane akhirnya menyerahkan jabatan ke pengurus baru yang pengurus intinya diisi oleh angkatan Harmi. Angkatan Harmi ini bekerjasama dengan angkatan bawahnya lagi yang kalau kata Harmi anak-anaknya aneh-aneh pemikirannya. Udah gitu nggak mau akrab sama teman angkatannya sendiri, apalagi sama kakak kelas atau adik kelas. Ini secara langsung menohok angkatan ane yang berarti pas ospeknya nggak beres. Tapi ane nggak ambil pusing karena ane nggak banyak ambil bagian di ospek-ospek itu.

“Selamat ya Mi, lo jadi Sekretaris himpunan sekarang. Gue bangga sama lo Mi.”

“Iya kak, gue juga bangga, bisa deket sama lo, kakak kelas yang jadi ketua himpunan. Hehehe.”

“Haha biasa aja kali Mi. Nothing special.”

“Buat lo gitu, tapi buat gue itu spesial kak.”

“Haha terserah lo deh Mi. tapi mudah-mudahan lo bisa kerjasama sama angkatan aneh ini ya. hahaha.”

“jangan nakut-nakutin gitu dong kak. Gue kan baru mau mulai nih.”

“Hehe iya-iya Mi.” kata ane sambil mengusap-usap kepalanya.

Tanpa ane dan Harmi sadari, percakapan hangat kami berdua diperhatikan oleh beberapa orang angkatan Harmi dan angkatan bawahnya. Ane baru sadar belakangan, tapi yaudah biarin aja. Harmi juga senyum-senyum doang kok.

“Lo nggak kasian sama Harmi Ja?” kata Tanto.

“Lah kasian kenapa To?” kata ane.

“Lo gimana sih, orang-orang kan taunya lo jadian sama Keket walaupun sebenernya sama Sofi, tapi sekarang lo keliatan intens banget sama Harmi yang orang taunya ngejar-ngejar si Krisna. Pake segala ngusap-ngusap kepala lagi. Nggak sadar lo diliatin daritadi sama anak-anak?”

“Yah, biarin aja lah To, nggak usah ambil pusing. Mau nanti gue dibilang apapun, Harmi dibilang apapun, gue nggak peduli. Kayaknya Harmi juga nggak ambil pusing deh.”

“Terserah lo aja Ja. Cuma gue kasian aja sama Harmi.”

“Iye, ntar kalau ada yang nanya gue bikin deh klarifikasi ya. hehehe.”

“Ya pokoknya gimana caranya jangan bikin Harmi citranya jadi negatif Ja. Gue denger soalnya dia jadi inceran beberapa cowok disini.”

“Oya? Keren dong kalau gitu.”

“Si Tahir ketua himpunan yang baru, itu udah lama deketin Harmi Ja. Tapi kayaknya dia nggak ditanggepin serius sama Harmi.”

“Wah iya? Tapi mereka bisa dapet banyak momen buat saling deket, kan ketua sama sekretaris harus banyak kerjasama. Hehe.”

“Ah lo kerjasama sama si Ina sekretaris yang dulu tapi nggak nyantol juga. Apa ga sesuai standar ya?”

“Ya gue udah ada Keket, Sofi, masa mau ngembat Ina juga? Dia cakep kok, pinter juga. Tapi ya gue pusing juga kalau banyak-banyak To.
Haha. Lo aja satu sama Riana nggak beres-beres kan?”

“Gue udah cinta mati sama Riana Ja. Tapi beneran ya, nggak usah banyak tau lo tentang dia, ntar malah dia nyantol lagi sama lo. kan anj*ng ini namanya. Hahaha.”

“Yaelah, aman bro. hehe.”

“Btw si Adi F ceweknya oke juga yak. Haha. Bisa-bisaan si Sinta mau sama si Adi.”

“Hahahaha.” Ane nggak bisa ngomong apa-apa masalah ini.

“Ngapa lo ketawa doang?”

“Nggak apa-apa To. Yang jelas emang Sinta ini cakep kok, at least udah selevel bidadari kalo di standarnya si Adi. Hahahaha.”

“Anj*ng ngatain temen sendiri lo. hahaha. Tapi emang sih.”

“Bangs*t sama aja lo. hahaha.”

Ane lalu kirim chat ke Sofi, entah dibalas atau nggak ane nggak peduli, yang jelas ane nggak mau dia ngambek-ngambek melulu. Dengan terpaksa juga ane harus membubuhkan kata maaf didalam chat tersebut, berharap ada balasan dari dia. Capek juga cuy ngejalanin hubungan yang pada dasarnya hambar, ketika rasa sayangnya udah mulai tumbuh makin gede, eh malah dihadapkan sama fakta yang nggak sesuai sama harapan lo. ribet kan jadinya.

“Kak Ija…” tiba-tiba sebuah suara memanggil.

“Iya. Eh, adik kelas, siapa ya nama lo?” tanya ane.

“Diani kak.” Katanya sambil mengulurkan tangan.

“Ija.” Ane sambut jabatan tangannya.

“Ada perlu apa Di?”

“Nggak gue pengen ngucapin makasih aja buat jasa lo yang ngebawa himpunan ini jadi ada gaungnya kak di fakultas sini.”

“Oh iya, sama-sama, makasih ya Di.”

“Nanti bisa sharing-sharing pengalaman kan kak, ke angkatan gue?”

“Boleh, atur aja, mau dimana dan kapannya, kalau jadwalnya oke gue bisa pasti.”

“Iya makasih ya kak. Soalnya jujur aja angkatan gue agak asing di jurusan ini, lebih tepatnya kayak diasingin kak. Untungnya ada lo yang selalu netral dan nggak mihak angkatan mana. Nggak milih-milih. Kami makasih banget kak udah selalu dicoba dirangkul.” Kata Diani.

“Haha nggak usah berlebihan gitu Di, biasa aja. Kan kalau jadi ketua himpunan ya mesti netral dan merangkul semua pihak dong, ya kan?”

“Iya kak, makanya gue mewakili angkatan gue makasih banget sama lo.”

“Iya deh Di. Hehe.”

“Sampai ketemu ya kak. Nanti kalau ada undangan buat sharing-sharing hadir ya.”

“Kan nanti di proker himpunan ada tuh semacem makrab yang kita rame-rame bakal ke puncak, nginap di vila dan sharing-sharing, ada alumni-alumni juga kan. Nah disitu juga bisa tuh.”

“Oh iya bener kak. Kalau gitu ya kita mesti push biar direalisasiin ya kak.”

“Bebas. Sekarang gue jadi warga jurusan yang baik kan, tinggal ngikut apa kata Bos Tahir juragan minyak dari arab itu. Hahaha.”

“Hahaha bisa aja lo. yaudah gue permisi dulu ya kak.”

Lalu Diani menghilang dari hadapan ane dan Tanto.

“Dia siapa sih?” tanya ane.

“Nggak tau juga Ja.” Jawab Tanto.

“Sok iye bener kenal sama kita yak. Hahaha.”

“Mungkin karena lo populer sebagai ketua himpunan kali Ja.”

“Tapi mayan juga sih dia. Haha.”

“Hahaha si anj*ng mulai lagi.”

“Lah, lumayan kan bukan berarti mau gue embat juga To. Hahaha.”

“Kalau gue liat ini anak kayaknya tingginya sekitar 160an ya, kulitnya nggak seputih Keket, dan nggak secakep Keket juga, tapi….”

“Tok*tnya nggak kalah gede dari Keket gitu kan maksud lo? haha.”

“Hahaha iya Ja.”

“Kampret…tapi emang iya sih. Menggoda itu. Ini kenapa anak-anak yang badannya semampai tok*tnya pada gede-gede gitu ya?”

“Nggak tau gue Ja. Si Riana aja yang badannya sekel nggak segede gitu juga.”

“Haha, ya lo bikin biar jadi gede dong.”

“Hah? Gimana caranya? Emang bisa?”

“Ya rajin-rajin lo pegang lah, lo remes, lo isep. Hahahaha.. gitu aja nanya lo gobl*k banget.”

“Hahaha anj*ng lo emang. Ngajarin nggak bener melulu.”

“Mumpung masih muda cuy. Daripada ntar belakangan nakalnye, repot. Kayak yang udah gue bilang berulang kali kan.”

“Iya sih, mending sekarang daripada ntar. Banyak pihak yang dirugiin. Haha.”

“Nah tu lo inget To.”

Percakapan kami akhirnya malah menjurus ke arah siapa-siapa diantara adik-adik kelas kami yang masuk kategori oke menurut kami berdua. Harmi masuk, Diani juga masuk terutama daya tarik gunung kembarnya yang diramu bersama badannya yang kurus, terus Tanto menyebutkan beberapa nama lain, ane juga menyebut nama-nama. Akhirnya kami sepakat dari dua angkatan yang jadi pengurus Himpunan ini, ada 10 orang yang masuk kategori oke, satu bahkan udah ane embat. Hehe. Setelah sambutan dari Tahir selaku ketua baru, dan Harmi sebagai pendampingnya, ane melihat keseruan diantara para pengurus baru yang mengatakan bahwa Harmi dan Tahir ini cocok. Ane melihat si Harmi beberapa kali curi pandang ke ane pada saat lagi diledekin cocok sama Tahir.

Tahir ini salah satu mahasiswa berprestasi tingkat kampus ane diangkatannya Harmi plus juga sangat senang berorganisasi. Ambisi dia di tahun terakhirnya dikampus, dia mau jadi ketua BEM dikampus dan mau mengubah wajah BEM yang bukan lagi jadi wadah aspirasi para mahasiswa konservatif pengurus masjid aja. Modal muka sobat gurun pun sudah dia dapatkan kan, dia berasal dari keluarga keturunan Arab yang tinggal disalah satu daerah di kota tempat kampus ane berada, yang sekitarnya itu banyakan keturunan arab yang banyakan bisnisnya itu jual parfum. Jadi dalam bayangan dia, dia akan lebih mudah masuk ke lingkungan konservatif ini yang sudah mulai mabuk dengan segala yang berbau-bau arab. Ngalah-ngalahin keturunan arabnya sendiri bahkan, kalau kata Tahir. Visinya bagus banget ini anak. Dan ane mendukung banget rencananya ini. Maka, jadi ketua himpunan adalah batu loncatan buat cita-cita dia itu.

Setelah acara sertijab dan kemudian ada ramah tamah, terus makan malam bersama, ane pulang bersama Harmi, karena Tanto mau mampir ke kostannya Riana dulu. Diperjalanan seperti biasa ane dan Harmi ngobrol-ngobrol ringan masalah kepengurusan himpunan yang baru.

“Mi, si Tahir keren tau. Mungkin lebih keren dari gue nanti pas jadiketua himpunan. Lo tau kan ambisi dia apa?”

“Iya, emang dia keren kak. Gue udah tau lama dan angkatan gue juga tau.”

“Yaudah didukung lah Mi.”

“Kan angkatan gue selalu dukung kak.”

“Secara personal maksud gue. Biar moral dia selalu bisa on fire.”

“Maksud lo?”

“Coba aja lo sama dia. Toh dia kan suka sama lo Mi katanya dari lama.”

“Ya mana bisa gitu kak. Kan guenya nggak ada rasa sama dia kak. Nggak bisa dipaksain kan.”

“Iya sih, tapi nggak ada salahnya juga lo nyoba Mi.”

“Gimana ya, gue nggak bisa dapetin kenyamanan kayak yang lo kasih ke gue sih kak.”

“Ya kalau gitu turunin standar lo Mi, jangan semuanya disamain ke gue. Hehe.”

“Kalau gue maunya gitu, kan itu pilihan gue bukan kak?”

“Iya sih, tapi ya nggak ada salahnya juga nyoba Mi. eh Mi, itu ada Jahe Merah lo mau nggak?”

“Ayo kak boleh.”

Kami membeli susu jahe merah dijalan dan nggak lama ada suara deru motor dari belakang.

“Bang Ija, duluan yak. Eeh, ada Harmi.”

“Eh lo Hir. Mau gabung sama kita nggak? Nyusu dulu sini.” Kata ane.

“Nggak bang, gue duluan aja ya.”

“Santai lah, kan bisa ngobrol antar mantan ketua sama ketua baru, sekretarisnya juga ada disini.” Kata ane.

“Iya Hir, sini aja dulu.” Harmi menambahkan.

“Yaudah deh, sebentar aja ya. gue ada tugas lain soalnya.” Kata Tahir.

“Tugas apaan Hir?” tanya Harmi polos.

“Eeeehh..tugas, eem, itu matkul pilihan gue Mi.” kata Tahir.

“Matkul pilihan? Emang ada?”

“Ada Mi, lo aja nggak ngeh gue ikutan. Hehe.”

“Oh yaudah sini aja dulu Hir.” Kata Harmi.

Lalu kami bertiga lebih banyak ngobrol masalah himpunan dan segala permasalahannya. Nggak kerasa udah jam 12 malam waktu itu.

“Bang gue pamit ya, seru banget gue bisa sharing langsung sama mantan ketua. Hehe.”

“Iya Hir, sama-sama. pokoknya kalau ada apa-apa hubungi gue aja, kali gue bisa bantu Hir.” Kata ane.

“Iya bang, pamit dulu ya. Mi gue pamit ya.” kata Tahir.

“Hati-hati Hir.” Kata Harmi.

“Tuh Mi, kurang apa lagi?”

“Dia bukan lo kak. Dan gue nggak bisa.”

“Ayolah Mi, coba dulu.”

“Gue nggak bisa, at least sekarang, nggak tau nanti ya kak.”

“Lo mau dia terus usaha buat lo nggak?”

“Hmm. Gue liat dulu kak, yang jelas gue udah ngerasain kok perjuangan dia buat gue. Tapi tetep aja gue nggak bisa dapet nyaman kayak yang
lo kasih Kak.”

“Orang sebaik dia jangan disia-siain buat orang nggak baik kayak gue Mi.”

“Ya nggak tau kak, perasaan kan nggak bisa di kompromiin kak.”

“Yaudah, yang penting hargain usaha dia ya Mi.”

“Iya kak.”

Ane mengantar Harmi sampai ke kostannya. Dan anehnya ane malah nurut aja pas ditawarin nginep di kostannya. Haduh. Seperti biasa ane membereskan barang-barangnya yang berantakan. Terus numpang menunaikan ibadah dulu. Kemudian rebahan dikasur dan ngobrol-ngobrol lagi sama Harmi masalah himpunan, masalah lulus-lulusan kuliah, sampai rencana mau kerja dimana. Ada make out sebentar tapi rasanya ane harus ngurangin ini sama Harmi sebelum hatinya makin tertutup buat cowok lain. Semalaman Harmi tidur didada ane dan paginya malah membuat keram di tangan kanan ane.

“Kak jangan tinggalin gue ya.”
Diubah oleh yanagi92055 24-09-2019 13:23
sampeuk
hendra024
itkgid
itkgid dan 27 lainnya memberi reputasi
28
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.