sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
4Love: Tentang Patah Hati, Kesetiaan, Obsesi, dan Keteguhan Hati



Quote:


Spoiler for Daftar Bab:


Diubah oleh sandriaflow 01-12-2020 12:11
santinorefre720
blackjavapre354
rizetamayosh295
rizetamayosh295 dan 25 lainnya memberi reputasi
26
14.5K
134
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Tampilkan semua post
sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
#30
Bab 8: Peluang dan Keraguan

REVAN


Hari ini adalah waktu bagi Revan untuk mengajak Mega jalan-jalan. Dia sudah tampil dengan tampan dan gagah dengan motor laki miliknya. Beberapa hari kemarin, Dio pun sudah mengajak Mega jalan. Namun, hal itu tidak membuat nyalinya ciut. Ia malah ingin membuktikan bahwa dia bisa mendapatkan hati Meg

“Kamu sudah pamit ibumu?” tanya Revan yang sedari tadi menunggu di depan rumahnya.
“Sudah,” jawab Mega agak manja. Dia terlihat sangat cantik dengan kemeja merah muda kasual seperti gayanya yang biasa. Perempuan itu pun menata tempat duduknya dengan nyaman di jok belakang. Kemudian, dia berpegangan erat ke pinggang Revan.

Tak lama kemudian, Revan memacu motornya pelan keluar dari gang lalu melenggang dengan cepat di jalan raya. Mereka pertama-tama menuju ke arah alun-alun kota Malang, kemudian melewati Pasar Besar kota Malang, lalu mereka pun berhenti di kampung warna-warni Jodipan.

Revan memakirkan motornya di tempat penitipan motor terdekat dan meminta Mega untuk menunggunya di dekat pintu masuk. Ia pun segera menyusul Mega setelah selesai memarkirkan motornya karena tidak enak membuat perempuan itu menunggu lama-lama.

Suasana siang itu tidak terlalu terik. Langit agak mendung dipenuhi awan abu-abu yang mengisyaratkan akan turun hujan. Mereka berdua tidak memedulikan hal tersebut. Malah, mereka asik bercanda sembari mencari spot-spot menarik untuk berfoto bersama.
“Perjalananmu dengan Dio kemarin bagaimana?” Revan yang sedari tadi penasaran mencoba memberanikan diri untuk bertanya kepada Mega.

Perempuan itu tertegun sejenak menatap wajah Revan yang terlihat kikuk namun juga serius. Lalu, dia melayangkan sebuah senyuman kecil sembari menjawab pertanyaan Revan.

“Jangan membahas dia, Van. Aku kurang sreg aja dengan dia,” jawab Mega sederhana. Mendengar jawaban itu, hati Revan kian berbunga-bunga. Kesempatan itu seolah terbuka lebar.

“Aku sepertinya kurang asik juga,” sahut Revan. Mega menggeleng kecil. Perempuan itu lalu tersenyum manja sambil mencubit pipi kiri Revan.
“Kamu bukan kurang asik, tapi kurang jujur dengan dirimu sendiri,”

Entahlah, Revan tidak terlalu paham dengan maksud dari Mega. Kalimat perempuan itu terlalu ambigu dan cukup susah dimengerti. Apakah itu sebuah kode agar Revan berterus terang dengan Mega?

IPUL


Suasana kafe ini cukup klasik, dengan cat dinding coklat kayu dengan pernak- pernik bercorak daun tua yang sudah mengering serta bangku-bangku bergaya tua yang berjajar rapi. Tak lupa juga, lagu-lagu folk indie diputar sebagai penambah nuansa klasik kafe ini.

Alasan Ina mengajak Ipul ke tempat ini yaitu untuk membuat pertemuan mereka kali terasa lebih romantis. Sepertinya, ada sesuatu yang sangat ingin disampaikannya kepada Ipul. Begitupun sebaliknya. Sejak tadi malam, Ipul sudah memikirkan dan menyusun kata-kata sebagus mungkin agar momen kali ini tidak berubah menjadi rancu.

Perempuan itu sengaja datang lebih awal dan memilih tempat duduk di pojok dekat jendela kafe. Dari tempat itu, mereka dapat melihat jalanan di luar.

“Kau sudah menunggu lama?” tanya Ipul yang baru saja datang.
“Masih lima menit,” jawab Ina singkat dengan senyumnya yang mengembang setelah melihat Ipul datang.
Sebenarnya, Ipul tidak terlalu biasa ngopi di tempat yang terlalu mencolok seperti ini. Dia lebih senang tempat-tempat yang sederhana dan sesuai dengan gayanya yang pas-pasan. Namun, ia menghormati keinginan Ina kali ini.

Mereka berbincang ringan sebentar sambil menanti pesanan mereka datang. Sesaat setelah kedua pesanan mereka diantar oleh pelayan kafe, Ina memulai membicarakan topik yang serius untuk mereka berdua.

“Aku ingin bicara lebih dalam tentang hubungan kita,” suara Ina terdengar agak berat kali ini.
“Aku juga ingin jujur mengenai satu hal kepada kamu,” jawab Ipul tak kalah berat.

Kedua tatapan mereka saling bertemu. Gurat wajah mereka berdua mendadak serius. Masing-masing tengah memikirkan kata-kata yang hendak mereka ucapkan sekaligus menguatkan segenap keyakinan untuk jujur dengan diri mereka masing-masing.

“Aku..” mereka membuka suara pada saat yang bersamaan. Lalu, hening lagi.

Ipul mempersilahkan Ina untuk berbicara terlebih dahulu. Perempuan itu menggeleng. Sebaliknya, ia ingin mendengar pengakuan dari Ipul.
Dengan berat hati, akhirnya Ipul harus jujur dengan Ina. Kalimat demi kalimat yang diungkapkan Ipul seperti belati yang menusuk hati ini. Sungguh, kalimat-kalimat itu ialah sebuah kontradiksi terhadap perasaan serta keinginan Ina untuk dapat bersama-sama lagi dengan Ipul.

“Aku minta maaf, Na.”

Tanpa ba-bi-bu, Ina mengambil gelas jus yang dipesannya tadi lalu menyiramkannya ke arah Ipul. Sebagai puncak pelampiasan kemarahannya, Ina menampar Ipul dengan sekuat tenaga dan rasa kecewanya.
coxi98
fransjabrik
fransjabrik dan coxi98 memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.