Kaskus

Story

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]
Selamat Datang di Thread Ane Gan/Sis 


Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]


Kali ini ane ingin sekali bercerita tentang seluk beluk perjalanan cinta ane yang mana sudah lama banget mau ane ceritakan, karena ane cukup mual juga kalau memendam kisah-kisah ini terlalu lama, ada yang mengganjal dihati, hitung-hitung sebagai penebusan dosa..hehe.. Mohon maaf juga sebelumnya karena ane masih nubie, mohon bimbingannya ya gan sis agar trit menjadi lebih menarik untuk dibaca.

Terima kasih Gan Sis telah mendukung dan membaca Trit ini sehingga bisa menjadi HT di bidang STORY. Semoga kedepannya ane selalu bisa memperbaiki tulisan ini dengan baik sehingga semakin enak dibaca.


Spoiler for INDEX:


Spoiler for "You":



Spoiler for MULUSTRASI:


Spoiler for Peraturan:


Selamat membaca kisah ane yang menurut ane seru ini ya gan/sis.


Menurut ane, lagu ini kurang lebih mewakili diri ane di masa lalu gan sis


Quote:


Quote:


Quote:

Quote:

Diubah oleh yanagi92055 20-05-2020 13:13
suryosAvatar border
xxxochezxxxAvatar border
DayatMadridistaAvatar border
DayatMadridista dan 113 lainnya memberi reputasi
106
465.6K
4.3K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#1542
Menghilang
Keket hanya diam mematung didepan pintu kostan Harmi. Harmi pun mematung. Lama sekali mereka diam. Ane merasakan hawa yang tiba-tiba panas di kostan yang ber-AC. Ane mulai keringat dingin ketika itu. Luar biasa ini sensasinya. Kayak berada di dalam oven. Sesak, panas, berkeringat, tapi nggak bisa ngapa-ngapain.

Keket kemudian secara tiba-tiba melancarkan tamparan yang amat kencang ke Harmi sampai dirinya terjatuh. Keket pergi begitu aja setelah itu. Meninggalkan Harmi yang terjatuh sambil memegangi pipi kiri dan hidungnya, serta ane yang hanya bisa mematung didalam kamar. Lalu ane baru ngeh setelah Harmi mulai menangis.

"Kak, maafin gue. Ini semua gue yang salah." Katanya sambil nangis dan menahan sakit.

"Gue yang salah Mi. Ya ampun hidung lo berdarah Mi." Kata ane yang membantunya duduk dipinggir kasur.

Ane lalu mengambil beberapa lembar tisu yang kemudian ane usapkan ke hidungnya agar tidak berdarah lagi.

"Gila ni Keket, bisa-bisaan dia nampar orang sampe berdarah gini. Mi, atas nama Keket gue minta maaf ya. Maaf banget buat semuanya."

"Nggak apa-apa Kak, ini semua emang gue yang salah dari awal. Gue masuk disela hubungan kalian yang udah oke banget."

"Tapi Mi..."

"Udah kak nggak apa-apa. Mending habis ini lo selesaiin urusan lo sama Kak Keket Kak. Takutnya malah dia berbuat yang aneh-aneh."

"Nggak, gue nggak mau ninggalin lo gitu aja. Kayak orang nggak tanggungjawab. Mau gue antar ke poliklinik depan?"

"Nggak apa-ap gue kak, udah lo tenang aja ya."

Ane memeluk Harmi lembut dan dia juga akhirnya membalas dengan pelukan hangatnya ke ane. Setelah sekitar 1 jam ane memastikan dia benar-benar udah tenang, ane mohon pamit ke dia. Ane akan ke kostan Keket.

Dalam perjalanan ane, ane hanya diam saja, biasanya kan suka sambil nyanyi-nyanyi sendiri. Perjalanan ketika itu berasa jauh banget nggak sampai-sampai. Diperjalanan siang itu ane juga bertemu beberapa teman angkatan ane dan angkatan Keket, tapi nggak terlalu ane gubris karena ane sedang buru-buru. Akhirnya diperjalanan yang sebenernya nggak jauh itu, ane sampai dengan kondisi cukup lelah.

Ane mengetuk beberapa kali pintu kamar Keket. Nggak ada jawaban sama sekali. Ane coba hubungi nomernya pun sepertinya sudah di block nih nomer ane. Ane bingung, tapi akhirnya nggak hilang akal. Ane tau harus kemana kalau mau ketemu dia. Ane langsung berangkat lagi ke kampus dan menuju ke fakultas ane. Ane menaiki tangga melingkar dari lantai satu sampai lima untuk mencarinya disana.

Keket ada di dak atas gedung fakultas, seperti dugaan ane. Dia duduk di sofa yang kami rakit kembali menjadi bagus dan nyaman untuk di duduki. Tapi bedanya, sofa itu dihadapkan kearah luar gedung, sebelumnya kan kearah tangga datang.

"Aku bisa jelasin semuanya Ket."

Dia hanya diam saja membelakangi ane. Lalu ane duduk disebelahnya. Waktu itu awan sudah mulai mendung tapi belum hujan, sehingga cuaca nggak terlalu panas. Ane beberapa kali mencoba ngomong tapi gagal. Akhirnya ane memilih diam. Ada kali sekitar 15-20 menitan kami diam aja. Beberapa kali HP ane bergetar tapi nggak ane hiraukan.

"Kamu nggak salah Ja."

"Hah? Aku yang salah Ket."

"Nggak. Kamu nggak salah. Kan memang hubungan kita ini nggak ada status, dan dulu kita juga bilang kalau diantara kita bisa-bisa aja ada hubungan dengan yang lainnya. Yang punya konsekuensi bakalan ada hati yang sakit kalau kita lihat langsung hubungan antara kita dengan orang lain."

"Iya yank. Maafin aku. Aku bukannya mau manfaatin peluang itu, tapi emang akunya aja banyak melengnya yank. Maafin aku."

"Kamu nggak salah sepenuhnya. Aku juga salah. Harusnya dari awal aku terima kamu. Harusnya dari dulu aku yang nyatain secara resmi duluan. Aku itu sayang banget sama kamu Ja. Bahkan dengan kejadian yang aku liat tadi aja, aku masih bisa maafin kamu Ja."

"Aku juga sayang banget sama kamu Ket. Kan aku udah bilang, kenapa sih pemikiran kamu aneh banget. Kenapa kita nggak bareng-bareng aja secara resmi."

"Iya emang ini sebenarnya kesalahan aku, terlalu banyak lubang dalam hubungan kita Ja. Dan aku yang banyak bikin lubang itu. Aku membuka peluang kita berdua untuk bermain hati ditempat lain. Maafin aku sayang."

"Iya, tapi emang dasarnya aku brengsek yank, aku nggak bisa jaga kepercayaan kamu. Maafin aku. Sekarang aku pasrah sama keputusan kamu, kamu nggak mau kenal aku lagi, kamu mau ngejauh dari aku, atau kamu bahkan nggak mau ketemu aku lagi, aku terima Ket."

"Aku juga bukan orang baik Ja. Tapi maaf aku saat ini nggak bisa dulu untuk ketemu kamu. Aku mau nenangin diri dulu. Aku nggak mau kamu hubungin, aku nggak mau cari dan aku nggak mau kamu kejar. Biarin aku sendirian dulu yank. Tapi kamu nggak usah khawatir, aku tetap sayang kamu, aku tetap akan kembali sama kamu. Asal kamu mau nunggu."

"Aku pasti nunggu kamu yank. Pasti. maafin segala kesalahan aku selama ini yank. Maaf aku udah nyia nyiain kepercayaan kamu. Ini mungkin hukuman yang terbaik buat aku yank. Asal kamu bisa tenang dan kembali menata hati, aku siap nunggu, aku siap menderita nggak dengar kabar kamu dan nggak bisa ngehubungin kamu, asal kamu nggak ninggalin aku yank."

Airmata Keket berderai membasahi pipinya yang memerah menahan amarah, emosi dan juga kesedihan yang mendalam. Ane benar-benar merasa sangat bersalah. Ane nggak tega kalau lihat Keket menangis kayak gini, karena dia pada dasarnya jarang banget nangis. Lalu tiba-tiba dia memeluk ane kencang banget, dan mencium bibir ane lembut sesaat.

Dia lalu beranjak berdiri, dan meninggalkan ane. Ane coba panggil tapi dia nggak nengok lagi. Ane nggak berusaha ngejar karena sesuai dengan yang dia omongin tadi, jangan ngejar dia. Ane merasa sangat bingung. Ane juga juga lupa tadi mau nanyain siapa yang ngasih tau dia soal kostan Harmi, dan kenapa ane ada disana semalam. Ane lalu mencurigai kuat, Anin yang ada dibalik semua ini. Karena Harmi kan kostannya sebelahan sama Anin. Kurang ajar ini Anin, dulu dia merusak Zalina yang berakhir dengan kejadian menyakitkan itu, dan sekarang dia mau ngerusak hubungan ane lagi dengan Keket lewat Harmi? Gila ini anak maunya apaan coba.

--

Malamnya ane datang ke kolam Sofi dengan mood yang sama sekali nggak baik. Sambutan hangat Sofi nggak terlalu ane tanggapi yang mengakibatkan dia jadi ngambek. Hampir aja batal ngajarin renang dia. Setelah berganti pakaian, kami pemanasan terlebih dulu. Ane agak keganggu konsentrasinya karena Sofi memakai baju renang tertutup, tapi agak ngetat dibagian dada. Aduh pas lagi lari kecil itu keliatan banget guncangannya hebat. Lumayan mengobati mood kala itu. Hehe.

"Nanti aku ngajarinnya kilat, dan agak berat, tapi aku bisa jamin akan cepet bisa, ok Sof?"

"Oke sayang." Katanya sambil tersenyum.

Pertama kali ane mengajarkan gaya dada atau populernya disebut gaya katak. Ane mengajarkan dasar-dasar pergerakan kaki dan tangan serta utamanya teknik pengambilan napasnya. Dia termasuk cerdas karena cepat sekali mengertinya. Dari awalnya hanya ditempat, sampai jelang akhir waktu latihan Sofi udah mulai bisa bergerak menempuh jarak selebar kolam renang.

"Gimana, asyik kan?" Kata ane.

"Wah seru banget Ja. Tapi aku capek banget sayang. Habis ini makan dulu yuk. Itu udah aku sediain tadi, beli di rumah makan padang dekat sini." Katanya.

"Wah asyik, makan padang. Udah lama aku nggak makan enak dan banyak. Haha." Kata ane tertawa datar.

Kemudian kami membilas tubuh kami, ane mandi dan Sofi juga, di kamar mandi yang berbeda. Selesai mandi dan udah segar, ane duduk disebelah Sofi yang ternyata udah selesai duluan mandinya. Dia nggak memakai kerudung, tapi rambutnya ditutup handuk. Katanya nunggu kering makanya nggak pakai kerudung dulu. Dia juga memakai kaos ketat lengan pendek sehingga terlihat lengannya yang berkulit putih dan sangat terawat. Kemudian bawahannya dia memakai legging warna hitam yang sangat menggoda. Aduh ini anak susah disentuh, tapi kok ya menggoda gini.

"Kamu nggak apa-apa pakai baju kayak gitu ada aku?"

"Ya nggak masalah, asal nggak usah coba-coba megang ya kamu. Hehe."

"I..iya Sof. Nggak kok. Hehe."

Entah kenapa, ane nggak menemukan banyak rasa sayang ke dia. Lebih kepada rasa penasaran aja, walaupun ada sedikit muncul rasa sayang itu, tapi tetap aja penasarannya itu lebih gede.

"Ayo dimakan dulu itu, nanti kalau dingin kan jadi kurang nikmat."

"Iya Sof. Kalau dingin ya diangetin aja sama kamu Sof."

"Ih apaan sih kamu. Udah ayo makan."
Katanya datar.

Ane dan dia kemudian makan malam sambil ngobrol-ngobrol ringan. Ternyata cukup banyak bahasan yang bisa kami bahas. Tapi tetap aja ane nggak bisa menyembunyikan kesedihan ane perihal Keket.

"Kamu kenapa Ja?”

"Nggak apa-apa Sof."

"Kok keliatannya kayak ada beban pikiran kamu. Cerita aja sayang."

"Nggak apa-apa, aku cuma lagi keingetan almarhum papaku." Kata ane sekenanya.

"Kamu psti masih suka sedih ya? Aku juga kayak gitu tau yank. Kehilangan orang yang kita sayang itu benar-benar melukai hati kita, dan susah banget untuk disembuhin."

"Iya bener Sof. Apalagi kalau ditinggal pas lagi sayang banget."

"Iya bener Ja kamu."

Lalu pembahasan beralih ke urusan hubungan ane dan Keket. Ane nggak mau banget ngebahas itu sekarang karena ane masih merasa bersalah sama Keket.

"Keket baik-baik aja kok Sof. Aman lah."

"Aman gimana?"

"Ya aman, kamu nggak perlu khawatir soal dia."

"Ya aku khawatir lah, perasaan kamu ke dia kan masih gede Ja. Aku yang berusaha untuk narik kamu dari dia, dan aku merasa masih berat loh buat narik kamu dari dia."

"Udah deh Sof nggak usah dibahas. Aku dan dia kan nggak ada apa-apa dan aku sekarang sama kamu, ya ngebahasnya kita aja ya sayang?" Kata ane sambil memaksakan tersenyum.

"Oke sayang, maafin aku ya. Yaudah abis ini pulang yuk, udah jam 9 malam nanti kamu kehabisan ojek."

"Iya yank. Nggak apa-apa. Habis ini aku langsung pulang ya."

Lalu setelah beres-beres dan nggak ada sama sekali cipika cipiki ataupun pegangan tangan, ane pamit pulang sama Sofi, sementara dia pulang mengendarai motor kerumahnya. Pikiran ane hanya Keket aja. Cuma keket. Bahkan Harmi pun nggak masuk dalam pemikiran ane waktu itu.

Diubah oleh yanagi92055 16-09-2019 12:03
erman123
hendra024
itkgid
itkgid dan 22 lainnya memberi reputasi
23
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.