- Beranda
- Stories from the Heart
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]
...
TS
yanagi92055
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]
Selamat Datang di Thread Ane Gan/Sis
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2020/05/20/10668384_20200520011303.jpg)
Kali ini ane ingin sekali bercerita tentang seluk beluk perjalanan cinta ane yang mana sudah lama banget mau ane ceritakan, karena ane cukup mual juga kalau memendam kisah-kisah ini terlalu lama, ada yang mengganjal dihati, hitung-hitung sebagai penebusan dosa..hehe.. Mohon maaf juga sebelumnya karena ane masih nubie, mohon bimbingannya ya gan sis agar trit menjadi lebih menarik untuk dibaca.
Terima kasih Gan Sis telah mendukung dan membaca Trit ini sehingga bisa menjadi HT di bidang STORY. Semoga kedepannya ane selalu bisa memperbaiki tulisan ini dengan baik sehingga semakin enak dibaca.
Spoiler for INDEX:
Spoiler for "You":
Spoiler for MULUSTRASI:
Spoiler for Peraturan:
Selamat membaca kisah ane yang menurut ane seru ini ya gan/sis.
Menurut ane, lagu ini kurang lebih mewakili diri ane di masa lalu gan sis
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Diubah oleh yanagi92055 20-05-2020 13:13
DayatMadridista dan 113 lainnya memberi reputasi
106
465.7K
4.3K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
yanagi92055
#799
Ngajak Keket
Perkuliahan sudah masuk fase UAS di semester ganjil. Hubungan ane dan Keket seperti berjalan ditempat aja, nggak ada perkembangan berarti. Ane masih belum bisa melaksanakan rencana busuk ane itu. Entah kenapa seperti ada sesuatu yang berat. Keket sebenarnya udah minta dari kapan tau itu video supaya segera dibeberin ke Rama, karena alasannya Rama akan segera mulai bekerja. Akhirnya ane memutuskan untuk nanti aja dulu deh. Konsentrasi aja dulu kuliah sama himpunan, nggak lupa dengan band yang juga makin padat manggungnya.
Keket sudah beberapa kali ane ajak untuk datang ke latihan band ane dan berujung pulangnya nginap di hotel karena udah malam banget pasti. Keluar studio itu biasanya jam 10 malam terus ngobrol-ngobrol, minum-minum, baru deh pada pulang. Dan perjalanan dari studio menuju ke kampus itu makan waktu sangat lama. Pernah pulang kerumah ane tapi terusnya malah banyak ditanyain macem-macem sama Dania. Dania kayaknya juga kurang suka sama Keket, walaupun udah pernah ane ceritain kronologis kejadian percintaan ane dengan Zalina.
Pada satu gigs disebuah kafe di Jakarta, ane dan band tampil sekitar jam 9 malam. Suasana riuh sekali saat itu. Banyak yang pesan makanan dan minuman, beberapa memesan alkohol. Jangan pernah juga pesan air mineral ya di kafe-kafe gini, harganya bisa lebih mahal dari alkohol kalengan. Hahaha. Waktu itu ane untuk pertama kalinya mengajak Keket manggung mendampingi ane, sesuatu yang nggak pernah ane lakuin waktu masih sama Zalina. Pemikiran ane simpel aja waktu itu, anak ini bisa diajak kerjasama, dan lagi, anak ini merupakan pasangan yang pas buat seorang anak band seperti ane. Frontman deserved the beauty. Gitu mikirnya. Jadi hampir sama kayak cowok-cowok lain yang menginginkan tampilan luar Keket saja.
Benar aja, Keket dan ane jadi pusat perhatian ketika itu. Banyak teman-teman ane dari band lain seperti terpukau melihat kecantikan natural Keket. Tapi tidak sedikit juga dari mereka yang waktu itu seperti mabuk tipis atau tipsy, mencoba menggoda Keket dan mencoba memegang tubuh Keket, padahal dia mengenakan baju tertutup lengkap dengan kerudungnya. Ane ingat ketika itu dia ane suruh memakai pakaian serba hitam, biar seru aja.
“Ja, rame banget disini ya.” kata Keket.
“Iya, seru deh pokoknya. Lo pasti suka Ket. Belum pernah kan lo ke acara-acara kayak ginian?” kata ane.
“Belum pernah. Ih gue seneng Ja.”
“Makanya jangan belajar mulu kerjaannya lo. masuk kampus jadi ikutan culun lo. haha.”
“Ih apaan sih lo, gue nggak culun kali, nih buktinya gue sekarang disini. Weeek.” katanya ketus
“Hahaha, ih iya sayang. Kamu kalau jutek gitu bikin makin meltingdeh. Ahahaha.” Goda ane.
“Paan sih Ja. Malesin banget lo.” katanya, tapi sambil tersenyum kecil.
“Yuk ke backstage. Kayaknya anak-anak lagi setting alat deh.”
“Ayo.”
Kami berjalan ke backstage dan menemui tiga rekan ane lainnya, Drian, Ito dan Arko. Kami berempat sudah main bersama dalam sebuah band dari SMP. Rekan-rekan band ane ini pun berada dikampus yang reputasinya prestisius juga sama kayak ane, tapi beda-beda semua. Hanya satu yang kuliahnya di kota asal, sisanya keluar dari kota ane semua, bahkan Ito harus bolak balik dari kota kembang kalau mau latihan, atau manggung.
Drian, gitaris andalan band ane. Bertinggi badan 177 cm, mukanya ganteng parah, kayak oppa-oppa korea, tapi matanya agak belo dikit, kulitnya putih kayak Zalina dan berlatar belakang dari keluarga yang sangat berada namun menjadi korban perceraian orangtuanya sewaktu SMP, sehingga anak ini nggak terlalu banyak bicara. Dan sayang sekali dia nggak bisa olahraga. Kalau Ito, gitaris andalan kedua. Dia yang paling tinggi diantara kami semua, 188 cm, rajin fitnes, janggut dibiarkan tumbuh tapi rapi, rambutnya ikal kayak ane, sangat ahli dalam urusan komputer dan coding. Mukanya mirip salah satu artis papan atas indonesia yang pernah mendapatkan piala citra. Pada masa sekarang dia adalah seorang head of technology dari sebuah start-up yang berkembang pesat di ibukota. Anaknya periang, kalau ngomong suka asal, tapi sangat rajin beribadah. Dan yang terakhir adalah Arko, si jenius diantara kami. Dari jaman SMP ane mengenal dia sampai detik ini, dia masihlah anak yang punya otak luar biasa encer. Bertinggi badan 169 cm, pemain drum hebat, muka paling biasa aja, tapi tingkat sepik-sepiknya ke cewek-cewek luar biasa jagonya, mana otaknya ngeres mulu lagi. Dialah yang mengajarkan ane untuk selalu pede kalau menghadapi situasi dengan cewek, pede sama kemampuan dan potensi yang ane punya, terus mengajarkan ane mengelola emosi penonton ketika manggung, dan bagaimana public speaking yang baik kalau lagi manggung, sisanya ane kembangkan kemampuan ane sendiri. Cukup mantep dan manjur ajarannya untuk anak yang kuliahnya mengambil fisika nuklir. Keket pernah sempat tergoda juga dengan anak ini, katanya anaknya cerdas, udah gitu lucu banget lagi. Hahaha. Kami selalu memakai additional bassist untuk mengenang bassist kami yang telah berpulang ketika kami kelas tiga SMA.
Ane mengeluarkan gitar ane karena salah lagu yang dibawakan kali ini ada yang nuansa akustiknya, jadi ane memainkan gitar akustiknya. Panitia sudah menyediakan makanan kecil serta minuman, air mineral dan beberpa kaleng alkohol. Band ane memilih untuk minum air mineral, karena menurut kami, manggung itu harus dalam kondisi fit 100%.
“Si Ara mana?” tanya ane.
“Tau tuh belom dateng-dateng daritadi.” Jawab Drian.
“Si monyet emang kalau telat-telat gini paling jago lah.” Ujar Ito kesal.
“Udah santai aja nanti juga dia dateng.” Kata Arko.
“T*i, kalo sama waktu aja dia nyepelein kayak gitu gimana nanti urusan sama kontrak-kontrak dan segala macemnya. Kalo kita nanti ada ikatan kontrak terus tiba-tiba batal Cuma gara-gara attitudenya ngaco gini mah bakal repot kita. “ kata ane kesal.
“Iya sih, tapi ya gimana, yang atur-atur dia. Yang nganggur dan nggak kuliah kan dia doang. Kalo kita nggak mungkin ngurusin manajemen, nggak akan ada waktu kita. Jurusan kita dikampus masing-masing itu jurusan eksakta semua, otak udah capek diperes di kampus, sekarang tinggal asyik-asyikan malah ditambah-tambahin kesal. Jangan lah, udah santai aja.” Kata Arko.
Sekitar pukul 20.30 manajer band kami datang. Namanya Kiara, dipanggil Ara. Cewek ini cewek mungil yang manis, teman kami dari SMA. Tingginya 151 cm, kulitnya nggak terlalu putih, kayak Anin, tapi matanya warnanya cokelat, rambutnya lurus, matanya agak sipit dan di pipinya ada lesung pipitnya. Makanya entah kenapa, kalau mau marah-marahin atau maki-maki dia itu, kami pasti langsung nggak tega. Apalagi kalau dia udah memasang muka melasnya. Kayak loli-loli di anime gitu. Anjir lah ini ngebayanginnya. Hahaha. Karena faktor muka ini juga yang memudahkan dia untuk meminta maaf ketika ada terlambat meeting dengan sponsor atau yang mau endorse dan segala macamnya deh. Oh iya si Ara ini jaman SMA sempat suka-sukaan sama ane sampai ke tahap yang lumayan intens karena sama-sama ikutan paskibra, tapi akhirnya nggak pernah pacaran karena kesibukan ane di OSIS dan beberapa ekskul lainnya. Ara udah hampir ngasih semuanya ke ane, tapi ya ane tolak sebagian karena nggak mau dia berharap terlalu gede ke ane, waktu itu.
Masih ingat teman ane yang namanya Tifani? Dia ini super jealous sama Tifani. Hahaha. Ara merupakan adik kelas satu tahun dibawah kami berempat. Sekarang dia malah jatuh hati sama si Ito. Dia berusaha dapetin Ito banget lah pokoknya. Tapi ya gitu, masih belum beruntung. Dia pernah beberapa kali pacaran sama anak band yang kenalan di gigs, tapi pasti selalu putusnya nggak enak, entah ditinggalin gitu aja, entah diselingkuhin. Pokoknya miris banget kehidupan cintanya. Ditambah lagi sejak kehilangan ayahnya di waktu jelang Ujian Nasional, dia menjadi orang yang strong, mau bekerja apa aja, demi bisa kuliah, dan berambisi dapet pacar yang serius. Tapi nasibnya belum seberuntung kami berempat. Makanya dia suka telat itu ya karena ada komitmen juga di tempat lain, mengerjakan apapun yang dia bisa.
“Maaf ya teman-teman. Ara terlambat lagi.” Katanya memelas sambil menangkupkan dua tangannya didepan kening.
“Ah elah, kebiasan banget sih lo Ra. Nanti kita tuh disangkain nggak profesional kali. Kita ini masih merangkak naik, attitude itu penting Ra.” Kata ane ketus.
“Ja, jangan kayak gitu banget dong sama dia. Kasihan itu lo nggak liat dia ngos-ngosan gitu?” bisik Keket ke ane.
“Nih minum dulu Ra.” Kata Arko.
Ara meminum air mineral yang diberikan Arko. Setelah itu dia berterima kasih. Kemudian dia keluar lagi dari backstage sepertinya mau menemui panitia penyelenggara. Ane nggak ambil pusing melihat dia. Anak-anak juga sepertinya lebih berkonsentrasi dengan peralatannya masing-masing. Tidak lama kemudian, Ara kembali dan mengagetkan kami semua.
“AKU KEMBALIIIII.” Teriaknya dengan ekspresi lolinya.
“Kalian siap-siap ya. ternyata agak maju sedikit nih manggungnya, sekitar 10 menitan, nggak apa-apa kan?” katanya.
“Yah, gue belum setting rapi semuanya nih.” Kata Arko, drumer memang selalu paling ribet.
“Gue bantu deh Ko, biar cepet.” Kata ane menawarkan.
“Oke berarti siap ya semuanya 20.50 manggungnya kalian? Semangat.” Kata Ara.
Kebiasaan dia adalah memukul lengan atas kami semua sebelum kami naik panggung, katanya biar semangat selalu. Aneh banget. Hahaha.
Manggung saat itu lancar banget, dan sangat berkesan karena ada Keket yang ikutan nonton. Kami membawakan lagu kami sendiri dan beberapa lagu cover dari band-band terkenal. Sekitar 25 menit kami manggung, kami membawakan 4 lagu. Keket terlihat sangat menikmati suguhan yang baru pertama kalinya dia rasakan ini. Selesai manggung, Ara mengajak Keket untuk menunggu dipinggir tangga panggung yang rendah. Sebelum kami turun Ara bilang,
“Ket, nanti lo jangan kaget kalo anak-anak ini banyak minta foto ya. nggak usah jealous juga. Biasa aja. Gue aja biasa aja kok ngeliatnya.” Kata Ara bersemangat, tapi matanya mengawasi kami dipanggung.
“Beres itu sih. Gue udah biasa kok liat si Ija didemenin sama cewek-cewek di kampus, adik-adik kelas ada beberapa yang suka dia, dan gue tau itu. Hehehe. Tapi kok lo biasa aja? Emang kenapa? Kan emang mestinya harus biasa aja bukan?” kata Keket.
“Iya, gue kan dulu suka sama Ija, sekarang suka sama Ito. Tapi semuanya nggak ada yang suka gue Ket.” Katanya sambil terus mengawasi kami dipanggung.
“Oh iya ya? cinta monyet jaman SMA dong ya lo sama Ija?” kata Keket.
“Iya bener.” Kata Ara.
Lalu Ara menceritakan ceritanya bersama ane, entah lengkap banget apa nggak diceritainnya ane nggak pernah tau. Yang jelas waktu ane pulang sama Keket ke arah kampus dia bercerita udah ngobrol banyak sama Ara dan masalah hubungan ane dan Ara di masa lalu itu juga dia tau. Keket nggak ada reaksi yang aneh-aneh waktu itu, jadi asumsi ane, dia nggak tau apa-apa soal hubungan ane yang lebih jauh sama Ara kayak gimana.
Kami telah menunaikan tugas kami, sekarang giliran Ara yang mengurus untuk pembagian fee kami. Semua akan ditransfer oleh Ara ke rekening masing-masing. Keket kagum dengan kepiawaian Ara mengatur seperti ini. Dan dia berniat untuk coba belajar soal manajemen seperti ini kepada Ara. Kata Keket kali aja bakal terpakai di masa depan. Ara dan Keket. Aduh seneng banget deh dikelilingin cewek-cewek ini, dulu. Hehehe.
Akhirnya kami semua berpisah, Ito langsung cabut ke Bandung. Lalu ane dan Keket pulang ke hotel, lagi. Hal ini lumayan nguras dompet ane dan Keket sebenarnya, tapi ya mau gimana, kalau kemalaman sampai di kostan ya sama aja nggak bisa tidur.
“Makasih ya Ja udah ngajak gue. Gue seneng banget. Pertama kali nih gue dateng ke acara band gitu.”
“Iya Ket, sama-sama. Lo cewek yang pertama kali gue ajak tau ket ke acara band dimana gue manggung diacara itu.”
“Oh iya? Zalina?”
“Dia nggak pernah gue ajak Ket. Hehe.”
“Ara?”
“Dia kan manajer gue Ket, jadi pasti ngikut terus dong. Hahaha.”
“Iya sih. Hehehe. Udah gue mau tidur dulu ya Ja.”
“Nggak bertarung dulu kita? Seronde aja deh gue janji.”
“hmmm.. yaudah deh. Tapi seronde aja ya? gue capek soalnya.” Katanya sambil senyum kecil.
“Ayooo…” kata ane.
Malam itu malah dihabiskan sampai beberapa ronde, karena Keket yang minta. Katanya diawal seronde, begitu seronde beres, malah minta lagi. Yaaah, mungkin lagi semangat kali ya. hehehe.
Keket sudah beberapa kali ane ajak untuk datang ke latihan band ane dan berujung pulangnya nginap di hotel karena udah malam banget pasti. Keluar studio itu biasanya jam 10 malam terus ngobrol-ngobrol, minum-minum, baru deh pada pulang. Dan perjalanan dari studio menuju ke kampus itu makan waktu sangat lama. Pernah pulang kerumah ane tapi terusnya malah banyak ditanyain macem-macem sama Dania. Dania kayaknya juga kurang suka sama Keket, walaupun udah pernah ane ceritain kronologis kejadian percintaan ane dengan Zalina.
Pada satu gigs disebuah kafe di Jakarta, ane dan band tampil sekitar jam 9 malam. Suasana riuh sekali saat itu. Banyak yang pesan makanan dan minuman, beberapa memesan alkohol. Jangan pernah juga pesan air mineral ya di kafe-kafe gini, harganya bisa lebih mahal dari alkohol kalengan. Hahaha. Waktu itu ane untuk pertama kalinya mengajak Keket manggung mendampingi ane, sesuatu yang nggak pernah ane lakuin waktu masih sama Zalina. Pemikiran ane simpel aja waktu itu, anak ini bisa diajak kerjasama, dan lagi, anak ini merupakan pasangan yang pas buat seorang anak band seperti ane. Frontman deserved the beauty. Gitu mikirnya. Jadi hampir sama kayak cowok-cowok lain yang menginginkan tampilan luar Keket saja.
Benar aja, Keket dan ane jadi pusat perhatian ketika itu. Banyak teman-teman ane dari band lain seperti terpukau melihat kecantikan natural Keket. Tapi tidak sedikit juga dari mereka yang waktu itu seperti mabuk tipis atau tipsy, mencoba menggoda Keket dan mencoba memegang tubuh Keket, padahal dia mengenakan baju tertutup lengkap dengan kerudungnya. Ane ingat ketika itu dia ane suruh memakai pakaian serba hitam, biar seru aja.
Spoiler for Mulustrasi Keket Berkerudung:
“Ja, rame banget disini ya.” kata Keket.
“Iya, seru deh pokoknya. Lo pasti suka Ket. Belum pernah kan lo ke acara-acara kayak ginian?” kata ane.
“Belum pernah. Ih gue seneng Ja.”
“Makanya jangan belajar mulu kerjaannya lo. masuk kampus jadi ikutan culun lo. haha.”
“Ih apaan sih lo, gue nggak culun kali, nih buktinya gue sekarang disini. Weeek.” katanya ketus
“Hahaha, ih iya sayang. Kamu kalau jutek gitu bikin makin meltingdeh. Ahahaha.” Goda ane.
“Paan sih Ja. Malesin banget lo.” katanya, tapi sambil tersenyum kecil.
“Yuk ke backstage. Kayaknya anak-anak lagi setting alat deh.”
“Ayo.”
Kami berjalan ke backstage dan menemui tiga rekan ane lainnya, Drian, Ito dan Arko. Kami berempat sudah main bersama dalam sebuah band dari SMP. Rekan-rekan band ane ini pun berada dikampus yang reputasinya prestisius juga sama kayak ane, tapi beda-beda semua. Hanya satu yang kuliahnya di kota asal, sisanya keluar dari kota ane semua, bahkan Ito harus bolak balik dari kota kembang kalau mau latihan, atau manggung.
Drian, gitaris andalan band ane. Bertinggi badan 177 cm, mukanya ganteng parah, kayak oppa-oppa korea, tapi matanya agak belo dikit, kulitnya putih kayak Zalina dan berlatar belakang dari keluarga yang sangat berada namun menjadi korban perceraian orangtuanya sewaktu SMP, sehingga anak ini nggak terlalu banyak bicara. Dan sayang sekali dia nggak bisa olahraga. Kalau Ito, gitaris andalan kedua. Dia yang paling tinggi diantara kami semua, 188 cm, rajin fitnes, janggut dibiarkan tumbuh tapi rapi, rambutnya ikal kayak ane, sangat ahli dalam urusan komputer dan coding. Mukanya mirip salah satu artis papan atas indonesia yang pernah mendapatkan piala citra. Pada masa sekarang dia adalah seorang head of technology dari sebuah start-up yang berkembang pesat di ibukota. Anaknya periang, kalau ngomong suka asal, tapi sangat rajin beribadah. Dan yang terakhir adalah Arko, si jenius diantara kami. Dari jaman SMP ane mengenal dia sampai detik ini, dia masihlah anak yang punya otak luar biasa encer. Bertinggi badan 169 cm, pemain drum hebat, muka paling biasa aja, tapi tingkat sepik-sepiknya ke cewek-cewek luar biasa jagonya, mana otaknya ngeres mulu lagi. Dialah yang mengajarkan ane untuk selalu pede kalau menghadapi situasi dengan cewek, pede sama kemampuan dan potensi yang ane punya, terus mengajarkan ane mengelola emosi penonton ketika manggung, dan bagaimana public speaking yang baik kalau lagi manggung, sisanya ane kembangkan kemampuan ane sendiri. Cukup mantep dan manjur ajarannya untuk anak yang kuliahnya mengambil fisika nuklir. Keket pernah sempat tergoda juga dengan anak ini, katanya anaknya cerdas, udah gitu lucu banget lagi. Hahaha. Kami selalu memakai additional bassist untuk mengenang bassist kami yang telah berpulang ketika kami kelas tiga SMA.
Ane mengeluarkan gitar ane karena salah lagu yang dibawakan kali ini ada yang nuansa akustiknya, jadi ane memainkan gitar akustiknya. Panitia sudah menyediakan makanan kecil serta minuman, air mineral dan beberpa kaleng alkohol. Band ane memilih untuk minum air mineral, karena menurut kami, manggung itu harus dalam kondisi fit 100%.
“Si Ara mana?” tanya ane.
“Tau tuh belom dateng-dateng daritadi.” Jawab Drian.
“Si monyet emang kalau telat-telat gini paling jago lah.” Ujar Ito kesal.
“Udah santai aja nanti juga dia dateng.” Kata Arko.
“T*i, kalo sama waktu aja dia nyepelein kayak gitu gimana nanti urusan sama kontrak-kontrak dan segala macemnya. Kalo kita nanti ada ikatan kontrak terus tiba-tiba batal Cuma gara-gara attitudenya ngaco gini mah bakal repot kita. “ kata ane kesal.
“Iya sih, tapi ya gimana, yang atur-atur dia. Yang nganggur dan nggak kuliah kan dia doang. Kalo kita nggak mungkin ngurusin manajemen, nggak akan ada waktu kita. Jurusan kita dikampus masing-masing itu jurusan eksakta semua, otak udah capek diperes di kampus, sekarang tinggal asyik-asyikan malah ditambah-tambahin kesal. Jangan lah, udah santai aja.” Kata Arko.
Sekitar pukul 20.30 manajer band kami datang. Namanya Kiara, dipanggil Ara. Cewek ini cewek mungil yang manis, teman kami dari SMA. Tingginya 151 cm, kulitnya nggak terlalu putih, kayak Anin, tapi matanya warnanya cokelat, rambutnya lurus, matanya agak sipit dan di pipinya ada lesung pipitnya. Makanya entah kenapa, kalau mau marah-marahin atau maki-maki dia itu, kami pasti langsung nggak tega. Apalagi kalau dia udah memasang muka melasnya. Kayak loli-loli di anime gitu. Anjir lah ini ngebayanginnya. Hahaha. Karena faktor muka ini juga yang memudahkan dia untuk meminta maaf ketika ada terlambat meeting dengan sponsor atau yang mau endorse dan segala macamnya deh. Oh iya si Ara ini jaman SMA sempat suka-sukaan sama ane sampai ke tahap yang lumayan intens karena sama-sama ikutan paskibra, tapi akhirnya nggak pernah pacaran karena kesibukan ane di OSIS dan beberapa ekskul lainnya. Ara udah hampir ngasih semuanya ke ane, tapi ya ane tolak sebagian karena nggak mau dia berharap terlalu gede ke ane, waktu itu.
Spoiler for Mulustrasi Ara:
Masih ingat teman ane yang namanya Tifani? Dia ini super jealous sama Tifani. Hahaha. Ara merupakan adik kelas satu tahun dibawah kami berempat. Sekarang dia malah jatuh hati sama si Ito. Dia berusaha dapetin Ito banget lah pokoknya. Tapi ya gitu, masih belum beruntung. Dia pernah beberapa kali pacaran sama anak band yang kenalan di gigs, tapi pasti selalu putusnya nggak enak, entah ditinggalin gitu aja, entah diselingkuhin. Pokoknya miris banget kehidupan cintanya. Ditambah lagi sejak kehilangan ayahnya di waktu jelang Ujian Nasional, dia menjadi orang yang strong, mau bekerja apa aja, demi bisa kuliah, dan berambisi dapet pacar yang serius. Tapi nasibnya belum seberuntung kami berempat. Makanya dia suka telat itu ya karena ada komitmen juga di tempat lain, mengerjakan apapun yang dia bisa.
“Maaf ya teman-teman. Ara terlambat lagi.” Katanya memelas sambil menangkupkan dua tangannya didepan kening.
“Ah elah, kebiasan banget sih lo Ra. Nanti kita tuh disangkain nggak profesional kali. Kita ini masih merangkak naik, attitude itu penting Ra.” Kata ane ketus.
“Ja, jangan kayak gitu banget dong sama dia. Kasihan itu lo nggak liat dia ngos-ngosan gitu?” bisik Keket ke ane.
“Nih minum dulu Ra.” Kata Arko.
Ara meminum air mineral yang diberikan Arko. Setelah itu dia berterima kasih. Kemudian dia keluar lagi dari backstage sepertinya mau menemui panitia penyelenggara. Ane nggak ambil pusing melihat dia. Anak-anak juga sepertinya lebih berkonsentrasi dengan peralatannya masing-masing. Tidak lama kemudian, Ara kembali dan mengagetkan kami semua.
“AKU KEMBALIIIII.” Teriaknya dengan ekspresi lolinya.
“Kalian siap-siap ya. ternyata agak maju sedikit nih manggungnya, sekitar 10 menitan, nggak apa-apa kan?” katanya.
“Yah, gue belum setting rapi semuanya nih.” Kata Arko, drumer memang selalu paling ribet.
“Gue bantu deh Ko, biar cepet.” Kata ane menawarkan.
“Oke berarti siap ya semuanya 20.50 manggungnya kalian? Semangat.” Kata Ara.
Kebiasaan dia adalah memukul lengan atas kami semua sebelum kami naik panggung, katanya biar semangat selalu. Aneh banget. Hahaha.
Manggung saat itu lancar banget, dan sangat berkesan karena ada Keket yang ikutan nonton. Kami membawakan lagu kami sendiri dan beberapa lagu cover dari band-band terkenal. Sekitar 25 menit kami manggung, kami membawakan 4 lagu. Keket terlihat sangat menikmati suguhan yang baru pertama kalinya dia rasakan ini. Selesai manggung, Ara mengajak Keket untuk menunggu dipinggir tangga panggung yang rendah. Sebelum kami turun Ara bilang,
“Ket, nanti lo jangan kaget kalo anak-anak ini banyak minta foto ya. nggak usah jealous juga. Biasa aja. Gue aja biasa aja kok ngeliatnya.” Kata Ara bersemangat, tapi matanya mengawasi kami dipanggung.
“Beres itu sih. Gue udah biasa kok liat si Ija didemenin sama cewek-cewek di kampus, adik-adik kelas ada beberapa yang suka dia, dan gue tau itu. Hehehe. Tapi kok lo biasa aja? Emang kenapa? Kan emang mestinya harus biasa aja bukan?” kata Keket.
“Iya, gue kan dulu suka sama Ija, sekarang suka sama Ito. Tapi semuanya nggak ada yang suka gue Ket.” Katanya sambil terus mengawasi kami dipanggung.
“Oh iya ya? cinta monyet jaman SMA dong ya lo sama Ija?” kata Keket.
“Iya bener.” Kata Ara.
Lalu Ara menceritakan ceritanya bersama ane, entah lengkap banget apa nggak diceritainnya ane nggak pernah tau. Yang jelas waktu ane pulang sama Keket ke arah kampus dia bercerita udah ngobrol banyak sama Ara dan masalah hubungan ane dan Ara di masa lalu itu juga dia tau. Keket nggak ada reaksi yang aneh-aneh waktu itu, jadi asumsi ane, dia nggak tau apa-apa soal hubungan ane yang lebih jauh sama Ara kayak gimana.
Kami telah menunaikan tugas kami, sekarang giliran Ara yang mengurus untuk pembagian fee kami. Semua akan ditransfer oleh Ara ke rekening masing-masing. Keket kagum dengan kepiawaian Ara mengatur seperti ini. Dan dia berniat untuk coba belajar soal manajemen seperti ini kepada Ara. Kata Keket kali aja bakal terpakai di masa depan. Ara dan Keket. Aduh seneng banget deh dikelilingin cewek-cewek ini, dulu. Hehehe.
Akhirnya kami semua berpisah, Ito langsung cabut ke Bandung. Lalu ane dan Keket pulang ke hotel, lagi. Hal ini lumayan nguras dompet ane dan Keket sebenarnya, tapi ya mau gimana, kalau kemalaman sampai di kostan ya sama aja nggak bisa tidur.
“Makasih ya Ja udah ngajak gue. Gue seneng banget. Pertama kali nih gue dateng ke acara band gitu.”
“Iya Ket, sama-sama. Lo cewek yang pertama kali gue ajak tau ket ke acara band dimana gue manggung diacara itu.”
“Oh iya? Zalina?”
“Dia nggak pernah gue ajak Ket. Hehe.”
“Ara?”
“Dia kan manajer gue Ket, jadi pasti ngikut terus dong. Hahaha.”
“Iya sih. Hehehe. Udah gue mau tidur dulu ya Ja.”
“Nggak bertarung dulu kita? Seronde aja deh gue janji.”
“hmmm.. yaudah deh. Tapi seronde aja ya? gue capek soalnya.” Katanya sambil senyum kecil.
“Ayooo…” kata ane.
Malam itu malah dihabiskan sampai beberapa ronde, karena Keket yang minta. Katanya diawal seronde, begitu seronde beres, malah minta lagi. Yaaah, mungkin lagi semangat kali ya. hehehe.
Diubah oleh yanagi92055 30-08-2019 17:07
itkgid dan 27 lainnya memberi reputasi
28
Tutup
Zalina, 95% mirip Tala Ashe
Anin, 85% mirip Beby Cesara
Keket, 95% mirip, ane nggak kenal siapa ini, nemu di google
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/08/30/10668384_20190830043503.jpg)
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/08/30/10668384_20190830043009.jpg)
Mulustrasi Ara, waktu masih SMA, 96% mirip![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/09/12/10668384_201909120424500824.png)
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/09/13/10668384_201909130223080915.png)
serta apresiasi cendol