- Beranda
- Stories from the Heart
The Way You Are
...
TS
ladeedah
The Way You Are
Quote:
Friendship is not always about finishing each other's sentences or remind you to the lyrics you forget. Many times, friendship is about how fluent are both of you in speaking silence.
-- Maxwell.
INDEKS
Spoiler for Indeks:
Diubah oleh ladeedah 08-09-2019 07:30
evywahyuni dan 11 lainnya memberi reputasi
12
24.9K
185
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ladeedah
#85
A Hello and A Goodbye
Quote:
"Jadi Papa kamu udah tau Dee?"
Gue mengangguk.
"Terus?"
"Ga tau, Max. Mama ga ada di rumah sejak kami pulang dari Sydney."
"Kemana?"
"Ga tau, gue nanya Papa katanya Mama lagi pergi."
"Mereka barentem ga Dee?"
"Di Sydney mereka ga berantem. Tapi Papa banyak diem aja. Terus sampe Melbourne, sore kita sampe, besok paginya Mama udah ga ada."
"Kemana ya Dee?"
"Ga tau Max."
This.Setiap gue tau tentang kasus perselingkuhan yang melibatkan anak-anak, gue selalu teringat pada proyeksi Little Dee dan Little Max. Tentu saja saat itu gue belum bisa berpikir tentang egois, tapi setelah gue beranjak dewasa, gue bisa berpikir kenapa orang tua sangat egois?
Kenapa mereka tidak memikirkan hati anak-anak mereka yang masih sangat kecil dan kepala mereka juga masih kecil untuk bisa menampung otak dengan pikiran seberat itu. Orang tua selalu punya segabrek pembelaan dan percobaan perlindungan, tapi kepicikan mereka para pelaku selingkuh, itu murahan, dan akibat yang ditimbulkan sangat merusak anak-anak mereka sendiri!
Itu tidak adil. Permainan dengan beban yang dicurangi.
Anak-anak tidak akan bisa menang dalam permainan dengan ground rules orang dewasa.
"Kamu mau SMP dimana Dee?"
"Kata Papa aku mau dimasukin ke Wesley, Max."
"Wesley St. Kilda?? Serius???"
Gue mengangguk. Beberapa kali kami memang bicara tentang rencana sekolah gue berikutnya. Dengan uang Papa, tentu saja Papa tidak akan mampu menyekolahkan gue di Wesley yang termasuk ke dalam sekolahan kaum elite di Melbourne. Namun, Wesley juga adalah sekolah yang bagus dan Mama dalam hal ini, mengajukan pilihan Wesley di dalam pertimbangan diskusi, yang langsung disetujui oleh Papa. Mama dengan penghasilannya bisa menyekolahkan gue di Wesley tanpa Papa perlu khawatir lagi.
Bisa bersekolah di Wesley mungkin ibaratnya bisa kuliah di Ivy League (Harvard, atau Yale, atau Penn, atau Princeton, atau jajaran Ivy League di Amerika). Gue hanya tau gue senang karena bangunan sekolahnya seperti istana dan seragamnya berwarna ungu, kesukaan gue kala itu.
Mama, tanpa beban sedikitpun saat mengetahui biaya pertahunnya, membuat Papa mantap memilih sekolah tersebut untuk gue dan beberapa kali mengajak gue jalan-jalan di gedungnya yang membuat Little Dee tidak berhenti berjingkrak dan berlarian membayangkan dirinya akan memiliki diploma dari sekolah itu.
"Lo mau sekolah dimana Max? Wesley juga aja!"
"Mau bareng lo lagi Dee! Gue akan bilang ke orang tua gue!"
"Bayangin kita akan sekolah disitu, ikut tim AFL (Australian Football League, sejenis Rugby) mereka Max!"
"Iya-iya bener!"
Sudah satu minggu Mama tidak pernah terlihat di rumah. Papa juga tidak banyak bicara. Hari-harinya dihabiskan dengan belajar, sering dia bilang "jangan ganggu Papa ya Dee, Papa mau belajar di studio. Kamu boleh main sama Max selama yang kamu mau" atau "Dee malem ini tidur di rumah Max ya, Papa udah bilang Mama Max, Papa punya urusan yang harus diselesaikan".
Gue merindukan Mama.
Gue merindukan Papa.
Yang satu tidak ada.
Satu lagi ada namun tiada.
Sudah hampir satu minggu gue menghabiskan waktu di rumah Max. Papa tidak pernah menjemput gue dan kata Mama Max, Papa sedang menyiapkan sidang doktoralnya, sementara Mama sedang bertugas ke luar negeri. Beberapa kali Papa menelepon untuk memastikan keadaan gue baik-baik saja.
Namun Mama tidak pernah menelepon...
Gue bingung.
Gue takut.
Gue kesepian.
Gue rindu.
Gue kalut.
Gue sakit.
Saat itu sudah jam sebelas malam saat gue merasakan pusing dan dingin yang luar biasa untuk pertama kalinya di hidup gue. Pusing, dingin dan mual. Gue tidur di kamar Max bersama Max dan Vin yang sudah tidak bayi lagi. Semua orang panik dengan gue yang menangis kesakitan dan muntah tak berkesudahan.
Entah berapa jam kemudian, karena bagi gue itu seperti selamanya, ambulan datang dan gue dilarikan ke Royal Children Hospital.
"Papa sama Mama dimana?" adalah pertanyaan yang tak berhenti gue tanyakan ke Mama Max yang mendampingi gue di dalam ambulan, kepada petugas medik, dan ke setiap orang yang memeriksa gue di rumah sakit. Papa dan Mama masih tidak datang.
Papa, The SuperDad yang selalu come to rescue untuk gue bahkan saat gue tidak butuh, kini tidak ada saat gue sangat membutuhkannya.
"Gue akan temenin lo disini sampe Papa Mama lo dateng Dee!"
Maxwell menolak pulang sejak gue masuk IGD. Dia juga tidak mau sekolah. Dia terus duduk bersila di atas ranjang gue menawarkan membaca buku atau sekedar mengganti tisu saat gue tidak berhenti menangis atau menemani gue menangis dengan menangis juga.
Dua anak kecil yang tidak tau apa-apa selain menangis.
Gue dirawat selama empat hari dan kedua orang tua gue tidak ada yang datang sama sekali. Semua tangis, jerit dan kebingungan gue hanya dijawab pelukan oleh Max, Mama Max, Bobby dan Papa Max.
Dua hari setelah kepulangan gue dari rumah sakit, wajah itu akhirnya datang....
Wajah yang sudah bertambah kurus dan tampak lelah dengan kantung mata yang menghitam.
Papa meraih gue dan memeluk tubuh gue sangat kencang dengan permintaan maaf berkali-kali.
"Papa kemana?"
"Papa ada urusan di tempat yang jauh, Sayang! Maafin Papa!"
"Mana Mama?"
Papa mengelus rambut gue dan menangkup kedua pipi gue dengan tangannya.
"Mama ga bisa pulang."
"Why?"
"Diajeng, kita harus pulang ke rumah Eyang Sayang!"
"Eyang kenapa Papa?"
"Sesuatu yang sangat buruk terjadi antara Mama dan Papa. Ajeng harus ke rumah Eyang, tinggal di rumah Eyang, sekolah disana, sampai masalah Papa dan Mama selesai. I am so sorry Ajeng!"
Maxwell duduk kaku di sebelah gue dengan air mata yang sudah mengalir deras di pipinya yang memerah.
"Please dont take her away from me, Bram!"
Diubah oleh ladeedah 30-08-2019 21:48
kicquck memberi reputasi
1
. Mau ditambah bumbu rempah dari India, Spanyol, Meksiko, Italia, Prancis, tetep aja susah buat ga boring. Atau mungkin real life gue aja yang boring ya 

