- Beranda
- Supranatural
Rumahku.
...
TS
User telah dihapus
Rumahku.
Halo agan & aganwati, ini tulisan pertamaku di Forum Kaskus. Yang akan aku tulis ini nanti benar-benar pengalaman yang aku alami sendiri bersama dengan orang-orang Yang ada di sekitarku. Tujuanku menulis thread ini bukan untuk bisa viral atau aji mumpung karena sedang tren menulis kisah-kisah horor. Nantinya, terserah agan & aganwati semua kalau mau percaya atau tidak dengan cerita yang saya ceritakan nanti. Oiya, karena beberapa kali saya pernah menceritakan pengalamanku ini ke beberapa teman, mohon bagi teman-teman yang ternyata nantinya ikut membaca tulisanku ini agar tetap merahasiakan identitas asliku ya 
Sebelumnya perkenalkan dulu, sebut saja saya “A” karena A adalah huruf pertama dari nama kecilku hasil dari pemberian almarhum eyang. Saat ini umurku udah menginjak hampir 27 tahun, cukup tua ya untuk memulai menulis di Kaskus apalagi baru akan mulai di era ini
Aku anak ke-4 dari 7 bersaudara (iya 7 bro). Wkwk
Saat ini sedang magang kerja untuk menyelesaikan syarat profesiku. Aku tinggal di kota Solo, dan bertempat tinggal di salah satu kampung padat penduduk yang erat dengan budaya batiknya, dan kental dengan budaya Jawa karena kebetulan sangat berdekatan dengan Keraton Kasunanan Solo. (Sekali lagi untuk yang tau siapa saya plis jangan dibocorin ya 😅) yang paling harus dimengerti, aku bukanlah seorang indigo atau apalah itu bahasanya. Aku hanya manusia biasa, yang kadang kita diberi kesempatan untuk bisa bersinggungan ataupun melihat makhluk ciptaan Tuhan lainnya.
Yang akan saya ceritakan ini adalah pengalamanku selama tinggal di rumah hasil dari pembangunan bapakku yang selesainya pun bertahun-tahun. Oiya sebelumnya aku tinggal di Sragen, tempat dinas bapakku karena bapak adalah seorang PNS. Setelah mulai TK sekitar tahun ‘97 aku mulai pindah ke Solo, ikut dengan eyang di rumah eyangku, rumah yang akan aku ceritakan ini letaknya tidak jauh dari rumah eyangku ini. Rumah bapakku ini mulai dibangun sekitar akhir tahun ‘96an, sempat berhenti pembangunannya pada masa krisis moneter akan tetapi bangunannya sudah berdiri, hanya saja selama beberapa tahun itu belum ditempati dan belum finishing pembangunannya. Pembangunan dilakukan secara bertahap, dalam kurun waktu kurang lebih 7-8 tahun. Sehingga selama beberapa tahun itu rumah ini pun kosong.
Tanah rumah ini didapat bapak dari eyangku, yang dulunya membeli tanah seluas kurang lebih 1000an meter, awalnya akan dibangun sebuah hotel, akan tetapi seiring berjalan waktu, dan eyang yang sudah memutuskan berhenti berbisnis batik setelah ibadah haji di sekitar tahun 60an sehingga mengurungkan niatnya untuk membangun hotel, pada akhirnya tanah dibagi-bagi beberapa petak untuk anak-anaknya. Dan bapakku mendapat bagian tanah yang terletak di sisi paling ujung selatan, ada di siku jalan. Jauh sebelum dibangun dulunya tanah ini dipakai oleh eyang untuk berjualan jam di bagian depan, dan dibagian belakang dibangun WC umum oleh eyang untuk dipakai warga sekitar MCK.
Kalau saya tidak salah ingat, pada akhirnya rumah ini selesai finishing di tahun 2004, tapi belum juga langsung ditempati. Karena pada waktu itu bapak masih dinas di Sragen, dan anak2nya pun enggan untuk pindah ke sana dari rumah eyang, hanya kadang aku & kakak pertamaku atau beberapa saudara kandungku lainnya sering tidur di sana di akhir pekan. Akhirnya di awal taun 2005 ketika aku menginjak kelas 2 SMP kurang lebihnya kita sekeluarga pindah ke rumah tersebut.
Dan berbagai kejadian dimulai dari sini. . . . .

Sebelumnya perkenalkan dulu, sebut saja saya “A” karena A adalah huruf pertama dari nama kecilku hasil dari pemberian almarhum eyang. Saat ini umurku udah menginjak hampir 27 tahun, cukup tua ya untuk memulai menulis di Kaskus apalagi baru akan mulai di era ini

Aku anak ke-4 dari 7 bersaudara (iya 7 bro). Wkwk
Saat ini sedang magang kerja untuk menyelesaikan syarat profesiku. Aku tinggal di kota Solo, dan bertempat tinggal di salah satu kampung padat penduduk yang erat dengan budaya batiknya, dan kental dengan budaya Jawa karena kebetulan sangat berdekatan dengan Keraton Kasunanan Solo. (Sekali lagi untuk yang tau siapa saya plis jangan dibocorin ya 😅) yang paling harus dimengerti, aku bukanlah seorang indigo atau apalah itu bahasanya. Aku hanya manusia biasa, yang kadang kita diberi kesempatan untuk bisa bersinggungan ataupun melihat makhluk ciptaan Tuhan lainnya.
Yang akan saya ceritakan ini adalah pengalamanku selama tinggal di rumah hasil dari pembangunan bapakku yang selesainya pun bertahun-tahun. Oiya sebelumnya aku tinggal di Sragen, tempat dinas bapakku karena bapak adalah seorang PNS. Setelah mulai TK sekitar tahun ‘97 aku mulai pindah ke Solo, ikut dengan eyang di rumah eyangku, rumah yang akan aku ceritakan ini letaknya tidak jauh dari rumah eyangku ini. Rumah bapakku ini mulai dibangun sekitar akhir tahun ‘96an, sempat berhenti pembangunannya pada masa krisis moneter akan tetapi bangunannya sudah berdiri, hanya saja selama beberapa tahun itu belum ditempati dan belum finishing pembangunannya. Pembangunan dilakukan secara bertahap, dalam kurun waktu kurang lebih 7-8 tahun. Sehingga selama beberapa tahun itu rumah ini pun kosong.
Tanah rumah ini didapat bapak dari eyangku, yang dulunya membeli tanah seluas kurang lebih 1000an meter, awalnya akan dibangun sebuah hotel, akan tetapi seiring berjalan waktu, dan eyang yang sudah memutuskan berhenti berbisnis batik setelah ibadah haji di sekitar tahun 60an sehingga mengurungkan niatnya untuk membangun hotel, pada akhirnya tanah dibagi-bagi beberapa petak untuk anak-anaknya. Dan bapakku mendapat bagian tanah yang terletak di sisi paling ujung selatan, ada di siku jalan. Jauh sebelum dibangun dulunya tanah ini dipakai oleh eyang untuk berjualan jam di bagian depan, dan dibagian belakang dibangun WC umum oleh eyang untuk dipakai warga sekitar MCK.
Kalau saya tidak salah ingat, pada akhirnya rumah ini selesai finishing di tahun 2004, tapi belum juga langsung ditempati. Karena pada waktu itu bapak masih dinas di Sragen, dan anak2nya pun enggan untuk pindah ke sana dari rumah eyang, hanya kadang aku & kakak pertamaku atau beberapa saudara kandungku lainnya sering tidur di sana di akhir pekan. Akhirnya di awal taun 2005 ketika aku menginjak kelas 2 SMP kurang lebihnya kita sekeluarga pindah ke rumah tersebut.
Dan berbagai kejadian dimulai dari sini. . . . .
PRA PINDAHAN
SOSOK HITAM DAN BAYANGAN
PERABOT KUNO
PEMBERSIHAN I
PEMBERSIHAN II
SOSOK HITAM DAN BAYANGAN ITU (?)
Diubah oleh User telah dihapus 25-09-2019 10:59
d.caesar dan 11 lainnya memberi reputasi
8
8K
49
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Supranatural
15.9KThread•14.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
User telah dihapus
#18
PEMBERSIHAN I
Hari itu sekitar akhir tahun 2005, di saat semua hal aneh telah berlalu, rumah kami yang pada awal tahun sudah dilakukan selametan layaknya rumah2 baru yang akan ditinggali terus terjadi hal2 di luar nalar manusia. Bapak merasa ada yang salah dengan apa yang ada di Rumah kami. Bapak adalah sosok Muslim yang taat, namun dikarenakan kejadian2 yang terjadi ini akhirnya memutuskan untuk bersilaturahmi & berkonsultasi dengan seorang Kyai yang berasal dari Sragen. Beliau dulu pernah membantu bapak untuk “memagari” rumah bapak yang digunakan semasa Dinas di awal2 masa jabatan bapak sebagai PNS. Pagi itu Bapak ijin untuk ngantor untuk menyambangi kediaman sang Kyai bersama ibu, dan sang Kyai dijemput bapak untuk diajak ke rumah kami dengan tujuan untuk melihat kondisi di rumah kami.
Saya ingat sekali, siang itu sepulang sekolah aku sudah menunggu-nunggu kedatangan bapak ibu beserta sang Kyai. Kyai itu belum terlalu tua, dengan kupluk khas berwarna hitam dan kumisnya, beliau datang ke rumah kami. Kami sekeluarga menyambutnya untuk sekedar beramah tamah dahulu, sebelum akhirnya beliau memulai “tour” di rumah kami.
Beliau pun mulai dari lantai pertama. Dimulai dari garasi kami, beliau bertanya apakah dulunya garasi ini terdapat sumur? Benar sekali, hanya dengan memejamkan mata sejenak beliau langsung mengetahuinya. Menang benar, garasi kami ini dulunya adalah bekas WC umum yang dibangun oleh almarhum eyang. Dahulu wasiat eyang, sebenernya bagian garasi ini seharusnya agar dijadikan sudut mushola, namun karena keterbatasan lahan bapak memutuskan dijadikan garasi, sedang mushola dibangun tepat di atas garasi namun ada di lantai 2. Wasiat Itu bukan tanpa sebab & alasan. Kilas balik sejenak, dulu ada 3 buah kamar mandi dan sebuah sumur terletak di sana. Dari ketiga kamar mandi itu, hanya 2 yang aktif dipakai oleh warga sekitar. Konon di kamar mandi yang paling selatan sering terjadi hal2 aneh, seperti apabila ada yang sedang jongkok kencing banyak yang mengalami tiba2 tidak bisa berdiri. Seperti mendadak jadi patung. Usut punya usut, konon dulu warga sekitar sering bermain jalangkung. Setelah selesai bermain, boneka2 yang dipakai untuk bermain dibuang ditinggalkan di kamar mandi tersebut. Kejadian lain juga pernah dialami oleh 2 bude saya ketika beliau masih remaja, saat sedang ada di sana salah satu budeku melihat penampakan sesosok putih kecil setinggi anak balita di sudut. Awalnya sosok itu terlihat kecil, namun makin dilihat sosok itu makin besar dan makin besar. Bude berteriak, sedangkan bude satunya hanya bingung dengan yang dialami saudaranya itu karena beliau tidak melihat apa2. Sosok yang dilihat bude tadi adalah makhluk yang di percaya bernama “Wedon”. Kembali ke penerawangan sang Kyai, beliau menyampaikan apa yang dilihat oleh mata batinnya, bahwa di garasi kami ada seorang penunggu dari bangsa Jin berwujud seorang nenek tua, Jin ini bersifat agak usil dan merasa terganggu dengan kehadiran keluarga kami. Karena dia merasa bahwa disitulah rumahnya. Selain dia, ada satu lagi sesosok Jin berwujud binatang berwarna hitam. Sosoknya sebesar manusia dan mempunyai badan berwujud seperti kera namun punya moncong berbentuk seperti moncong anjing. Berbeda dengan makhluk sebelumnya, makhluk yang satu ini tidak mempunyai niat untuk mengganggu, malah sang Kyai menyampaikan bahwa makhluk ini ingin melindungi salah satu penghuni rumah ini. Siapa penghuni yang dimaksud oleh Kyai?
Setelah dari garasi dan berlanjut akan ke ruang tamu, beliau menoleh ke pantry rumah kami. Seperti ada yang aneh disitu, beliau berkata ada sosok anak kecil yang menunggu di bawah tangga. Kyai menjelaskan, sosok tersebut adalah qorin dari miskram janin yang dikubur disitu. Bapakpun langsung ingat, dulu kakak pertama bapak, pernah keguguran dan janin jabang bayi itu dikuburkan persis di situ jauh sebelum bangunan rumah ini dididirikan. Betul saja, ibu ternyata sering melihat ada anak kecil yang suka duduk dan berlarian di tangga itu. (Berbeda dengan sosok yang menyerupaiku)
Setelah dari situ Kyai melanjutkan untuk ke ruang tamu kami. Kali ini beliau tidak melihat apa2, hanya saja ruangan itu memiliki hawa negatif yang sangat kuat. Ternyata hawa itu berasal dari ruangan di sampingnya. Masih ingatkah ketika kejadian aku terbangun di salah bawah dipan salah satu ruangan kamar? Ya, kamar itulah yang dimaksud bapak Kyai. Sosok berhawa negatif kuat itu ternyata adalah jin yang sudah berumur sangat tua, mungkin ratusan tahun dan sudah ada di situ sejak ratusan tahun lalu. Sosok itu berwujud mirip sesosok “Semar”, wujudnya berdiri namun salah satu kakinya menyilang seperti seseorang yang sedang duduk “jegang”. Meskipun memiliki hawa negatif kuat, sosok ini tidak mempunyai niatan jahat menurut sang Kyai.
Selesai lantai 1, kami pun melanjutkan ke lantai 2 untuk naik. Di lantai 2 ini ada 4 kamar, mushola, dan ruang keluarga. Pertama kali Kyai menuju ke mushola, dan beliau meminta izin untuk sholat dahulu. Akhirnya kami pun menunggu beliau sholat. Setelah itu beliau tanpa panjang lebar langsung menyampaikan bahwa di kamar depan kamar kakak ketigaku, ada sesosok kakek2 tua mengenakan pakaian muslim lengkap dengan sarungnya, dia adalah seorang Jin muslim yang tidak mengganggu, tapi akan sesekali menampakkan diri sekedar untuk menyampaikan bahwa dia “ada”.
Selanjutnya, kami pergi ke 2 kamar yang bersebelahan yaitu kamar kakak ke 1 & 2 ku. Tak ada apa2 disitu, hanya menjadi tempat keluar masuk makhluk2 dari luar. Karena dulunya rumah kami lama tak ditinggali.
Berlanjut ke kamar utama yakin kamar bapak & ibu. Lagi2 hawa negatif terpancar jelas dari sana, hawa itu ternyata berasal dari sosok semar yang ada di lantai 1 tadi. Namun ada sesosok lain yang menggelitik Kyai. Sosok itu berasal dari balkon yang ada di bagian depan kamar bapak. Sosok itu berwujud perempuan berambut panjang, mungkin masyarakat menyebutnya kuntilanak. Dia tidak mendiami balkon tersebut, tapi hanya suka untuk “nongkrong” di situ sesekali. Benar saja, beberapa tahun yang lalu bude (istri dari pakde) yang tinggal di samping rumah kami pernah bertanya ke ibu, apakah semalam ibu tidur rumah? Pertanyaan itu langsung dijawab ibu dengan jawaban bahwa tidak mungkin kami tidur di sana, karena rumah itu belum ada perabotnya dan malam itu ibu juga tidak di rumah. Mungkin yang dilihat bude adalah sesosok itu.
Berlanjut ke lantai 3, kamarku. Sesaat sebelum naik, Kyai seperti kaget dan berhenti sejenak. Beliau mengatakan itulah sosok2 makhluk2 yang keluar masuk rumah kami hanya untuk mampir. Dan lantai 3 adalah semacam tempat berkumpul mereka ketika masuk ke rumah kami. Well, aku langsung merasakan kengerian setelah tau lantai 3 tempatku tidur adalah tempat nongkrong mereka.
Merinding bukan? Sejak tadi ketika aku menulisnya pun merasakan kengerian itu.
Setelah selesai berkeliling, ternyata Kyai menyampaikan bahwa untu mengusir mereka semua beliau membutuhkan sebuah minyak wangi yang ternyata harganya cukup mahal. Karena waktu itu permintaan kyai belum bisa disanggupi bapak akhirnya kyai hanya mendoakan dan memberikan pagar di rumah kami bertujuan untuk menangkal mereka namun pagar itu tidak bersifat permanen.
Aku tak menyangka ternyata Rumah kami merupakan semacam perkampungan keluarga dari makhluk tak kasat mata. Semenjak mengetahui hal itu, aku tak pernah lagi tidur di lantai 3, aku lebih memilih tidur di ruang tengah di depan tv atau di kamar kakak pertamaku yang sudah memilih untuk kembali ke rumah eyang jauh2 hari karena kejadian2 yang dialaminya.
Pagar tadi bukan bertujuan untuk mengusir mereka, melainkan hanya untuk menunda mereka untuk kembali mengusik kami. Untuk sementara kami bisa bernafas lega, namun lega itu tak berlangsung lama, karena sewaktu-waktu pagar itu dapat hilang dan mereka dapat menampakkan diri kembali. . . .
Saya ingat sekali, siang itu sepulang sekolah aku sudah menunggu-nunggu kedatangan bapak ibu beserta sang Kyai. Kyai itu belum terlalu tua, dengan kupluk khas berwarna hitam dan kumisnya, beliau datang ke rumah kami. Kami sekeluarga menyambutnya untuk sekedar beramah tamah dahulu, sebelum akhirnya beliau memulai “tour” di rumah kami.
Beliau pun mulai dari lantai pertama. Dimulai dari garasi kami, beliau bertanya apakah dulunya garasi ini terdapat sumur? Benar sekali, hanya dengan memejamkan mata sejenak beliau langsung mengetahuinya. Menang benar, garasi kami ini dulunya adalah bekas WC umum yang dibangun oleh almarhum eyang. Dahulu wasiat eyang, sebenernya bagian garasi ini seharusnya agar dijadikan sudut mushola, namun karena keterbatasan lahan bapak memutuskan dijadikan garasi, sedang mushola dibangun tepat di atas garasi namun ada di lantai 2. Wasiat Itu bukan tanpa sebab & alasan. Kilas balik sejenak, dulu ada 3 buah kamar mandi dan sebuah sumur terletak di sana. Dari ketiga kamar mandi itu, hanya 2 yang aktif dipakai oleh warga sekitar. Konon di kamar mandi yang paling selatan sering terjadi hal2 aneh, seperti apabila ada yang sedang jongkok kencing banyak yang mengalami tiba2 tidak bisa berdiri. Seperti mendadak jadi patung. Usut punya usut, konon dulu warga sekitar sering bermain jalangkung. Setelah selesai bermain, boneka2 yang dipakai untuk bermain dibuang ditinggalkan di kamar mandi tersebut. Kejadian lain juga pernah dialami oleh 2 bude saya ketika beliau masih remaja, saat sedang ada di sana salah satu budeku melihat penampakan sesosok putih kecil setinggi anak balita di sudut. Awalnya sosok itu terlihat kecil, namun makin dilihat sosok itu makin besar dan makin besar. Bude berteriak, sedangkan bude satunya hanya bingung dengan yang dialami saudaranya itu karena beliau tidak melihat apa2. Sosok yang dilihat bude tadi adalah makhluk yang di percaya bernama “Wedon”. Kembali ke penerawangan sang Kyai, beliau menyampaikan apa yang dilihat oleh mata batinnya, bahwa di garasi kami ada seorang penunggu dari bangsa Jin berwujud seorang nenek tua, Jin ini bersifat agak usil dan merasa terganggu dengan kehadiran keluarga kami. Karena dia merasa bahwa disitulah rumahnya. Selain dia, ada satu lagi sesosok Jin berwujud binatang berwarna hitam. Sosoknya sebesar manusia dan mempunyai badan berwujud seperti kera namun punya moncong berbentuk seperti moncong anjing. Berbeda dengan makhluk sebelumnya, makhluk yang satu ini tidak mempunyai niat untuk mengganggu, malah sang Kyai menyampaikan bahwa makhluk ini ingin melindungi salah satu penghuni rumah ini. Siapa penghuni yang dimaksud oleh Kyai?
Setelah dari garasi dan berlanjut akan ke ruang tamu, beliau menoleh ke pantry rumah kami. Seperti ada yang aneh disitu, beliau berkata ada sosok anak kecil yang menunggu di bawah tangga. Kyai menjelaskan, sosok tersebut adalah qorin dari miskram janin yang dikubur disitu. Bapakpun langsung ingat, dulu kakak pertama bapak, pernah keguguran dan janin jabang bayi itu dikuburkan persis di situ jauh sebelum bangunan rumah ini dididirikan. Betul saja, ibu ternyata sering melihat ada anak kecil yang suka duduk dan berlarian di tangga itu. (Berbeda dengan sosok yang menyerupaiku)
Setelah dari situ Kyai melanjutkan untuk ke ruang tamu kami. Kali ini beliau tidak melihat apa2, hanya saja ruangan itu memiliki hawa negatif yang sangat kuat. Ternyata hawa itu berasal dari ruangan di sampingnya. Masih ingatkah ketika kejadian aku terbangun di salah bawah dipan salah satu ruangan kamar? Ya, kamar itulah yang dimaksud bapak Kyai. Sosok berhawa negatif kuat itu ternyata adalah jin yang sudah berumur sangat tua, mungkin ratusan tahun dan sudah ada di situ sejak ratusan tahun lalu. Sosok itu berwujud mirip sesosok “Semar”, wujudnya berdiri namun salah satu kakinya menyilang seperti seseorang yang sedang duduk “jegang”. Meskipun memiliki hawa negatif kuat, sosok ini tidak mempunyai niatan jahat menurut sang Kyai.
Selesai lantai 1, kami pun melanjutkan ke lantai 2 untuk naik. Di lantai 2 ini ada 4 kamar, mushola, dan ruang keluarga. Pertama kali Kyai menuju ke mushola, dan beliau meminta izin untuk sholat dahulu. Akhirnya kami pun menunggu beliau sholat. Setelah itu beliau tanpa panjang lebar langsung menyampaikan bahwa di kamar depan kamar kakak ketigaku, ada sesosok kakek2 tua mengenakan pakaian muslim lengkap dengan sarungnya, dia adalah seorang Jin muslim yang tidak mengganggu, tapi akan sesekali menampakkan diri sekedar untuk menyampaikan bahwa dia “ada”.
Selanjutnya, kami pergi ke 2 kamar yang bersebelahan yaitu kamar kakak ke 1 & 2 ku. Tak ada apa2 disitu, hanya menjadi tempat keluar masuk makhluk2 dari luar. Karena dulunya rumah kami lama tak ditinggali.
Berlanjut ke kamar utama yakin kamar bapak & ibu. Lagi2 hawa negatif terpancar jelas dari sana, hawa itu ternyata berasal dari sosok semar yang ada di lantai 1 tadi. Namun ada sesosok lain yang menggelitik Kyai. Sosok itu berasal dari balkon yang ada di bagian depan kamar bapak. Sosok itu berwujud perempuan berambut panjang, mungkin masyarakat menyebutnya kuntilanak. Dia tidak mendiami balkon tersebut, tapi hanya suka untuk “nongkrong” di situ sesekali. Benar saja, beberapa tahun yang lalu bude (istri dari pakde) yang tinggal di samping rumah kami pernah bertanya ke ibu, apakah semalam ibu tidur rumah? Pertanyaan itu langsung dijawab ibu dengan jawaban bahwa tidak mungkin kami tidur di sana, karena rumah itu belum ada perabotnya dan malam itu ibu juga tidak di rumah. Mungkin yang dilihat bude adalah sesosok itu.
Berlanjut ke lantai 3, kamarku. Sesaat sebelum naik, Kyai seperti kaget dan berhenti sejenak. Beliau mengatakan itulah sosok2 makhluk2 yang keluar masuk rumah kami hanya untuk mampir. Dan lantai 3 adalah semacam tempat berkumpul mereka ketika masuk ke rumah kami. Well, aku langsung merasakan kengerian setelah tau lantai 3 tempatku tidur adalah tempat nongkrong mereka.
Merinding bukan? Sejak tadi ketika aku menulisnya pun merasakan kengerian itu.
Setelah selesai berkeliling, ternyata Kyai menyampaikan bahwa untu mengusir mereka semua beliau membutuhkan sebuah minyak wangi yang ternyata harganya cukup mahal. Karena waktu itu permintaan kyai belum bisa disanggupi bapak akhirnya kyai hanya mendoakan dan memberikan pagar di rumah kami bertujuan untuk menangkal mereka namun pagar itu tidak bersifat permanen.
Aku tak menyangka ternyata Rumah kami merupakan semacam perkampungan keluarga dari makhluk tak kasat mata. Semenjak mengetahui hal itu, aku tak pernah lagi tidur di lantai 3, aku lebih memilih tidur di ruang tengah di depan tv atau di kamar kakak pertamaku yang sudah memilih untuk kembali ke rumah eyang jauh2 hari karena kejadian2 yang dialaminya.
Pagar tadi bukan bertujuan untuk mengusir mereka, melainkan hanya untuk menunda mereka untuk kembali mengusik kami. Untuk sementara kami bisa bernafas lega, namun lega itu tak berlangsung lama, karena sewaktu-waktu pagar itu dapat hilang dan mereka dapat menampakkan diri kembali. . . .
triaayulestari dan 4 lainnya memberi reputasi
5