Kaskus

Story

congyang.jusAvatar border
TS
congyang.jus
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish

Tuhan tidak selalu memberi kita jalan lurus untuk mencapai suatu tujuan. Terkadang dia memberi kita jalan memutar, bahkan seringkali kita tidak bisa mencapai tujuan yg sudah kita rencanakan diawal. Bukan karena tuhan tidak memberi yg kita inginkan, tetapi untuk memberi kita yg terbaik. Percayalah, rencana Tuhan jauh lebih indah.

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 13 suara
Siapa yang akan menjadi pemaisuri Raja?
Olivia
31%
Bunga
8%
Diana
15%
Zahra
15%
Okta
8%
Shinta
23%
Diubah oleh congyang.jus 04-03-2022 10:27
sargopipAvatar border
efti108Avatar border
JabLai cOYAvatar border
JabLai cOY dan 37 lainnya memberi reputasi
38
165.6K
793
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
congyang.jusAvatar border
TS
congyang.jus
#524
Part 60
"Makasih ya Mbak" ucap gw ke Mbak Oliv

"Sama-sama. Kalian hati-hati ya, barang bawaannya dijaga" balasnya

Setelah cipika-cipiki, Mbak Oliv langsung balik, Gw dan Okta pun segera check-in. 20 menit sebelum jadwal keberangkatan, kami sudah di atas kereta.

"Aku ngerokok dulu" pamit gw ke Okta, berhubung keberangkatan kereta masih satu batang rokok lagi (sebatang rokok adalah ukuran waktu yang terkadang gw gunakan untuk kisaran waktu 10 hingga 20 menit).

Gw pun mengambil sebotol minuman teh yang tadi kami beli di minimarket dari dalam tas, lalu bergegas menuju peron yang berada di tengah-tengah jalur dua dan jalur tiga.

Sore ini, dengan menggunakan kereta api ciremai, gw dan Okta berangkat ke Bandung. Setelah sebelumnya keluarga Okta sudah berangkat terlebih dahulu hari kemarin.

Quote:


Kereta mulai melaju pukul 18.35 lebih sekian detik. Greeting dari dalam kabin menggema keseluruh gerbong melalui pengeras suara. Seperti perjalanan kereta malam lainnya, selimut berwarna biru tua pun mulai dibagikan ke para penumpang.

30 menit kereta melaju, Okta langsung menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tadi, berlindung dari dinginnya AC yang mulai menusuk kulit, kepalanya disandarkan di dada gw. "Ini yang dimaksud bebas?" Tanya gw dalam hati

Ketika berhenti di stasiun pekalongan, gw lihat Okta sudah tertidur pulas. Gw tepuk pipinya pelan.

"Bangun dulu, aku mau pipis" ucap gw. Tanpa menjawab, ia mengalihkan sandarannya ke sandaran kursi.

Setelah 7 jam lebih perjalanan, gw tiba di Bandung. Tempat kelahiran wanita yang saat ini mengisi hati gw.

Gw duduk di emperan tangga yang berada di dekat parkiran stasiun, kemudian menyalakan sebatang rokok. Sementara Okta masih berbicara lewat telepon dengan sang Papah.

"Pah, aku udah sampai di stasiun" ucap nya kepada sang Papah

Pikiran gw melayang melihat Ia yang saat ini berada beberapa meter di depan gw, mengenakan sweetshirt abu-abu yang kala itu gw beri, mengenakan bawahan jeans, dan sepatu converse low berwarna hitam putih.

"Papah masih di jalan, katanya 15 menit an lagi baru sampai" ucapnya, kali ini ia tepat berada di depan gw

"Yaudah, tunggu aja dulu" balas gw singkat.

Ia mengangguk kecil, tanpa menatap gw, tetap serius memijat layar HP dengan jari-jemarinya.

Beberapa kali gw rasakan HP gw di saku celana bergetar. Ketika gw lihat, ada banyak chat masuk, rata-rata dari teman-teman gw. Baru satu pesan yang gw balas, kemudian gw masukkan lagi HP gw ke saku karena jari-jari gw terasa kaku ketika mengetik. Dinginnya Bandung, ditambah saat ini memasuki waktu dini hari membuat tubuh gw sedikit bergetar. Bahkan getaran mulai menguat, terlihat dari jari tangan kiri gw yang memegang rokok.

***


"Jangan langsung tidur, bersih-bersih dulu" Ucap Mamah Okta ketika gw sampai di kediamannya

Gw mulai masuk ke rumah mewah ini. Di salah satu sudut ruang tamu, terdapat pohon cemara dengan hiasan lampu kelap-kelip, beberapa bola lampu, dan bintang yang terletak di atas pohon, beberapa aksesoris, dan dekorasi khas natal lainnya.

Okta menarik lengan gw, menggandeng gw naik ke lantai dua.

"Aku tidur sama kamu?" Gw kebingungan ketika Okta membuka sebuah kamar yang konsep nya seperti kamar cewek

"Biasanya juga gimana" jawabnya cuek. "Kalau pun kamu disiapin kamar sendiri, paling nanti aku ngikut" lanjutnya, diiringi tawa kecil

Memang sih biasanya kalau di rumah gw, Okta tidur di kamar gw. Tapi, ini di rumah dia bruhemoticon-Hammer (S)

Dengan ragu, gw ikut masuk dan meletakkan Tas di samping meja rias berwarna coklat kehitaman.

Okta membanting tubuh ke tempat tidur yang di beri cover bermotif abstrak, dengan dominan warna kuning dan putih.

"Orang tua ku ga pernah se welcome ini sama temen cowokku, bahkan sama pacar-pacar ku yang dulu" ia memandang langit-langit kamar

Gw memandang dia yang berbaring dengan sepatu yang belum dilepas. "Kalo aku ini, gimana? Temen apa pacar?"

Ia lantas berdiri "Kita saling tahu perasaan dan saling berkomitmen aja, bagiku udah cukup kok" lalu mengambil handuk dan bergegas menuju kamar mandi.

*tok *tok *tok

"Makan dulu, ambil sendiri di dapur yaa" ucap seorang dari balik pintu kamar yang gw kenali sebagai suara Mamah nya Okta

"Iya Tan.." balas gw sedikit berteriak

Setelah bersih-bersih dan makan, gw mencoba memejamkan mata. Namun sepertinya tubuh gw menolak. Beberapa jam terlelap di atas kereta tadi nampaknya membuat mata gw tetap terang. Sampai pada akhirnya, insomnia ini menarik gw ke balkon lantai dua. Tak lama, Okta pun menyusul. Sepertinya ia juga terkena insomnia.

Ia duduk di pangkuan gw, dengan selimut tebal menutupi seluruh tubuh terkecuali wajahnya.

"Ga bisa tidur.." rengeknya

"Ya iya, kamu tidur pules banget di kereta" balas gw

Kemudian, cukup lama kami nyaman dengan lamunan masing-masing.

"Ja.."

"Hmm?"

"Tadi kamu sholat apa? Kok pagi-pagi gini" tanya dia penasaran

"Shalat Isya" jawab gw

"Emang boleh? Shalat Isya kan jam tujuh. Eh, iya ga sih?."

"Kalau ada keperluan yang ga bisa ditunda, boleh. Lagian, shalat isya waktunya dari jam tujuh sampai dini hari. Tapi, tepat waktunya sekitar jam tujuh"

"Lama amat waktunya" balasnya keheranan

Dengan perbedaan kepercayaan, terkadang Okta menanyakan beberapa penasarannya tentang Islam. Begitupun gw, sering menanyakan tentang katolik.

***


Pada malam natal, keluarga besar Okta berkumpul di rumah ini. Semuanya berbincang-bincang hangat menggunakan bahasa sunda. Gw yang ngahngohga mudeng bahasa sunda cuma senyum-senyum sampai gigi kerasa kering.

Di malam itu, gw bener-bener merasa semua mata tertuju ke gw.

Berbagai pertanyaan-pertanyaan khas orang tua yang ditujukan kepada calon anggota keluarga baru banyak dilontarkan ke gw ataupun Okta.

Quote:


Quote:


Okeee, abaikan yang terakhir. Itu karangan gw sendiri.

Gw benar-benar antara bahagia dan sedih di hari itu. Bahagia karena keluarga besar Okta menunjukkan sikap menerima kehadiran gw. Sedih karena nyatanya perbedaan agama menjadi tebing besar pemisah.
delet3
japraha47
mirzazmee
mirzazmee dan 14 lainnya memberi reputasi
15
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.