Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

karnaufalAvatar border
TS
karnaufal
One More Hour
One More Hour







Cerita ini kupersembahkan untukmu.
Hanya untuk dirimu.


Much Love,

-B-


emoticon-Matahari
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 477 suara
Siapakah yang akan menjadi pasangan hidup Bayu?
Muthia
6%
Sita
28%
Alexy
54%
Wanita lain selain pilihan-pilihan di atas
12%
gocharaya
fawaid113
umbhelijo35
umbhelijo35 dan 68 lainnya memberi reputasi
65
1.6M
6.1K
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.8KAnggota
Tampilkan semua post
karnaufalAvatar border
TS
karnaufal
#5933
127.
Simple Things
One More Hour



Angin malam berhembus cukup kencang ketika gue membuka jendela apartment, dan gue pun menghela nafas panjang seraya menumpuk kedua tangan di atas kusen jendela.

"Ri..." Panggil gue kepada Heri, yang pada malam hari ini kebetulan sedang tidak bekerja shift malam dan dia memutuskan untuk menginap di sini. "Menurut elu gimana?"

Gue mendengar Heri mendesah pelan yang disertai suara volume televisi yang semakin rendah, sebelum pada akhirnya dia menarik kursi meja makan dan duduk tepat di samping gue yang masih berdiri. "Gue sendiri ga bisa berpikir atau menyimpulkan sesuatu dari cerita elu tentang cewek lu tadi." Ujarnya. "Gue ga bisa berpikiran negatif mengenai hal itu, bisa aja dia emang lagi sakit, dan dia emang ga mau ngebebanin elu dengan itu semua."

"Loh? Kenapa? Emang gue ga berhak tau ya atas hal itu?" Sergah gue, dan menoleh ke kanan sembari memberinya gesture tangan. "Gue juga berhak tau dong dengan semua kondisi dia, entah itu dalam keadaan sakit atau dalam keadaan apapun, bener kan?"

Heri menundukkan kepala seraya menggaruk kening dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk kanannya. "Gini deh Bey."

"Gimana?" Gue menarik kursi, dan ikut duduk di sebelahnya seraya menikmati semilir angin malam yang kini sedang berdesir lembut menerpa wajah.

"Gimana sekarang kerjaan elu di kantor?"

"Ya..." Gue menaikkan kedua bahu. "Makin banyak, ditambah kantor gue lagi ada proyekan yang gue terlibat di dalamnya, otomatis semuanya jadi numpuk."

"Nah!"

"Nah?" Gue mengernyitkan dahi dan memiringkan kepala. "Nah, kenapa?"

"Lo pernah mikir ga, mungkin aja cewek elu tau dengan kondisi lu saat ini yang lagi sibuk-sibuknya kerja, dan dia ga mau memberi elu beban lebih dengan apa yang dia sedang alami saat ini, bisa aja kan?"

"..."

"Bisa aja ketika, misalkan, dia cerita tentang penyakit yang dia derita, itu malah bikin konsentrasi elu terpecah antara kerjaan dengan cewek lu dan membuat kerjaan elu keteteran."

"..." Gue tertegun.

Sejauh itukah Alexy memikirkan hal tersebut?

Sejauh itukah seorang Alexy memikirkan gue, dibanding dengan dirinya sendiri?


"Bey..." Heri menepuk pundak gue. "Udah, lu jangan terlalu mikirin hal itu. Kalian berdua bukan anak kecil kok, gue tau banget hal itu. Elu uda dewasa dengan cara bersikap elo, dan Alexy juga udah dewasa dengan cara dia sendiri. Kalian berdua bisa lebih menggunakan logika kalian tanpa perlu melupakan hati kalian. Itu udah keliatan jelas di mata gue dari pertama kalinya gue ketemu kalian berdua sebagai pasangan."

"..."

"Cocok kok kalian berdua, elu khawatirin Alexy dengan cara lu sendiri, terus Alexy juga merhatiin elu dengan cara dia sendiri."

"Misalnya?"

"Yaaa, misalkan aja kayak gini kasusnya. Elu khawatir Alexy sakit, tapi elu sendiri menghargai privasi dia dengan ga nanya hal tersebut dan lebih memberi perhatian lebih buat dia sebagai tanda bahwa elu khawatir sama dia. Terus Alexy, dia perhatian sama elu, dengan selalu memberi lu support di setiap apa yang lu lakuin, kan?"

Gue mengangguk. "Iya..."

"Nah, apa lagi Bey?" Heri menegakkan tubuh seraya mengangkat kedua tangannya ke samping. "Kadang kita emang kurang memperhatikan hal-hal kecil yang lebih detil dan selalu melihat sesuatu yang lebih besar dibanding itu semua, padahal yang paling penting di antara semuanya kan ya yang kecil-kecil itu."

"Simple things matters ya..?"Gue menggumam.

"Eh iya otak-otak ikan tenggiri lu yang kemarin dari Makassar itu masih ada ga? Enak nih pengen gue makan lagi."

Gue terkekeh. "Ada noh di kulkas, angetin lagi aja Ri kalo lo mau."

"Oke." Heri pun tanpa aba-aba langsung berdiri, dan berjalan ke arah kulkas di sudut ruangan ini. "Bey."

"Apaan?"

"Anu..."

"Apaan?"

"Cara pake ni microwave gimana?"

"Buset dah Ri, omongan lu boleh cakep, tapi pake microwave aja kagak bisa."

"Daripada gue cetek-cetek terus bledug ya mending gue tanya lah!"

Gue pun tertawa-tawa setelah mendengarnya berkata hal tersebut, sebelum pada akhirnya gue bangkit berdiri dan memberitahu kepadanya cara menggunakan microwave yang sebenarnya tinggal di cetek-cetek itu.

vertroop
jenggalasunyi
junti27
junti27 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.