- Beranda
- Stories from the Heart
MErudapaksa SETAN SETAHUN DI KONTRAKAN BERHANTU JOGJA
...
TS
ki.bogowonto
MErudapaksa SETAN SETAHUN DI KONTRAKAN BERHANTU JOGJA
Selamat pagi, siang, sore dan malam agan sista se-jagad KASKUS. Guna meramaikan dunia perdhemitan di Indonesiah ini, perkenankanlah ane yang bisa kalian panggil Kace untuk menceritakan pengalaman horror yang pernah ane dan teman-teman ane alami bertahun-tahun lalu.
Threat ini akan menceritakan bagaimana kisah kami bertujuh (Ane, Ceper, Lepuk, Gembi, Doyok, Kiyer, dan Timbul) sekumpulan remaja senja yang ngontrak bersama di sebuah rumah di sekitaran Ambarukmo Plaza. Pada tahun 2006 kami semua kebetulan kuliah di kota Jogja, dan karena memang sudah punya hubungan dekat sedari dulu, kami memutuskan untuk tinggal bersama. Dan disitulah semua hal-hal aneh bermula, rumah kontrakan yang semula kami anggap biasa ternyata menyimpan residual energi yang begitu banyak.
Cerita ini akan di bagi menjadi beberapa bab, tidak akan terlalu panjang dan semoga bisa dinikmati. Semua tokoh dalam cerita ini menggunakan nama panggilan, alamat kontrakan itu sudah kami sepakati untuk di samarkan. Dan semua tokoh dalam cerita ini sudah di konfirmasi
INDEKS
1. RUMAH BARU
2. MEREKA MULAI MENAMPAKAN DIRI
3. TEROWONGAN CASABLANCA,DAN SESUATU YANG MENGINTIP DARI BALIK PINTU
4. KONTAK FISIK
5.WABAH MISTERIUS
6.EXORCIST!
7.YANG MENAKUTKAN DI RUMAH INI
8.PSYWAR!
9. THERE’S SOMEONE IN THERE?
10. MErudapaksa SETAN!
11. OUT OF NOWHERE (TAMAT)
Threat ini akan menceritakan bagaimana kisah kami bertujuh (Ane, Ceper, Lepuk, Gembi, Doyok, Kiyer, dan Timbul) sekumpulan remaja senja yang ngontrak bersama di sebuah rumah di sekitaran Ambarukmo Plaza. Pada tahun 2006 kami semua kebetulan kuliah di kota Jogja, dan karena memang sudah punya hubungan dekat sedari dulu, kami memutuskan untuk tinggal bersama. Dan disitulah semua hal-hal aneh bermula, rumah kontrakan yang semula kami anggap biasa ternyata menyimpan residual energi yang begitu banyak.
Cerita ini akan di bagi menjadi beberapa bab, tidak akan terlalu panjang dan semoga bisa dinikmati. Semua tokoh dalam cerita ini menggunakan nama panggilan, alamat kontrakan itu sudah kami sepakati untuk di samarkan. Dan semua tokoh dalam cerita ini sudah di konfirmasi
INDEKS
1. RUMAH BARU
2. MEREKA MULAI MENAMPAKAN DIRI
3. TEROWONGAN CASABLANCA,DAN SESUATU YANG MENGINTIP DARI BALIK PINTU
4. KONTAK FISIK
5.WABAH MISTERIUS
6.EXORCIST!
7.YANG MENAKUTKAN DI RUMAH INI
8.PSYWAR!
9. THERE’S SOMEONE IN THERE?
10. MErudapaksa SETAN!
11. OUT OF NOWHERE (TAMAT)
cloud_777 dan 300 lainnya memberi reputasi
295
263.2K
1.2K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.2KThread•46.5KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ki.bogowonto
#625
PSYWAR!
Waktu itu hari masih siang, kebetulan seluruh anggota perserikatan sudah ada di kontrakan. Memang rumah ini aneh, meskipun kesan horornya kental tapi kami semua betah didalamnya. Jadi, semua anggota yang sudah selesai urusannya di luar kontrakan, dipastikan akan kembali segera. Seolah-olah kontrakan itu punya daya tarik yang begitu besar. Padahal ya kalau di kontrakan,kita semua cuma melakukan hal-hal bodoh bin ajaib, seperti hari itu.
Si Lepuk sedang menyisir rambutnya , berusaha membuat jambul sambil gelang-geleng di depan kaca. Sejak Si Lepuk nonton Realita Cinta Rock N’ Roll dia menganggap dirinya adalah Vino G Bastian, dan membuat potongan rambutnya semirip mungkin dengan Vino, tapi si Lepuk masih mempertahankan style baju kedodorannya, mosok Vino G Bastian Hip-hop. Si Doyok, Timbul, dan Kiyer sedang di parkiran dan berusaha men tune up motor-motor mereka untuk ajang road race selanjutnya. FYI, kami punya adat istiadat setiap pulang ke Wates atau kembali ke kontrakan akan dilakukan secara konvoi bersama-sama dan untuk memacu adenalin, kami membuat kompetisi road race. Dan jangan anggap ini guyonan lho! Kita benar-benar balapan secara serius dengan track jalanan umum sepanjang 35km. Walaupun motor-motor kami cuma motor bebek seperti Jupiter Z, Supra fit, Vega R, dll yang sudah di modif ala-ala street racer.
Aku dan Gembi tetap di kamar sambil nyetel lagunya Riot And Funny yang judulnya ‘Kasmaran’ dari playlist winamp, sedangkan Ceper….. jangan kalian tanya soal kelakuan makhluk purba itu, sepertia dia mau mandi soalnya posisi sudah tanpa busana sambil kalungan handuk, pas melewati Lepuk yang berada di depan cermin tiba-tiba mulutnya si Ceper mengeluarkan suara”Dug… duuggg…. Duuuggg… ceeeekk… cessss” mengikuti hentakan lagu yang diputar oleh Gembi, kebetulan lagu tadi dari bandnya Ceper, yang mau denger, ini link penampilan Ceper tahun 2017
“Puk,Puk,Puk! Ayo joget Puk!” kata Ceper sambil terus membuat suara. Si Lepuk tanpa diminta dua kali langsung berjoget mengikuti irama.
“kathok klambine copot!” (Celana sama bajunya copot) kata Ceper, dan dengan begitu polos si Lepuk menurutinya. Sambil nyengir dan berjoget diiringi cangkemnya Ceper, ia lepas celana dan kaosnya lalu dilempar begitu saja, menyisakan sempak yang sudah….. asudahlah… bayangkan saja sendiri situasinya jika kalian ada disana. Mereka berduua joget-joget sambil berjalan menuju parkirann, Doyok, Timbul dan Kiyer yang kebetulan ada disana langsung bad mood melihat pemandangan dua penari streaptease di depannya dan memilih bubar. Dan ketika Ceper lagi asik-asiknya goyang, tiba-tiba ……
“Tok-tok-tok, Dek Dani! Dek Dani!” suara itu dari luar rumah, dan kami kenal betul suara itu, dia adalah orang yang kami takuti dan tidak kami harapkan kedatangannya. Sagat! (Pemilik kontrakan) sebenarnya itu nama panggilan yang dibuat oleh kami, terinspirasi oleh bentukannya yang mirip Sagat, Karakter di Street Fighter ps 1. Orangnya emang sangar gituw.
“Dek Dani!! Dek Dani! Tok tok tok” suara pintu makin keras di ketuk.
“Mbi! Sagat mbi!.” Kataku dengan panik. Kami semua tau kehadiran Sagat kemari tak lain dan tak bukan adalah untuk menagih uang kontrakan yang baru kami bayar setengahnya, lha mau gimana lagi wong duit kami sudah habis buat beli chivas dan red label. Sedangkan yang di panggil Dek Dani tadi adalah si Gembi yang waktu itu memang menjadi negosiator kami.
Untung sebagian besar dari kami sedang berada di kamar ketika pintu itu diketuk, sedangkan Lepuk dan Ceper yang bertingkah di parkiran harus ditumbalkan untuk menerima tuan rumah tidak diundang itu. Padahal, Lepuk dan Ceper sedang tidak berbusana, Secepat kilat Ceper yang kebetulan kalungan handuk langsung melilitkan handuk ke pinggangnya, tapi sial bagi Lepuk yang cuma pake sempak doang, dia cuma ngumpet di balik pintu yang sudah di buka Ceper sambil menutup mulut, sementara Ceper sibuk cari-cari alasan biar si Sagat nggak masuk rumah.
“Nggih, Pak.. Nanti saya kabari temen-temen. Soalnya semua pada pulang ke wates” begitu alasan Ceper ketika Sagat menagih uang kontrakan.
**
Pada masa Genjatan senjata dengn makhluk gaib, memang semua berjalan dengan normal, tapi bukan berarti tidak ada dinamika yang terjadi. Tentunya kalian sudah melihat denah yang kubuat di page 1, di depan rumah kami ada tetangga yang kelakuannya sunggu asu dan tak beradap…
Aku benar-benar lupa itu hari apa, tapi seingatku terjadi pada suatu sore. kami semua sudah kembali dari kampus dan beraktivitas biasa di kontrakan. Aku yang lagi gabut sedang merayu-rayu si Lepuk agar mau melakukan “Pengerasan”
“Ayo to Puk, pengerasan!” kataku
“Wegah, aku bar madang..” (gamau, aku abis makan) kata Lepuk.
“Sedilit wae Puk, pengerasan to” (Bentar aja, pengerasan dong) si Ceper ikut-ikutan.
“Halah, ayo puk.. pengerasan” Kiyer menambahi dengan nada bicara manja.
Lepuk yang tak kuasa menampik permintaan kawan-kawannya segera mencopot kaos lalu memasang kuda-kuda, dan dengan gerakan tangan seperti avatar yang mau mengendalikan angin dia memusatkan energi ke perutnya, yang konon diisi dengan 1000cc udara, membuat si Lepuk memiliki ketahanan fisik luar biasa keras seperti batu pualam. Aku, Kiyer dan Ceper langsung memukul perut Lepuk dengan seluruh tenaga. BLES!
“Sakit ora,Puk?” tanyaku.
“Ora!” jawabnya dengan penuh konsentrasi. Mendengar jawaban Lepuk kami makin semangat menghajarnya. Huru-hara itu membuat Gembi, Doyok dan Timbul yang sebelumnya di dalam kamar ikut-ikutan .
“Tahan yo Puk!” kata Doyok yang mengambil ancang-ancang dari jarak 5 meter, lalu berlari sekuat tenaga dan melepas bogem powernya ke seputaran perutnya Lepuk. Hiyaaaaahhh! BRESSSSSSS..
“Halaaahh.. Ra kroso!” Kata Lepuk mempersilahkan kami untuk melakukan serangan yang lebih brutal lagi. FYI, dulu hampir semua anggota perserikatan memiliki basic beladiri yang kami gunakan untuk berantem, nah si Lepuk ini punya jurus yang dinamai ‘pengerasan’ yaitu dia tidak akan merasa kesakitan meski di pukul beramai-ramai. Entah dia dapet ilmu dari mana, tapi paling tidak si Lepuk ini jadi punya nilai guna untuk kami melampiaskan emosi.
Tapi, ditengah keasikan kami menggunakan si Lepuk sebagai samsat, suara speaker yang naudubilah jeleknya terdengar dari luar rumah.
“Waaaaaaaahhh, Si bangssssat!” teriak Ceper sambil mengepalkan tangan, dan berlari kedepan. Anggota perserikatan segera mengikuti Ceper, dan kami semua langsung berbaris berbanjar di depan rumah sambil memasang wajah paling intimidatif menuju sebuah rumah di depan kontrakan.
Kepala botaknya terlihat muncul dari belakang jendela rumahnya. Itu adalah tetangga yang kami laknat. Dia ini sepertinya sedang memancing emosi kami, sejak kami pertama pindah kemari dia selalu membuat gara-gara dengan menyetel musik dangdut lawas era 70an dengan speaker toa kearah kontrakan kami,7 kali seminggu, 3 kali sehari, 5 jam nonstop! Lebih dari 12 jam sehari kami mendengar suara cempreng dari toa jebol tetangga kami itu, kalau sekali dua kali memang tidak masalah, tapi ini sudah keterlaluan, dan yang paling emosi dari kami semua tentunya Ceper. Karena dia menempati kamar paling depan. Saking emosinya dia tiap kali suara dangdut dari depan terdengar maka dia akan keluar rumah sambil petentengan, seolah menantang tetangga yang tidak kami ketahui namanya itu untuk keluar dan berduel.
Tetangga kami itu bekerja sebagai tukang parkir, seorang pria paruh baya sekitar 40an tahun, tapi kelakuane kui lho… pernah si Gembi melaporkan hal ini kepada pak RT tapi sekelas pejabat RT pun sudah pusing menghadapi orang itu, kami cuma di minta harap maklum saja. Puncaknya adalah ketika ceper sudah tidak kuat lagi menahan emosinya pada suatu siang dia berteriak sangat keras.
“PERANG YO PERANG!!!” katanya lantang, dilanjut dengan dia yang mengusung semua sound system di kamarnya. Kami yang mendengar suara Ceper memindah-mindah barang terus bertanya.
“Kenopo to,Per?” tanyaku.
“Kae ngejak perang, ayo serang balik!” katanya sambil memanggul sebuah speaker besar. Melihat Ceper yang sudah mendeklarasikan perang, tentu saja membuat jiwa korsa kami membara, dan tanpa harus diminta, kami semua mengusung seluruh speaker termasuk mini compo yang kami punya untuk disatukan di depan kontrakan dan di hadapkan di rumah tetangga laknat. Total ada 8 Speaker miik kami yang dirangkai jadi satu di teras dan kita stel lagu andalan kami, yaitu Slipknot –Before I Forget- dengan volume maksimal. Waktu itu kami merangkai semuanya dengan rapi, kabel-kabel juga kita ikat dengan bagus, pokoknya kayak tukan sound professional! Benar-benar psywar yang dahsyat ketika tetangga kami itu menambah volume amplifiernya secara maksimal dan malah membuat suara musik miliknya terdengar sangat menyedihkan. Perang psikis itu terjadi sampai malam hari, dan sepertinya lawan kami mengaku kalah dengan mematikan toanya. Kami yang sudah merasa menang langsung merapikan sound-sound kami.
Tapi, asal kalian tau. Ternyata hari itu tidak berakhir begitu saja, tetangga kami yang merasa kalah perang sound system itu membuka babak baru dengan melempar petasan yang mendarat persis di depan teras kami.
“DUAAARRRR!” kami awalnya bingung ketika ada petasan yang meledak di depan rumah, dan pas kami intip ternyata itu memang berasal dari lemparan rumah depan kami. Ceper yang naik pitam sudah mau berangkat untuk menantang duel secara langsung, tapi di cegah oleh Gembi.
“Wis, gini wae Per, dari pada gelut. Kita balas serangannya dengan mercon juga! Sekarang beli!” teriak Kiyer yang menginisiasi serangan balasan. Segera saja Lepuk dan Gembi berangkat untuk membeli satu dus petasan korek yang saat itu gampang didapatkan karena sudah dekat dengan bulan puasa.
Jadilah malam itu kami saling melempar mercon, dan berakhir setelah kami menghabiskan kurang lebih 50an mercon ke pekarangan rumahnya tetangga laknat.
**
Maafkan ane yang baru bisa update menjelang subuh, karena tadi ane menyiapkan podcast yang akan kami buat bareng, bersama Agan WN kulon.kali sebagai Hostnya.
Si Lepuk sedang menyisir rambutnya , berusaha membuat jambul sambil gelang-geleng di depan kaca. Sejak Si Lepuk nonton Realita Cinta Rock N’ Roll dia menganggap dirinya adalah Vino G Bastian, dan membuat potongan rambutnya semirip mungkin dengan Vino, tapi si Lepuk masih mempertahankan style baju kedodorannya, mosok Vino G Bastian Hip-hop. Si Doyok, Timbul, dan Kiyer sedang di parkiran dan berusaha men tune up motor-motor mereka untuk ajang road race selanjutnya. FYI, kami punya adat istiadat setiap pulang ke Wates atau kembali ke kontrakan akan dilakukan secara konvoi bersama-sama dan untuk memacu adenalin, kami membuat kompetisi road race. Dan jangan anggap ini guyonan lho! Kita benar-benar balapan secara serius dengan track jalanan umum sepanjang 35km. Walaupun motor-motor kami cuma motor bebek seperti Jupiter Z, Supra fit, Vega R, dll yang sudah di modif ala-ala street racer.
Aku dan Gembi tetap di kamar sambil nyetel lagunya Riot And Funny yang judulnya ‘Kasmaran’ dari playlist winamp, sedangkan Ceper….. jangan kalian tanya soal kelakuan makhluk purba itu, sepertia dia mau mandi soalnya posisi sudah tanpa busana sambil kalungan handuk, pas melewati Lepuk yang berada di depan cermin tiba-tiba mulutnya si Ceper mengeluarkan suara”Dug… duuggg…. Duuuggg… ceeeekk… cessss” mengikuti hentakan lagu yang diputar oleh Gembi, kebetulan lagu tadi dari bandnya Ceper, yang mau denger, ini link penampilan Ceper tahun 2017
“Puk,Puk,Puk! Ayo joget Puk!” kata Ceper sambil terus membuat suara. Si Lepuk tanpa diminta dua kali langsung berjoget mengikuti irama.
“kathok klambine copot!” (Celana sama bajunya copot) kata Ceper, dan dengan begitu polos si Lepuk menurutinya. Sambil nyengir dan berjoget diiringi cangkemnya Ceper, ia lepas celana dan kaosnya lalu dilempar begitu saja, menyisakan sempak yang sudah….. asudahlah… bayangkan saja sendiri situasinya jika kalian ada disana. Mereka berduua joget-joget sambil berjalan menuju parkirann, Doyok, Timbul dan Kiyer yang kebetulan ada disana langsung bad mood melihat pemandangan dua penari streaptease di depannya dan memilih bubar. Dan ketika Ceper lagi asik-asiknya goyang, tiba-tiba ……
“Tok-tok-tok, Dek Dani! Dek Dani!” suara itu dari luar rumah, dan kami kenal betul suara itu, dia adalah orang yang kami takuti dan tidak kami harapkan kedatangannya. Sagat! (Pemilik kontrakan) sebenarnya itu nama panggilan yang dibuat oleh kami, terinspirasi oleh bentukannya yang mirip Sagat, Karakter di Street Fighter ps 1. Orangnya emang sangar gituw.
“Dek Dani!! Dek Dani! Tok tok tok” suara pintu makin keras di ketuk.
“Mbi! Sagat mbi!.” Kataku dengan panik. Kami semua tau kehadiran Sagat kemari tak lain dan tak bukan adalah untuk menagih uang kontrakan yang baru kami bayar setengahnya, lha mau gimana lagi wong duit kami sudah habis buat beli chivas dan red label. Sedangkan yang di panggil Dek Dani tadi adalah si Gembi yang waktu itu memang menjadi negosiator kami.
Untung sebagian besar dari kami sedang berada di kamar ketika pintu itu diketuk, sedangkan Lepuk dan Ceper yang bertingkah di parkiran harus ditumbalkan untuk menerima tuan rumah tidak diundang itu. Padahal, Lepuk dan Ceper sedang tidak berbusana, Secepat kilat Ceper yang kebetulan kalungan handuk langsung melilitkan handuk ke pinggangnya, tapi sial bagi Lepuk yang cuma pake sempak doang, dia cuma ngumpet di balik pintu yang sudah di buka Ceper sambil menutup mulut, sementara Ceper sibuk cari-cari alasan biar si Sagat nggak masuk rumah.
“Nggih, Pak.. Nanti saya kabari temen-temen. Soalnya semua pada pulang ke wates” begitu alasan Ceper ketika Sagat menagih uang kontrakan.
**
Pada masa Genjatan senjata dengn makhluk gaib, memang semua berjalan dengan normal, tapi bukan berarti tidak ada dinamika yang terjadi. Tentunya kalian sudah melihat denah yang kubuat di page 1, di depan rumah kami ada tetangga yang kelakuannya sunggu asu dan tak beradap…
Aku benar-benar lupa itu hari apa, tapi seingatku terjadi pada suatu sore. kami semua sudah kembali dari kampus dan beraktivitas biasa di kontrakan. Aku yang lagi gabut sedang merayu-rayu si Lepuk agar mau melakukan “Pengerasan”
“Ayo to Puk, pengerasan!” kataku
“Wegah, aku bar madang..” (gamau, aku abis makan) kata Lepuk.
“Sedilit wae Puk, pengerasan to” (Bentar aja, pengerasan dong) si Ceper ikut-ikutan.
“Halah, ayo puk.. pengerasan” Kiyer menambahi dengan nada bicara manja.
Lepuk yang tak kuasa menampik permintaan kawan-kawannya segera mencopot kaos lalu memasang kuda-kuda, dan dengan gerakan tangan seperti avatar yang mau mengendalikan angin dia memusatkan energi ke perutnya, yang konon diisi dengan 1000cc udara, membuat si Lepuk memiliki ketahanan fisik luar biasa keras seperti batu pualam. Aku, Kiyer dan Ceper langsung memukul perut Lepuk dengan seluruh tenaga. BLES!
“Sakit ora,Puk?” tanyaku.
“Ora!” jawabnya dengan penuh konsentrasi. Mendengar jawaban Lepuk kami makin semangat menghajarnya. Huru-hara itu membuat Gembi, Doyok dan Timbul yang sebelumnya di dalam kamar ikut-ikutan .
“Tahan yo Puk!” kata Doyok yang mengambil ancang-ancang dari jarak 5 meter, lalu berlari sekuat tenaga dan melepas bogem powernya ke seputaran perutnya Lepuk. Hiyaaaaahhh! BRESSSSSSS..
“Halaaahh.. Ra kroso!” Kata Lepuk mempersilahkan kami untuk melakukan serangan yang lebih brutal lagi. FYI, dulu hampir semua anggota perserikatan memiliki basic beladiri yang kami gunakan untuk berantem, nah si Lepuk ini punya jurus yang dinamai ‘pengerasan’ yaitu dia tidak akan merasa kesakitan meski di pukul beramai-ramai. Entah dia dapet ilmu dari mana, tapi paling tidak si Lepuk ini jadi punya nilai guna untuk kami melampiaskan emosi.
Tapi, ditengah keasikan kami menggunakan si Lepuk sebagai samsat, suara speaker yang naudubilah jeleknya terdengar dari luar rumah.
“Waaaaaaaahhh, Si bangssssat!” teriak Ceper sambil mengepalkan tangan, dan berlari kedepan. Anggota perserikatan segera mengikuti Ceper, dan kami semua langsung berbaris berbanjar di depan rumah sambil memasang wajah paling intimidatif menuju sebuah rumah di depan kontrakan.
Kepala botaknya terlihat muncul dari belakang jendela rumahnya. Itu adalah tetangga yang kami laknat. Dia ini sepertinya sedang memancing emosi kami, sejak kami pertama pindah kemari dia selalu membuat gara-gara dengan menyetel musik dangdut lawas era 70an dengan speaker toa kearah kontrakan kami,7 kali seminggu, 3 kali sehari, 5 jam nonstop! Lebih dari 12 jam sehari kami mendengar suara cempreng dari toa jebol tetangga kami itu, kalau sekali dua kali memang tidak masalah, tapi ini sudah keterlaluan, dan yang paling emosi dari kami semua tentunya Ceper. Karena dia menempati kamar paling depan. Saking emosinya dia tiap kali suara dangdut dari depan terdengar maka dia akan keluar rumah sambil petentengan, seolah menantang tetangga yang tidak kami ketahui namanya itu untuk keluar dan berduel.
Tetangga kami itu bekerja sebagai tukang parkir, seorang pria paruh baya sekitar 40an tahun, tapi kelakuane kui lho… pernah si Gembi melaporkan hal ini kepada pak RT tapi sekelas pejabat RT pun sudah pusing menghadapi orang itu, kami cuma di minta harap maklum saja. Puncaknya adalah ketika ceper sudah tidak kuat lagi menahan emosinya pada suatu siang dia berteriak sangat keras.
“PERANG YO PERANG!!!” katanya lantang, dilanjut dengan dia yang mengusung semua sound system di kamarnya. Kami yang mendengar suara Ceper memindah-mindah barang terus bertanya.
“Kenopo to,Per?” tanyaku.
“Kae ngejak perang, ayo serang balik!” katanya sambil memanggul sebuah speaker besar. Melihat Ceper yang sudah mendeklarasikan perang, tentu saja membuat jiwa korsa kami membara, dan tanpa harus diminta, kami semua mengusung seluruh speaker termasuk mini compo yang kami punya untuk disatukan di depan kontrakan dan di hadapkan di rumah tetangga laknat. Total ada 8 Speaker miik kami yang dirangkai jadi satu di teras dan kita stel lagu andalan kami, yaitu Slipknot –Before I Forget- dengan volume maksimal. Waktu itu kami merangkai semuanya dengan rapi, kabel-kabel juga kita ikat dengan bagus, pokoknya kayak tukan sound professional! Benar-benar psywar yang dahsyat ketika tetangga kami itu menambah volume amplifiernya secara maksimal dan malah membuat suara musik miliknya terdengar sangat menyedihkan. Perang psikis itu terjadi sampai malam hari, dan sepertinya lawan kami mengaku kalah dengan mematikan toanya. Kami yang sudah merasa menang langsung merapikan sound-sound kami.
Tapi, asal kalian tau. Ternyata hari itu tidak berakhir begitu saja, tetangga kami yang merasa kalah perang sound system itu membuka babak baru dengan melempar petasan yang mendarat persis di depan teras kami.
“DUAAARRRR!” kami awalnya bingung ketika ada petasan yang meledak di depan rumah, dan pas kami intip ternyata itu memang berasal dari lemparan rumah depan kami. Ceper yang naik pitam sudah mau berangkat untuk menantang duel secara langsung, tapi di cegah oleh Gembi.
“Wis, gini wae Per, dari pada gelut. Kita balas serangannya dengan mercon juga! Sekarang beli!” teriak Kiyer yang menginisiasi serangan balasan. Segera saja Lepuk dan Gembi berangkat untuk membeli satu dus petasan korek yang saat itu gampang didapatkan karena sudah dekat dengan bulan puasa.
Jadilah malam itu kami saling melempar mercon, dan berakhir setelah kami menghabiskan kurang lebih 50an mercon ke pekarangan rumahnya tetangga laknat.
**
Maafkan ane yang baru bisa update menjelang subuh, karena tadi ane menyiapkan podcast yang akan kami buat bareng, bersama Agan WN kulon.kali sebagai Hostnya.
Diubah oleh ki.bogowonto 22-09-2019 05:38
symoel08 dan 52 lainnya memberi reputasi
53
Tutup