Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

vika991Avatar border
TS
vika991
Apakah Ibu Masih Mencintaiku Jika Aku Tak Lagi Beragama?


Saya dibesarkan dalam keluarga Muslim. Keluarga saya bukan tergolong kelompok garis keras, dan masih sangat dipengaruhi oleh tradisi Jawa. Namun sejak saya kecil, Ibu telah memasukkan saya ke taman pendidikan Alquran. Di sana saya diajarkan membaca dan menghafal ayat-ayat untuk salat, meskipun saya tidak pernah benar-benar mengerti artinya.

Saya belajar tentang bumi dan manusia di kelas sains dan agama di sekolah. Saya mempertanyakan guru saya di kelas agama tentang penciptaan bumi dan bagaimana narasi Adam dan Hawa tidak sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan. Dia menjawab dengan dingin bahwa agama dan sains adalah dua hal yang berbeda, dan kemudian tidak mengacuhkan saya selama satu bulan..

Tumbuh besar dalam lingkungan multibudaya membuat saya berpikir bagaimana mungkin kita semua berasal dari Adam dan Hawa sementara kita semua sangat berbeda. Saya juga diajarkan bahwa orang-orang yang tidak mengikuti agama saya akan masuk neraka.

Kemudian saya pergi ke luar negeri untuk menjadi sukarelawan, mengunjungi sebuah kuil Yahudi dan gereja Kristen ortodoks, dan belajar tentang para Muslim di Eropa. Di India, saya bertemu kelompok Sikh, Zoroastrian, Baha'i, dan Hindu, yang keyakinan dan ritualnya berbeda dengan Hindu Bali. Saya pun mulai mempertanyakan segalanya. Apa yang membuat agama saya paling benar dibandingkan ratusan atau bahkan ribuan keyakinan lainnya?

Selama dua tahun, saya tidak percaya pada apa pun. Saya marah dan bingung, dan saya memberontak melawan agama saya. Saya tidak salat, tidak berpuasa selama Ramadhan, bahkan tidak merayakan Idul Fitri karena saya sedang berada di Eropa dalam program sukarela.

Di India, saya diajarkan tentang makna hidup oleh seorang  yogi dari sudut pandangnya, dan bagaimana Tuhan benar-benar hidup di dalam diri kami, dan pengajaran tersebut menempatkan saya pada jalan spiritual. Saya membaca banyak buku tentang Islam yang sangat mendalam dan indah. Saya menyelesaikan Alkitab, saya membaca tentang agama Buddha, dan saya belajar Sikhisme di sebuah gurdwara. Kini saya percaya bahwa ada satu kekuatan yang menciptakan segalanya, dan saya percaya bahwa cinta, kebaikan, dan toleransi adalah nilai-nilai yang ingin saya jalani setiap harinya.

Saya mencintai keluarga saya, terutama Ibu yang saya ajak bicara mengenai semua hal. Tetapi ketika sudah menyangkut agama, ia selalu mengatakan, “Mama cuma mau kamu cepat-cepat dapet hidayah.” Dia berharap saya akan segera mendapat bimbingan ilahi. Namun saya pikir saya sudah mendapatkannya.

Saya tidak percaya pada Tuhan, tapi tidak juga membenci agama. Saya percaya tidak ada agama yang buruk, yang buruk hanya orang-orangnya. Tapi apa yang benar-benar saya percayai sekarang adalah bahwa hanya cinta dan kebaikan yang dapat menaklukkan segalanya.

Tidak seperti kebanyakan orang tua di Indonesia, orang tua saya tidak pernah memaksakan batas waktu bagi saya untuk menikah. Namun, mereka memiliki satu syarat: laki-laki itu harus Muslim, dan hal itu menjadi masalah buat saya. Saya sedang menjalani hubungan dengan seorang laki-laki yang saya cintai, terlepas dari fakta bahwa dia adalah seorang ateis. Dia bahkan tidak keberatan jika harus masuk Islam untuk memuluskan jalan kami dengan keluarga, tetapi saya tidak ingin hidup dalam kebohongan.

Saya tidak ingin berbohong kepada Ibu. Saya tidak ingin dia berharap melihat saya menjadi religius dengan pakaian longgar dan jilbab panjang, pergi haji, atau umrah setiap tahun. Jika Ibu mengetahui diri saya yang sebenarnya saat ini, dia akan sangat kecewa, dan hal itu tidak saya inginkan.

Ibu, dengan cinta dan kelembutannya, selalu mengingatkan saya akan pentingnya berdoa atau membaca kitab suci. Dia memberitahu saya bahwa jika saya punya anak nanti, dia harus bisa membaca Quran dan menaati ajaran Islam sejak kecil agar saya, sebagai ibu mereka, dapat "diselamatkan" dari api neraka. Saya mengatakan kepada Ibu bahwa saya tidak ingin memaksa anak-anak saya untuk melakukan apa yang tidak ingin mereka lakukan, seperti mengirim mereka ke pesantren. Setiap topik pembicaraan ini muncul, kami berdua tidak pernah mendapatkan titik temu, dan Ibu akan berkata, "Astaghfirullah, semoga Allah segera mengampunimu."

Inilah yang ingin saya sampaikan pada Ibu: “Ibu, aku mencintaimu. Tapi aku yakin Ibu tidak akan masuk neraka karena putrimu ini. Tuhan tahu Ibu sangat baik. Tuhan tahu Ibu berhak mendapatkan yang terbaik. Aku cuma tidak ingin berbohong lagi sama Ibu. Dan kuharap Ibu dapat mencintaiku tanpa syarat, terlepas dari perbedaan di antara kita.” 

anasabila
4iinch
tien212700
tien212700 dan 11 lainnya memberi reputasi
12
3.3K
80
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.3KAnggota
Tampilkan semua post
panjul1993Avatar border
panjul1993
#14
Kayaknya salah kamar deh ente. Thread beginian harusnya di Heart to Heart emoticon-Salah Kamar

Tapi gapapa lah, menarik nih... Ada 3 point yang pengen gw komenin.

1. Saya pun mulai mempertanyakan segalanya. Apa yang membuat agama saya paling benar dibandingkan ratusan atau bahkan ribuan keyakinan lainnya?

Nah, di point ini saja, pemikiran lu sudah salah. Dalam hal agama, kepercayaan, atau apapun itu sebutannya, semua itu pasti sama baiknya. Tidak ada yang paling benar dan tidak ada yang paling salah, semua sama ratanya.

Lalu kita lanjut ke point 2, dan point 3 yah.

2. Di India, saya diajarkan tentang makna hidup oleh seorang yogi dari sudut pandangnya, dan bagaimana Tuhan benar-benar hidup di dalam diri kami, dan pengajaran tersebut menempatkan saya pada jalan spiritual. Saya membaca banyak buku tentang Islam yang sangat mendalam dan indah. Saya menyelesaikan Alkitab, saya membaca tentang agama Buddha, dan saya belajar Sikhisme di sebuah gurdwara. Kini saya percaya bahwa ada satu kekuatan yang menciptakan segalanya, dan saya percaya bahwa cinta, kebaikan, dan toleransi adalah nilai-nilai yang ingin saya jalani setiap harinya.

3. Saya tidak percaya pada Tuhan, tapi tidak juga membenci agama. Saya percaya tidak ada agama yang buruk, yang buruk hanya orang-orangnya. Tapi apa yang benar-benar saya percayai sekarang adalah bahwa hanya cinta dan kebaikan yang dapat menaklukkan segalanya.


Dari point yang gw garis miring dan gw kasih warna merah, pernyataan lu di point kedua dan ketiga itu tidak relevan alias bersinggungan satu dan lainnya. Pertama, di point kedua, lu bilang lu sekarang percaya bahwa ada satu kekuatan yang menciptakan segalanya. Lalu kemudian, di point ketiga, disitu lu bilang bahwa lu gak percaya dengan Tuhan. Jadi yang bener yang mana??

Apakah lu di India sana benar-benar memahami semuanya atau hanya sekedar baca?? Kalau lu bener-bener memahami itu semua, seharusnya lu percaya bahwa Tuhan itu ada. Kenapa? Semua isi pemahaman yang ada dalam setiap agama itu pasti diawali dengan yang sama dan menuju ke akhiran yang sama juga (sebutannya memang berbeda-beda tapi artinya sama).

***

Kesimpulan yang gw baca berarti lu itu sekarang adalah seorang atheis, atau agnostic?? Yah gw anggep aja lu itu butuh bukti keberadaan Tuhan agar lu percaya, begitu saja yah biar gampangnya emoticon-Big Grin

Buktinya yah alam semesta ini. "Yang lebih spesifik dong."

Untuk saat ini kita (baca ilmu pengetahuan) belum bisa menuju kesana, tapi suatu saat pasti kita bisa menemukan jawaban yang lebih spesifik untuk itu. Yang penting, bukti bahwa keberadaan-Nya itu yah memang ada. Itu kan yang penting hehe.

Sama aja kayak gw dulu yang gak percaya bahwa manusia bisa membuat Piramid dan Candi Borobudur, tapi buktinya memang nyata adanya. Bukti bahwa keberadaan Piramid dan Candi Borobudur itu memang ada, dan siapa lagi yang membuat itu kalau bukan manusia, bener kan emoticon-Big Grin

***

Balik lagi ke permasalahan lu. Gw gak peduli kalau lu itu gak percaya dengan agama, tapi lu itu harus percaya dengan yang namanya Sang Pencipta. Urusan kepercayaan di Indonesia ini memang mengkhawatirkan, asli. Mau gak mau, yang punya pemikiran diluar agama (baca open minded) itu pasti akan salah dimata mereka.

Jadi, kalau kata gw, jalanin aja apa yang lu percaya. Lu itu udah dewasa, harus punya prinsip hidup. Lu bukan lagi anak kecil yang harus selalu diberitahu dan diarahkan oleh orangtua lu. Lu juga pasti sudah tahu mana yang namanya salah dan mana yang namanya benar. Jadi kembali ke diri lu sendiri.

Kalau apa yang lu jalani sekarang adalah yang terbaik buat lu, yaudah jalani saja. Dan kalau jalan yang lu tempuh sekarang ternyata salah nantinya, yah itu juga konsekuensi yang harus lu tanggung dengan sendirinya emoticon-Angkat Beer
Diubah oleh panjul1993 09-09-2019 08:23
p4t4l4n
kakekane.cell
gojira48
gojira48 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.