- Beranda
- Stories from the Heart
Kisah Surti Dan Tarjo [Dunia Ghaib]
...
TS
lintangayudy
Kisah Surti Dan Tarjo [Dunia Ghaib]
![Kisah Surti Dan Tarjo [Dunia Ghaib]](https://s.kaskus.id/images/2019/09/04/10631376_201909040949220758.jpg)
sumber gambar
Part. 1
Surti dan Tarjo menyusuri gelapnya malam di kebun karet. Langkah mereka terhenti setelah melihat gubug reyot di depannya. Tarjo menatap wajah cantik Surti, wanita itu mengangguk meyakinkan Tarjo yang terlihat bimbang.
"Kamu yakin, Sur?"
"Ya... yakin."
"Kalau ragu, mending ditunda dulu."
"Jangan, Jo," kata Surti sambil berbaring di atas sebuah batu besar di bawah pohon beringin.
Melihat itu, jakun Tarjo terlihat naik turun. Berkali-kali menelan ludahnya sendiri sambil memelototi tubuh Surti tanpa busana itu.
"Tunggu apa lagi, Jo? Cepat," rengek Surti.
"Kamu serius, Sur?" Tarjo meyakinkan Surti sambil memegang tangannya.
"Iya, kamu takut?"
Tarjo beraksi. Ia mengeluarkan dupa dan kemenyan, kembang cempaka kuning tujuh kelopak ia taruh di pusar Surti.
Tarjo mulai membaca mantera sambil tangannya membelai tubuh Surti dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tak berapa lama Surti tak sadarkan diri. Tarjo duduk bersila di sampingnya. Ia semedi, menunggui tubuh Surti yang jiwanya telah mengembara ke alam gaib.
Sekitar satu jam Surti kembali tersadar. Ia tersenyum puas atas pengembaraannya dalam dunia gaib tadi.
"Bagaimana, Sur?" tanya Tarjo dari balik batu besar itu.
Surti hanya membalas dengan senyuman, sembari merapihkan baju yang telah ia pakai.
"Apa yang kamu lihat, Sur?" cecar Tarjo.
"Ayok, pulang dulu, Jo."
Tarjo membalikkan badan, dilihatnya Surti dengan wajah berseri. Jakun Tarjo kembali naik turun melihat satu kancing baju surti belum terkait. Lelaki berhidung mancung itu kembali teringat tubuh sintal Surti tanpa busana.
"Ayok," ucap Surti memecah lamunan Tarjo. Tarjo pun segera menyamakan langkah Surti.
"Kamu, yakin?" tanya Tarjo sesampai di rumah.
"Yakin 100%, Jo," jawab Surti mantap.
"Kalau sampai ketahuan Mbah Mangun, tamatlah riwayat kita, Sur," gumam Tarjo.
"Kamu takut, Jo?" tanya surti menyelidik.
"Eng-Nggak," jawab Tarjo gagap.
"Ya sudah, besok kita kembali, aku masih penasaran dengan makhluk yang mengejarku. Mungkin penjaga pusaka yang mau aku ambil."
"Jangan, besok hari rabu, malam kamis, lusa saja."
"Hemmm baiklah, lusa aku tunggu di tempat biasa."
***
Jam sepuluh malam Surti sudah menunggu Tarjo di tempat yang disepakati. Agak lama, Surti sempat meragukan kedatangan Tarjo.
"Kamu lama banget di tungguin, ke mana, ce?"
"Tadi ada urusan bentar. Ayuk, ntar kelewat malam."
Beriringan mereka menuju tempat kemarin. Hanya setengah jam berjalan mereka sampai. Tanpa diperintah lagi Surti menelanjangi tubuhnya, merebahkan diri di depan Tarjo yang duduk bersila. Sekuat tenaga Tarjo berusaha mengabaikan tubuh mulus surti. Matanya terpejam, mulutnya merapalkan mantera. Wewangian dari kembang cempaka dan dupa yang ia bakar menguar memenuhi penciumannya.
Surti segera beranjak, pergi meninggalkan raganya yang tertidur dan Tarjo yang tengah bersemedi. Surti masih di bayangi rasa penasaran yang tinggi. Ingin mengetahui sosok tinggi besar yang kemarin mengejarnya.
Kembali melewati jalan setapak, kini gadis berlesung pipi itu telah memasuki gubug reyot Mbah Mangun. Matanya menyisir setiap ruangan, mencari kotak tempat pusaka Kakeknya berada. Merasa tak menemukan apa yang ia cari, Surti memasuki kamar di sudut ruangan.
Sebuah boneka lusuh bermata satu menyambut kedatangan Surti. Surti tak menghiraukan keberadaan boneka yang sekarang berada di bawah kakinya. Mata Surti menelusuri tiap sudut ruangan. Matanya tertuju pada lemari tua di sudut kamar, perlahan gadis itu melangkah menuju lemari kayu itu.
"Kamu mencari apa?" tanya Boneka itu mengikuti langkah Surti.
"Ssttt! Jangan berisik!" hardik Surti.
Boneka itu mencebik.
"Kamu yang kemaren lusa ke sini, kan?" tanya Boneka itu lagi.
Surti mengangguk. Tangannya sudah meraih handel pintu lemari.
Srek srek
Suara langkah kaki terdengar dari luar kamar. Surti panik, gadis itu segera bersembunyi di dalam lemari tua di hadapannya.
"Cari!" Terdengar perintah seseorang dari luar kamar.
Ceklek!
Suara pintu kamar terbuka, Surti semakin membenamkan tubuh kecilnya di dalam lemari tua ini. Kaki gadis itu menginjak sesuatu.
"Sial!" umpat Surti di dalam hati setelah menyadari keberadaan Boneka lusuh itu ikut serta bersembunyi bersamanya.
Langkah kaki terdengar semakin mendekat, Surti meraih Boneka di bawahnya dan memeluknya erat. Dari celah pintu yang sedikit terbuka, Surti bisa melihat orang yang tengah berjalan ke arahnya.
"Itu kan?" gumam Surti di dalam hati.
Wajah cantiknya memucat. Peluh membanjiri seluruh tubuhnya. Mata Surti memejam sembari merapalkan mantera.
Ceklek!
Lelaki di dalam kamar itu tengah meraih hendel lemari.
Sedangkan di luar gubug reyot itu, Tarjo tampak panik. Tarjo menaburi kembang cempaka ke tubuh polos Surti yang tengah menggigil hebat. Mulutnya komat kamit merapalkan mantera.
Bersambung ....
Diubah oleh lintangayudy 13-12-2019 10:17
herry8900 dan 40 lainnya memberi reputasi
41
23.6K
284
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
lintangayudy
#58
Kisah Surti Dan Tarjo [Dunia Ghaib]

sumber gambar
By. Lintang
Part. 2
Ceklek!
Lelaki di dalam kamar itu tengah meraih hendel lemari.
Sedangkan di luar gubuk reyot itu, Tarjo tampak panik. Tarjo menaburi kembang cempaka ke tubuh polos Surti yang tengah menggigil hebat. Mulutnya komat-kamit merapalkan mantera.
Tepat saat pintu lemari itu terbuka lebar, jiwa Surti tertarik ke dimensi lain.
Tarjo merasa lega melihat Surti kembali membuka matanya.
"Syukurlah, ka ...." Ucapan Tarjo terhenti saat tubuh tegapnya terhuyung kebelakang, sebuah pelukan erat ia rasakan.
Reflek Tarjo mengangkat kedua tangannya saat menyadari tubuh polos Surtilah yang tengah memeluknya. Embusan napas Surti yang memburu menerpa leher jenjang Tarjo, ada desiran hangat di dalam dadanya.
"Aku takut, Jo," ucap Surti serupa bisikan.
Surti semakin membenamkan wajahnya di lekuk leher Tarjo, yang tanpa Surti sadari telah membuat lelaki itu hampir kehilangan kesadarannya. Tarjo buru-buru membuang jauh-jauh fikiran kotor di dalam benaknya.
Tubuh gadis itu semakin menggigil. Tarjo pun menurunkan tangannya ke punggung Surti membalas pelukannya. Tangan kanannya meraih selendang kemudian menutupi tubuh polos itu.
"Ayok, kita pergi dari sini."
Surti mengangguk lemah. Namun saat hendak berdiri, tubuh Surti limbung. Sedangkan dari arah yang tak jauh dari tempat mereka, terdengar suara langkah kaki berlarian.
"Sial! Mereka mencari kita, Sur," ucap Tarjo panik.
Tak ingin ketahuan, Tarjo pun mengangkat tubuh kecil Surti ke dalam gendongannya. Tarjo berlari menyusuri hutan karet dalam kegelapan.
Suara langkah kaki berlarian masih memenuhi pendengaran Tarjo. Laki-laki itu berlari sambil menggumamkan mantra.
"Di sana!" Teriak seseorang di belakang Tarjo.
Tarjo semakin mempercepat langkahnya. Namun naas, salah satu kakinya tersangkut ranting pohon. Mereka terjatuh, tubuh Surti terlempar agak jauh dari jangkauan Tarjo. Sedangkan beberapa langkah dari mereka terjatuh, netra Tarjo melihat beberapa anak buah Mbah Mangun berlari semakin dekat ke arahnya.
Tarjo memejamkan matanya, sekali lagi mulutnya mengucapkan mantera.
Tak berapa lama, tidak terdengar lagi suara orang-orang suruhan Mbah Mangun. Tarjo membuka kedua matanya, mencari keberadaan Surti.
*****
Mata Surti terbuka, menyisir ke setiap sudut ruang, kamarnya. Surti memijit pelipis kirinya yang terasa berdenyut.
"Kamu sudah bangun?" tanya perempuan paruh baya di sampingnya.
Surti tetap bergeming. Mendengar suara perempuan yang ia panggil ibu membuat kepalanya semakin pusing.
"Kamu pingsan seperti orang mati saja, Sur," kelakar Martini.
Perempuan bertubuh tinggi besar itu tertawa kecil, tapi tidak dihiraukan oleh Surti. Gadis itu masih terdiam. Surti kembali mengingat kejadian semalam. Semua terasa sangat jelas. Perempuan di depan inilah yang membuka lemari tua itu.
"Tapi, apa hubungan ibu dan Mbah Mangun?" batin Surti.
"Sur, kamu baik-baik saja?" tanya Martini khawatir.
"Aku pusing. Aku mau istirahat. Ibu keluar saja," ucap Surti sembari menarik selimutnya.
Martini beranjak dari atas ranjang Surti. Membiarkan anak gadisnya beristirahat. Setelah kepergian Martini, Surti membuka selimutnya. Meraih benda pipih di atas nakas, Surti segera membuka gawai dalam genggamannya. Terdapat 11 panggilan tak terjawab serta beberapa notif pesan.
Tarjo satu-satunya nama yang terpampang di layar gawainya.
Surti segera menekan tombol panggilan, tak selang berapa lama suara Tarjo terdengar.
"Hallo, Sur? Kamu baik-baik saja?" sapa Tarjo.
"Aku baik-baik saja," balas Surti sembari memperbaiki posisi duduknya agar nyaman.
"Syukurlah, aku telf tadi yang mengangkat ibumu."
"Bilang apa dia sama kamu?" tanya Surti tapi perhatiannya kini beralih ke pintu kamar yang sedikit berderit, terdapat bayangan masuk di dalam lantai kamarnya.
"Siapa yang sedang mencuri dengar di luar," batin Surti.
"Ibukah?" Berbagai macam pertanyaan menari di dalam pikiran Surti.
"Sur, Surti. Kamu baik-baik saja?" tanya Tarjo menyadarkan lamunan Surti.
"Kamu bisa ke sini, Jo?" tanya Surti.
"Sekarang juga aku ke sana," jawab Tarjo khawatir.
*****
Tak perlu waktu lama Tarjo sudah berada di rumah besar milik Surti. Saat hendak mengetuk pintu, Tarjo mendengar percakapan seseorang melalui telepon. Tarjo menajamkan pendengarannya.
"Iya, aku akan terus mengawasi Surti."
"Pokoknya tidak akan kubiarkan anak nakal itu bertindak terlalu jauh."
"Iya, iya. Aku ngerti,"
"Den, Tarjo," panggil seseorang di belakang Tarjo.
Tarjo terkejut, aksi mengupingnya dipergoki oleh Bi Iyem, salah satu pembantu rumah tangga keluarga Surti.
"Sstt, jangan berisik," ucap Tarjo.
Bi Iyem hanya mengangguk takdim.
Sedangkan di dalam rumah Martini menghentikan telepon nya setelah mendengar bisik-bisik diluar rumahnya.
"Siapa?" tanya Martini dari dalam rumah.
"Bibi, nyonya," jawab wanita paruh baya itu setelah membuka pintu rumah.
"Siapa di luar?" tanya Martini menyelidik.
"Owh, Den Tarjo, Nyonya. Bibi suruh bantuin membawakan belanjaan," jawab Bi Iyem.
Tarjo masuk sambil menenteng tas belanjaan yang tadi ia rebut dari tangan Bi Iyem.
"Pagi, Bu. Mau ketemu Surti," sapa Tarjo.
"Dia di kamar, ke kamarnya saja," balas Martini acuh.
Tarjo menyerahkan tas belanjaan di tanganya ke Bi Iyem, lalu berlari kecil menuju kamar Surti.
Setelah mengetuk pintu, Tarjo membuka pintu kamar Surti.
"Hai," sapa Tarjo.
Mata mereka bersirobok, senyuman manis Surti mengembang.
"Masuklah, Jo" perintah Surti. Gadis itu masih bergelung di atas ranjang besarnya.
Tarjo duduk di sisi ranjang Surti. Tangannya mengulur menempel di kening Surti.
"Aku sehat, Jo," ucap Surti sembari menyingkirkan tangan Tarjo dari keningnya.
"Sebenarnya, apa yang terjadi semalam?" tanya Tarjo.
"Aku, aku ... Melihat ibu di rumah Mbah Mangun. Entahlah dia melihat keberadaanku di sana atau tidak semalam," bisik Surti di telinga Tarjo.
Embusan napas Surti di telinga Tarjo menimbulkan getaran-getaran aneh di dada kirinya. Pandangan Tarjo beralih ke piyama tipis yang membalut tubuh sintal Surti.
"Sial!" umpat Tarjo di dalam hatinnya , sekuat tenaga lelaki itu menyingkirkan pikiran kotor tentang Surti di dalam kepalanya.
"Jo, Jo!" panggil Surti.
"Eh, iya. Iya tadi aku juga mendengar ibumu berbicara dengan seseorang lewat telepon. Mereka membicarakanmu," ucap Tarjo.
"Ada hubungan apa antara Mbah Mangun dengan ibu ya, Jo?" tanya Surti penasaran. Tarjo hanya mengedikkan badannya.
"Nanti malam, kita harus mencari jawabannya, Jo," ucap Surti.
"Tidak! Jangan nanti malam. Badan kamu masih lemah," sanggah Tarjo.
"Aku tidak apa-apa, Jo," rengek Surti. Tarjo tetep menggeleng.
"Apa kamu sudah menemukan pusaka kakekmu?" tanya Tarjo.
Surti membuang napasnya kasar.
"Belum."
Hening.
Kedua orang itu tengah bergelung dengan pikiran masing-masing.
"Aku pulang," pamit Tarjo
"Jangan lupa makan."
"Jo," panggil Surti manja.
"Aku harus pulang, Sur. Ada yang harus aku lakukan. Istirahatlah," perintah Tarjo.
Surti mencebik, ia hempaskan tangan Tarjo dalam genggamannya. Menarik selimut lalu menutupi seluruh tubuh kecilnya.
****
Surti terduduk lemas di atas kursi dengan tubuh yang terikat tali. Susah payah ia melepaskan ikatan di tangan serta kakinya tapi tetap tidak berhasil. Hatinya terus meneriakkan nama Tarjo.
Surti menelusuri setiap sudut ruangan yang pernah ia masuki. Kamar dengan ukuran 3X3 itu terlihat pengab dengan sedikit pencahayaan. Berharap menemukan sesuatu yang bisa melepaskan ikatannya.
"Kamu tidak akan pernah bisa lolos dari sini," Surti mencari sumber suara.
"Kamu?"
"Udah diam saja, akan habis tenagamu jika bergerak terus seperti itu," ucap boneka lusuh di atas lemari tua.
"Siapa yang melakukan ini?" tanya Surti.
"Nanti juga kamu bakal tau sendiri," ucap boneka itu acuh.
"Arrgghhh!"
Terdengar erangan menyakitkan dari kamar sebelah. Tubuh Surti meremang.
"Siapa dia?" tanya Surti.
"Yang akan menjadi makanan Mbah Mangun malam ini. Setelah itu giliran kamu," jawab boneka lusuh itu sambil terkekeh.
"Lepaskan ikatanku, Brengsek!" umpat Surti.
Erangan kembali terdengar, disertai tangisan pilu. Tak berapa lama suasana kembali hening.
Ceklek.
Pintu kamarnya terbuka, Surti langsung memusatkan penglihatannya pada pintu kamar. Bayangan orang di depan itu telah masuk.
Bersambung ....
Indeks Link Part
Kisah Surti dan Tarjo [Dunia Ghaib]
Diubah oleh lintangayudy 10-09-2019 09:15
haz0204 dan 13 lainnya memberi reputasi
14