sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
4Love: Tentang Patah Hati, Kesetiaan, Obsesi, dan Keteguhan Hati



Quote:


Spoiler for Daftar Bab:


Diubah oleh sandriaflow 01-12-2020 12:11
santinorefre720
blackjavapre354
rizetamayosh295
rizetamayosh295 dan 25 lainnya memberi reputasi
26
14.5K
134
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Tampilkan semua post
sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
#28
Bab 7: Kedekatan dan Pertemanan

JOJO


Kedekatannya dengan Zulfa membuat Jojo perlahan mampu melepas kepergian Rara. Ia tidak lagi teringat paras menawan mantan kekasihnya itu, tetapi wajah cantik serta tawa malu-malu Zulfa yang kerapkali hadir memenuhi kepala Jojo. Hal itu membuat dia sering melamun sendirian dan malas mengerjakan tugas-tugas kuliah.

Sosok Zulfa kini menjadi inspirasi bagi Jojo. Ia seringkali menulis tentang Zulfa di blog pribadi miliknya. Bagi Jojo, Zulfa ibarat setetes air yang membasahi hatinya yang selama ini gersang. Perempuan itu kini telah mengusir segala gundah di hati Jojo serta memberinya harapan-harapan baru serta keberanian untuk meniti masa depan yang serius.

Sederhana saja, Jojo merasa yakin untuk menjalin komitmen dengan Zulfa. Apalagi, perempuan itu sepertinya juga menaruh rasa yang sama terhadap Jojo. Terbukti lewat perhatian-perhatian kecil yang diberikan Zulfa kepada Jojo.
****

Hari ini, Jojo ada janji dengan Zulfa untuk bertemu di perpustakaan kampus. Selain berdiskusi mengenai tugas, mereka juga ingin menghabiskan waktu berdua untuk membicarakan hal-hal lain.

Mereka bersama-sama menyusuri rak-rak buku. Mencari buku sebagai sumber referensi untuk tugas akhir mereka berdua.

“Kamu sudah memiliki gambaran tentang isi makalahmu?” tanya Jojo kepada Zulfa sembari memperhatikan satu persatu buku secara detail.
“Aku sudah dapat ide. Tinggal cari materi yang sesuai. Kalau kamu?” Zulfa bertanya balik. Suara lembutnya terdengar menentramkan hati Jojo.
Jojo hanya tersenyum. Menunjukkan ekspresi bahwa dia belum punya persiapan apa-apa. Perempuan itu pun tertawa kecil. Tawa itu membuat wajah Zulfa terlihat semakin cantik.

Sejujurnya, Jojo paling enggan dengan tugas-tugas membosankan semacam ini. Ia tidak terlalu berniat kuliah. Mungkin bila tidak ada Zulfa, dia malas untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Untung saja, Zulfa dengan senang hati mau membantu Jojo.
“Menurutmu buku ini bagus tidak?” tanya Zulfa. Ia tengah memegang salah satu buku tentang linguistik. Meskipun Jojo itu pemalas, namun dia itu sebenarnya pintar dan cukup terampil apabila diajak berdiskusi.

Dia melihat sekilas isi buku tersebut dan mencoba menerka-nerka. Sejenak dia berpikir bahwa buku itu memang pas dan relevan untuk tugas akhir Zulfa. Dia pun memberikan sedikit saran agar Zulfa mencari sumber referensi yang lain sebagai pendukung argumennya nanti.

“Wah, kamu ternyata cerdas. Aku nggak habis pikir,” mendadak Zulfa memuji Jojo. Lelaki itu hanya tertawa dan mencoba merendah.
“Aku hanya malas kuliah. Malas bukan berarti bodoh,” Jojo tersenyum kecil.

Setelah mereka berdua mendapatkan buku yang tepat, mereka pun meninggalkan perpustakaan itu dan beranjak ke kantin untuk sarapan. Mereka berdua berjalan bersisian sambil berbincang-bincang hal yang kurang penting. Melewati pepohonan rindang di sepanjang jalan kampus.

***

“Kamu suka kopi, Jo?” tanya Zulfa.
Jojo mengangguk pelan. Ia menyeruput perlahan kopi yang dipesannya tadi.
“Bagiku, kopi adalah teman sekaligus sarana untuk memantik inspirasi yang ada di kepalaku. Entahlah, rasa pahit yang ada pada kopi mampu membuatku merasa tenang dan fokus ketika melakukan sesuatu,”

Perempuan itu terlihat antusias mendengar pernyataan Jojo.
“Sejak kapan kau suka kopi?”
“Ehm…. Aku tidak tahu pasti, yang jelas sudah dari dulu. Kau tidak suka kopi?” tanya Jojo balik kepada Zulfa.
“Tidak terlalu. Aku hanya minum kopi pas pengen aja. Tidak segila kamu,” ujar perempuan itu diselingi tawa yang cukup keras.
“Ketika kamu tertawa, mengapa kamu selalu menutupinya?” tanya Jojo penasaran.
“Enggak apa-apa. Aku kalau ketawa pasti selalu ngakak. Jadi, aku malu kalau nggak ditutupin,” jawabnya malu-malu.
Jojo kembali tersenyum. Sedetik kemudian, ia pun spontan mengucapkan sesuatu.
“Kamu cantik kalau ketawa,”

Seketika itu, keadaan menjadi hening. Semua larut dengan perasaan masing-masing. Kedua mata mereka saling bertemu, seolah mereka berdua tengah saling mengerti apa yang sesungguhnya terjadi di antara mereka berdua.

ARMAN


Arman kali ini datang terlalu pagi. Matanya masih sangat ngantuk berhubung tadi malam dia begadang full. Sudah hampir dua puluh ronde game dia menangkan bersama timnya.

“Bangun oi,” teriak salah satu teman kuliahnya sembari menepuk bahu Arman. Itu adalah Melia. Perempuan itu pun langsung duduk di samping Arman.
“Ah berisik, Mel. Mengganggu tidur manisku aja,” balas Arman malas sembari menyandarkan kepalanya di kedua tangannya tepat di atas bangku.
“Kau tadi malam tidak tidur lagi?” tanya Melia kembali.

Arman tidak menjawab pertanyaan itu dan tetap meneruskan tidur nyenyaknya di dalam kelas.

Melia tetap memperhatikan Arman yang tengah tertidur pulas. Entah mengapa, sosok yang menyebalkan itu membuatnya tertarik. Padahal, dulu dia sangat tidak suka dengan tingkah Arman yang urakan dan tidak tahu aturan. Seringkali, dia hanya tertidur pulas di kelas ketika dosen mengajar.

Tak lama kemudian, dosen yang mengajar pagi itu datang. Melihat ada mahasiswa yang tidur, beliau langsung memberikan teguran keras dan mengancam akan memberikan nilai jelek pada Arman.

Keadaan itu membuat Arman tidak bisa tidur nyenyak pagi ini. Sekuat tenaga, ia berusaha untuk tetap melek dan mengikuti presentasi dari dosen yang terlampau membosankan.

Namun tetap saja, sesekali dia mencuri-curi waktu untuk tidur sebentar tanpa sepengetahuan dari dosen.

****

“Kau kenapa sih? Dari tadi suntuk amat?” Melia bertanya penasaran. Seusai kelas, dia mengajak Arman untuk nongkrong di sebuah kafe yang tak jauh dari fakultas mereka.
“Ah, kau mau tau aja apa mau tau banget?” canda Arman dengan gayanya yang khas dan cengengesan.
“Kalau kau nggak mau cerita. Ya sudah,”

Melia terlihat cemberut. Hal itu membuat Arman sedikit tergugah. Ia berpikir sebentar untuk menyusun kata-kata.
“Kau yakin ingin mendengar ceritaku?” Arman kembali memastikan. Perempuan itu mengangguk.

Memang, Arman beberapa bulan ini lumayan dekat dengan Melia. Padahal, dulu mereka ibarat Tom and Jerry yang seringkali bertengkar dan beradu argumen. Selain itu, Arman pun juga sering menggoda Melia dengan candaan konyol yang kadang terdengar sarkas.

“Aku sedang ada masalah dengan seseorang,” jawab Arman singkat. Wajah yang biasanya ceria itu perlahan berubah sendu.
“Pacarmu?”

Arman menggeleng. Ia tidak tahu, apakah pantas jika Dewi disebut sebagai pacarnya. Padahal, mereka tidak terikat hubungan status apapun. Namun juga tidak bisa dibilang sebagai sekadar teman.

Perlahan, Arman mulai bercerita tentang hubungannya dengan Dewi. Ia tidak secara terang-terangan menyebut nama Dewi di hadapan Melia. Nama itu biarlah masih menjadi rahasia dan hanya orang-orang tertentu yang tahu.

Melia memasang telinga dan mendengarkan cerita dari Arman.
“Hubunganmu ternyata rumit juga,” kata Melia pasca Arman menutup ceritanya.
“Ya begitulah. Perempuan itu memang susah dimengerti haha,” cetus Arman spontan.
“Lalu, kamu tidak mencoba menjalin hubungan baru dengan orang lain?” tanya Melia lagi.
“Bagiku, menjalin hubungan tidak sesederhana itu. Aku ingin belajar makna kesetiaan,” balas Arman pelan namun tegas.

Mendadak, Melia hanya diam tanpa banyak berkomentar. Perempuan itu sepertinya tersentuh dengan kata-kata Arman barusan. Terlihat dari raut wajahnya yang manis.

“Ah, aku mau tanya. Kamu sudah punya pacar, bukan?” Arman mencoba memecah keheningan.
“Itu bukan urusanmu hehe,” jawab Melia agak ketus diiringi tawa ringan. Ia spontan mencubit lengan Arman dengan agak keras hingga membuat Arman teriak kencang karena kesakitan.

Keduanya pun tertawa keras.
coxi98
fransjabrik
pulaukapok
pulaukapok dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.