Beberapa pekan lalu, Presiden Indonesia, Joko Widodo telah mengumumkan ibu kota negara akan pindah dari Jakarta, di pulau Jawa, ke provinsi Kalimantan Timur, di pulau Kalimantan.


Proses pindahnya ibukota ini akan disiapkan oleh pemerintah dengan RUU untuk dipertimbangkan oleh DPR. Jika disetujui, konstruksi dapat dimulai tahun depan.


Ibukota yang semula berada di Jakarta akan dipindahkan ke kota yang belum dibangun di pulau Kalimantan, lebih dari 1.000 km jauhnya. Kalimantan adalah bagian Indonesia yang juga berbagi sekaligus berbatasan dengan Malaysia dan Brunei. Namun, Jakarta akan terus menjadi pusat komersial dan keuangan negara, dan diyakini bahwa mayoritas dari hampir 10 juta penduduknya akan tinggal di Jakarta.


Jokowi mengatakan memindahkan modal akan menelan biaya sekitar 466 triliun rupiah, di mana negara akan mendanai 19%, sisanya dari kemitraan publik-swasta dan investasi swasta. Harga tersebut termasuk untuk mendanai kantor dan rumah pemerintah baru bagi sekitar 1,5 juta pegawai negeri yang akan tinggal disana.



Jika parlemen menyetujui RUU tersebut, pembangunan ibukota baru akan dimulai tahun depan di sebidang 40.000 hektar. Pemerintah berharap untuk mulai memindahkan beberapa birokratnya sekitar tahun 2024.


Jokowi mengatakan bahwa maksud dan tujuan dipindahkannya ibukota adalah untuk mengatasi ketidaksetaraan dan meringankan sebagian beban di Jakarta, dan pulau Jawa yang adalah rumah bagi 60% dari populasi di Indonesia dan lebih dari setengah aktivitas ekonomi berlangsung disini. Dibandingkan dengan pulau Kalimantan yang hampir empat kali lebih besar, tetapi hanya menyumbang kurang dari sepersepuluh produksi domestik bruto.


Selain itu, Jakarta juga memiliki isu lingkungan yang cukup serius. Kualitas udara di kota itu merosot selama beberapa bulan terakhir.  Tercatat, kondisi udara Jakarta di bulan Juni jauh lebih tercemar dan menduduki peringkat 2 di daftar Kota Dengan Polusi dan Kualitas Udara Terburuk di Dunia.  Hal ini mendorong sekelompok aktivis dan pencinta lingkungan untuk menuntut pemerintah untuk mengambil tindakan.


Jakarta juga diisukan akan mengalami penipisan daratan dan akan mulai tenggelam. Wilayah Jakarta utara, mengalami penipisan sekitar 25 cm per tahun, karena penurunan konstruk tanah. Kota ini tidak menyalurkan persediaan air minum yang cukup, sehingga warga Jakarta sangat bergantung pada sumur yang mengambil air dari akuifer yang dangkal, sehingga menyebabkan tanah di atasnya runtuh.


Di sisi lain, masalah lain yang memperparah situasi kota Jakarta adalah munculnya ratusan blok apartemen baru, pusat perbelanjaan dan bahkan kantor pemerintah yang juga menyebabkan potensi peningkatan risiko bencana banjir.

Pulau Kalimantan adalah rumah bagi kegiatan penambangan utama serta luasnya hutan hujan maupun hutan lindung, serta merupakan salah satu dari sedikit tempat di mana orangutan hidup di habitat alami mereka.




Tetapi ada kekhawatiran bahwa rencana dan meningkatnya jumlah orang yang tinggal di pulau itu akan memiliki dampak lingkungan yang serius termasuk untuk habitat hutan hujan.
Para pemerhati lingkungan mengatakan bahwa relokasi itu harus ditangani dengan hati-hati atau akan mengakibatkan satu area rusak secara ekologis, hanya untuk menciptakan area yang lain (re: ibukota)