Kaskus

Story

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]
Selamat Datang di Thread Ane Gan/Sis 


Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]


Kali ini ane ingin sekali bercerita tentang seluk beluk perjalanan cinta ane yang mana sudah lama banget mau ane ceritakan, karena ane cukup mual juga kalau memendam kisah-kisah ini terlalu lama, ada yang mengganjal dihati, hitung-hitung sebagai penebusan dosa..hehe.. Mohon maaf juga sebelumnya karena ane masih nubie, mohon bimbingannya ya gan sis agar trit menjadi lebih menarik untuk dibaca.

Terima kasih Gan Sis telah mendukung dan membaca Trit ini sehingga bisa menjadi HT di bidang STORY. Semoga kedepannya ane selalu bisa memperbaiki tulisan ini dengan baik sehingga semakin enak dibaca.


Spoiler for INDEX:


Spoiler for "You":



Spoiler for MULUSTRASI:


Spoiler for Peraturan:


Selamat membaca kisah ane yang menurut ane seru ini ya gan/sis.


Menurut ane, lagu ini kurang lebih mewakili diri ane di masa lalu gan sis


Quote:


Quote:


Quote:

Quote:

Diubah oleh yanagi92055 20-05-2020 13:13
suryosAvatar border
xxxochezxxxAvatar border
DayatMadridistaAvatar border
DayatMadridista dan 113 lainnya memberi reputasi
106
465.7K
4.3K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52.1KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#1378
Jogja Trip_Part 1


Ane kecewa berat sebenarnya Keket nggak bisa ikutan ke Jogja buat nemanin ane manggung. Tapi yaudah nggak apa-apa, karena ternyata Harmi mau ikutan. Sofi udah diajakin ternyata nggak diijinin sama keluarganya, maklum agak konservatif dia, dan ini yang bikin ane penasaran sebenarnya. Hehehe. Sebelum berangkat menggunakan travel yang dicarter oleh panitia, Harmi berkenalan dengan semua anggota band ane, Ito, Drian, dan Arko. Nggak lupa juga dia berkenalan dengan Ara, yang mana seperti yang udah diduga, sambutan Ara agak kurang menyenangkan terhadap Harmi. Kami membawa seorang additional bassist bernama Wira.

“Ja, lain lagi?” tanya Arko.

“Si Keket nggak bisa ikutan Ko, jadinya gue ajak dia aja.” Jawab ane.

“Gile lo, moncer amat tu tit*t. hahaha.” Kata Arko setengah berbisik.

“Anjir amat lo, ya nggak lah. Kan yang ngajarin gue cara berkomunikasi dengan baik itu lo. gimana sih? Hahaha.”

“Eh iya sih, tapi ini sih lo udah melebihi ekspektasi gue Ja. Mulai jadi suhu lo disini mau ngalahin gue jadinya? Hahaha.”

“Yah, usaha yang tekun, pasti hasilnya optimal, kan itu lo yang bilang. Makanya gue praktekin. Ya gini hasilnya Ko. Hahaha.”

“mantap-mantap, salah satu murid gue yang perkembangannya pesat ya lo. si Drian gobl*k ini nggak sukses-sukses. Padahal dia paling ganteng diantara kita semua.”

“Apaan lo ngatain gue gobl*k? hahaha. Sial amat lo.” Drian menyahut.

“Lo emang gobl*k. udah pinter, ganteng, jago alat musik, masih aja jomblo. Gobl*k kan itu namanya. Fans lo itu paling banyak diantara kita semua bangs*t, kayak nggak bisa ngac*ng aja lo yak. Hahaha.” Ledek ane.

“Terus aja ledekin gue Ja, gue nggak sejago lo kalau ngomong Ja. Hahaha.” Kata Drian.

“Lo diem aja cewek-cewek pada ngerubutin lo tau yan. Lo nya aja yang terlalu dingin.” Sahut Ito.

“iya, gobl*k emang dasar lo ah.” Kata ane.

Kami berangkat jumat pagi, jadi ijin dari kampus masing-masing, termasuk Harmi juga. Perjalanan begitu menyenangkan, apalagi ane duduk diantara Harmi dan Ara, dua cewek mungil menggemaskan. Haha. Berasa raja minyak banget. Arko sedari awal udah geleng-geleng kepala aja, karena semua anggota band tau kisah Ara dan ane sewaktu SMA. Ito sibuk dengan ponselnya sendiri karena sedang menjalankan hubungan jarak jauh dengan pacarnya yang sekolah di Australia. Sementara Drian hanya diam saja, sesekali melihat ponsel, kemudian tidur. No life banget ini anak. Haha. Harmi sesekali melirik ke arah Drian.

“Naksir ya Mi? ganteng loh temen gue itu.” Bisik ane.

“dia ganteng banget sih kak. Tapi kok kayak nggak bersemangat gitu ya?” bisik Harmi.

“Dia emang anaknya gitu, nggak usah heran.” Kata ane.

Lalu ane menceritakan sekilas tentang kehidupan keluarganya yang berantakan.

“oh gitu ya Kak. Kasihan banget ya.” kata Harmi.

“Iyalah kasihan, dia korban perceraian gitu. Gimana sih lo.” Ara tiba-tiba nyambung.

“Ara lo apaan sih? Ga enak didenger Drian Ra.” Kata ane.

“Nggak apa-apa lah Ja. Kan emang kayak gitu kenyataannya.” Kata Ara.

“Lo kenapa jadi jutek banget sih Ra? Salah gue apa Ra?”

“Nggak ada salah apa-apa Ja. Udah jangan berisik lo, gue mau tidur.” Katanya ketus.

“dih aneh banget lo Ra. Yaudah tidur sana, nggak usah nyender ke gue.” Kata ane.

Ara mengacungkan jari tengahnya didepan muka ane. Ane tau Ara jealous. Tapi mau gimana lagi. Awkward momen kayak gini kadang seru juga sih. Hehehe.

Beberapa kali kami berhenti untuk makan, ibadah juga buang air. Selebihnya lebih banyak tidur dijalan. Kami berangkat dari sekitar jam 6 pagi, sampai di jogja sekitar 19.00 malam. Kami diberikan sebuah homestay yang ternyata juga disediakan untuk para performer lainnya yang berasal dari luar jogja. Wah seru banget ini pastinya. Homestay ini berbentuk rumah mewah 2 lantai yang sepertinya diinvestasikan oleh orang dari luar kota Jogja. Ane lupa mencatat ada berapa total kamarnya yang jelas itu penuh sama sesama perfomer yang akhirnya jadi kenal satu sama lain.

Band kami mendapatkan 2 kamar yang cukup besar. Anak-anak sepertinya juga tau, ane dibiarkan tidur sekamar dengan Ara dan Harmi. Kata mereka, biar pada nggak berantem didalam kamar nanti. Kamar-kamar kami ada dibagian belakang rumah, yang harus ditempuh melalui koridor-koridor panjang seperti kostan.

Drian, Ito, Arko dan Wira menempati kamar yang ukurannya lebih besar. Ane, Harmi dan Ara menempati kamar sebrangnya yang lebih kecil. Ane sudah memesan kasur tambahan karena kasurnya berbentuk twin jadi hanya muat untuk satu orang. Sedangkan dikamar yang besar, kasurnya malah yang kingsize. Bisa barengan tidurnya. Tapi akhirnya wira juga mesan kasur tambahan karena ternyata nggak muat berempat.

“Kenapa gue harus sekamar sama lo sih Ja?” kata Ara.

“Anak-anak maunya gitu Ra, mau gimana.” Kata ane.

“Terserah lo deh Ja.” Kata Ara.

“Loh kok terserah gue, kan tadi pembagiannya emang kayak gitu. Lo kan perempuan berdua sama Harmi, gue disini jagain. Tapi kalau lo nggak mau gue pindah aja ke kamar sana umpel-umpelan sama anak-anak ya. tapi kalian jangan ribut ya.” kata ane.

“Eh, mending Harmi aja suruh pindah kesana, gue sama lo Ja.” Kata Ara terang-terangan.

“eh? Kan gue baru kenal sebentar sama kalian. Masa gue malah sama anak-anak yang baru dikenal sih Ra.” Kata Harmi.

“Udah-udah cukup. Biar gue disini. Biar kalian nggak ribut oke?” ane menengahi.

Ane langsung membersihkan sudut-sudut kamar, tempat tidur, meja rias dan kamar mandinya. Untung aja nggak kotor kamar mandinya. Tapi konyolnya, setiap Ara dan Harmi mau mandi ane disuruh keluar dulu. Kayak nggak pernah liat aja ya. haha. Kalau Harmi emang belum pernah liat. Ara kan udah, tapi Ara yang kasih ide kayak gini. Nggak apa-apa lah. Panitia menyediakan makan malam diruang makan ditengah bangunan ini dilantai 1.

Setelah bersih-bersih, mandi dan segar, kami menuju keruangan makan yang ternyata juga udah dipenuhi teman-teman seperjuangan performer lainnya. Kami saling berkenalan dan mengobrol ringan-ringan. Harmi dan Ara masih saling diam. Ane memutuskan untuk mengajak Harmi mengobrol dan makan bareng, karena Ara minta ditemani oleh Ito.

“Wah seru ya kak ketemu sama anak-anak band dari daerah-daerah lain. Bahasanya juga macam-macam. Gue dengar tadi katanya ada yang dari Manado ya? soalnya ngomongnya ada ngana ngananya gitu. Hahaha.”

“Inilah Mi kenapa gue mau ajak lo. kehidupan kampus kita itu culun banget Mi. jadi ya inilah kehidupan lain gue Mi. kampus masing-masing anak diband gue kan juga sebenarnya hampir sama kayak dikampus kita Mi. makanya kita tetap komitmen untuk ngelanjutin ngeband ini, kalau nggak bisa stres kita Mi.” kata ane.

“Iya sih kak, rutinitas kampus emang bikin bosen ya. gitu-gitu doang. Mana anaknya pada rajin-rajin belajar lagi. Padahal di masa depan belum tentu juga mereka sukses, ya kan kak?” kata Harmi.

“Haha iya Mi, masa depan orang nggak ada yang tahu. Tapi ya berdasarkan pengalaman termasuk bokap gue dulu pernah cerita, kalau yang biasa-biasa aja malah sukses daripada yang pinter-pinter Mi.”

"Iya kak, gue juga percayanya kayak gitu. Soalnya mau sepintar apapun lo, kalau lo nggak banyak bergaul gimana mau survive sedangkan kita kan orang yang butuh interaksi sama orang lain."

"Nah bener nih pemikiran lo Mi. Suka ni gue. Hehe."

"Haha bisa aja lo kak. Eh gue mau jalan-jalan malam disini Kak, mau temenin gue nggak?”

"Mau kemana lo? Emang lo tau daerah sini?”

"Ya makanya gue minta temenin lo biar kalau nyasar nggak sendirian. Hehehe."

"Ye susah ngajak-ngajak, giliran senang gue ditinggalin. Haha."

"Haha. Udah yuk kak. Sebentar gue ganti celana dulu. Males gue pakai celana panjang Mi, gerah. Lo tunggu sini ya."

Ane kembali sebentar ke kamar untuk ganti celana. Ane masuk ke kamar, kemudian pintu tiba-tiba tertutup sendiri dibelakang ane, dan ada bunyi terkunci. Ternyata Ara masuk kedalam kamar dan langsung mengunci kamarnya.

"Ja, lo jahat banget sih." Kata Ara, suaranya bergetar.

"Jahat kenapa Ra?” ane bingung.

"Lo sekarang malah jalan sama Harmi, Keket lo kemanain Ja? Terus gue gimana?"

"Loh Keket itu kan bukan pacar gue Ra, dan lo kan juga bukan, harusnya gue bebas bukan mau jalan sama siapapun."

"Iya, tapi lo kan tau gue sama Keket itu sayang sama lo. Gue bahkan ngalah sama Keket. Tapi apa? Lo kayak main dibelakang kita."

"Lo bisa ngomong gitu kalau gue beneran jadian sama Keket. Tapi nyatanya? Gue aja sakit di tolak Keket Ra."

"Terus kenapa lo nggak mau buka hati lagi sama gue? Kenapa malah ada yang lain lagi?”

"Ara, kita udah selesai kan. Gue juga janji mau nurutin mau lo, tapi bukan berarti gue harus mau jadian sama lo Ra."

"Pokoknya lo jahat Ja. Kalau gini terus lebih baik gue berhenti aja manajerin band ini. Gue capek ngeliat lo kayak gini Ja. Makan hati lama-lama."

"Ara lo udah janji kan urusan profesional kita nggak akan keganggu dengan urusan ini?”

"Tapi lama-lama gue capek Ja."

"Lo capek liat gue, lo bukan capek urusan band ini Ra."

"Iya, gue sayang sama band ini Ja, tapi lo bikin gue jadi mikir ulang buat nerusin urusan profesional ini. Gue juga mau diperhatiin secara personal nggak cuma profesional doang Ja."

"Terus yang harus tanggungjawab urusan personal lo gue gitu?"

Ara hanya mengangguk pelan.

"Mana bisa gitu sih Ra. Kita disini semua udah kayak keluarga. Jadi susah Ra buat bawa perasaan. Tapi gue tetap sama janji gue ke lo Ra, gue turutin semua mau lo, tapi nggak untuk jadian Ra."

Ane mengkode Ara dengan membentangkan tangan ane, dan dia mendekat kemudian memeluk ane. Lalu dia menangis.

"Maafin gue Ra. Situasinya emang nggak bagus. Gue sayang lo Ra, tapi kita nggak akan pernah jadian Ra. Karena kita disini keluarga, gue nggak mau berantakin tim yang solid ini cuma karena urusan perasaan Ra."

Ara hanya menangis agak lama, baru kemudian ngomong.

"Maaf juga Ja gue egois. Tapi hati gue lama-lama sakit dan nggak bisa terus-terusan diajak profesional kalau liat lo begitu Ja."

Ane hanya bisa mengelus kepala belakang Ara dan kemudian mencium keningnya.

"Maaf Ra."

Lalu kemudian ane melepaskan pelukan. Ane menyeka air mata Ara dengan ibu jari ane.

"Ara, ingat lo itu cantik, lo bisa nyari diluar sana siapapun dengan jenis apapun yang lo mau. Lo buka hati lo buat yang lain ya?"

"Gue nggak bisa Ja."

"Coba aja dulu ya."

Dia hanya menggeleng kemudian memeluk ane lagi. Lama kami berpelukan sampai akhirnya ada ketukan dari luar. Harmi. Lalu ane dan Ara panik, Ara masuk ke kamar mandi dan ane membuka pintu kamar.

"Kok lama bener kak?"

"Iya gue kebelet boker barusan Mi. Haha. Maaf ya. Ayo gue udah siap nih."

"Ayo."

Ane keluar dengan Harmi meninggalkan Ara sendirian di kamar.


Diubah oleh yanagi92055 12-09-2019 16:56
sampeuk
hendra024
itkgid
itkgid dan 21 lainnya memberi reputasi
22
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.