Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]
Selamat Datang di Thread Ane Gan/Sis 


Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]


Kali ini ane ingin sekali bercerita tentang seluk beluk perjalanan cinta ane yang mana sudah lama banget mau ane ceritakan, karena ane cukup mual juga kalau memendam kisah-kisah ini terlalu lama, ada yang mengganjal dihati, hitung-hitung sebagai penebusan dosa..hehe.. Mohon maaf juga sebelumnya karena ane masih nubie, mohon bimbingannya ya gan sis agar trit menjadi lebih menarik untuk dibaca.

Terima kasih Gan Sis telah mendukung dan membaca Trit ini sehingga bisa menjadi HT di bidang STORY. Semoga kedepannya ane selalu bisa memperbaiki tulisan ini dengan baik sehingga semakin enak dibaca.


Spoiler for INDEX:


Spoiler for "You":



Spoiler for MULUSTRASI:


Spoiler for Peraturan:


Selamat membaca kisah ane yang menurut ane seru ini ya gan/sis.


Menurut ane, lagu ini kurang lebih mewakili diri ane di masa lalu gan sis


Quote:


Quote:


Quote:

Quote:

Diubah oleh yanagi92055 20-05-2020 06:13
al.galauwi
zio0108
suryos
suryos dan 111 lainnya memberi reputasi
104
448.6K
4.3K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#515
Haru Biru Zalina

Perkuliahan sudah memasuki semester 5. Ane tetap dengan gaya ane yang gondrong. Selain itu ane juga mendapatkan beberapa predikat, diantaranya asisten dosen, Ketua Himpunan Mahasiswa jurusan, anak band dan public enemybagi BEM. Kenapa public enemy bagi mereka? Karena ane nggak suka dengan pola pikir mereka yang terlalu muluk-muluk.

Seperti salah satu contohnya katanya mau menyejahterakan rakyat bawah dengan mendorong kemandirian desa serta mendorong pemerintah daerah untuk membuat semacam kebijakan yang pro rakyat, tapi urusan kampus sendiri terbengkalai. Kampus ini terutama jurusan ane keadaannya udah kayak kandang sapi. Walaupun kelas dan Labnya bagus, tapi sarana penunjang seperti WC nya sangat parah. Hal ini luput dari perhatian mereka. Kalau emang mau berpikir luas dan holistik, yang kecil juga dipikirin. Maunya mikirin keluar terus, tapi dikandang sendiri mengajukan tuntutan perbaikan fasilitas penunjang kampus aja nggak becus, nggak tembus-tembus ke Rektorat. Masih banyak lagi pemikiran absurd mereka menurut ane tapi nggak usah dibeberin disinilah nggak penting dan udah lewat juga. Hehehe.

Kebijakan sensitif lainnya adalah, anak BEM sama dengan anak Rohis. Ini rumus macam apa? Kampus ane itu kampus multi etnis dan multi religi. Emangnya anak-anak non muslim itu nggak punya hak apa untuk berkecimpung di BEM? Atau yang nggak ikut rohis emang nggak boleh aktif di organisasi BEM? Ane sempat ditawarkan bergabung demi meredam ane yang hampir selalu kontra dengan kebijakan-kebijakan serta langkah-langkah yang mereka ambil, tapi akhirnya ane selalu nolak karena ngapain kerjasama dengan orang-orang yang berpikiran sempit dan nggak open minded sama sekali. Sedikit-sedikit ngeluarin dalil, sedikit-sedikit dosa, sedikit-sedikit kopar kapir kopar kapir. Wah ini sih bakalan nggak berkembang.

Nyatanya, sampai sekarang BEM kampus ane selalu melempem. Hampir nggak pernah ada aksi besar dan nyata. Bahkan hampir nggak pernah dengar ane ceritanya BEM kampus berjuang sampai turun ke jalan. Mereka turun kejalan sih, tapi jalanan depan Rektorat, memprotes kebijakan rektor, gagal pula. Hahaha.

Dengan padatnya waktu ane, hubungan ane dengan Zalina tetap mesra, tapi kami agak berkurang intensitas tatap mukanya, sejak liburan kemarin pun ane udah nggak pernah ngejatah Zalina lagi. Hanya saja karena jurusannya lebih santai jadwal dan jenis mata kuliahnya, ditambah nggak ada praktikum di Lab, waktu lowong dia masih lebih banyak daripada ane. Selain itu nama band ane yang sudah mulai terkerek naik menyebabkan ane jadi semakin sulit membagi waktu untuk pulang ke daerah ane demi bisa latihan bareng kawan-kawan ane yang semuanya berbeda kampus. Jika ada jadwal manggung keluar kota, maka jadwal ketemu ane dan Zalina yang pasti sepanjang hari karena libur jadi keganggu. Ane hanya bisa percaya sama Zalina. Ane nggak mau mikir macam-macam.

Suatu malam sehabis acara himpunan, ane nggak bilang mau ke kostan Zalina. Karena habis UTS waktu itu, jadi masih agak santai belum banyak tugas-tugas kuliah. Sekalian ane mau bilang kalau ada jadwal manggung ke Bandung sabtu nanti. Pulang dari kampus ane langsung menuju ke kostan Zalina. Begitu sampai disana ternyata Zalina sedang keluar, sesuatu yang nggak biasanya dilakukannya jika sudah lewat dari jam 10 malam. Ane memutuskan untuk menunggu sampai akhirnya ketiduran dikursi terasnya. Entah berapa lama ane ketiduran disana, ane sudah dibangunkan oleh Zalina yang menepuk pipi ane.

“Kok kamu tidur disini? Kan banyak nyamuk.” Katanya.

“Iya nih, ketiduran, kayaknya kecapean deh, kan di himpunan mau ada acara tahunan gitu Lin. Lumayan cape juga nih. Mana tadi abang-abang senior sok banget lagi neken, dan nggak mau terima ide-ide kita juniornya. T*i emang tu angkatan si Rama.” Kata ane.

“Yuk masuk. Udah kamu nggak usah pikirin.” Ajak dia.

Ane masuk dan langsung rebahan dikasurnya yang empuk dan cukup besar itu. Ane benar-benar capek fisik dan juga pikiran waktu itu. Ane nggak menyadari kalau Zalina ternyata berdiri lama didepan jendela. Baru ane ngeh beberapa saat kemudian.

“Kamu kenapa berdiri aja disitu dari tadi?” kata ane.

“Nggak apa-apa Ja. Aku cuman pingin mandangin malam aja.”

“Kok aneh banget sih kamu? Tumben banget begini. Tadi juga kamu nggak biasanya keluar sampai malam gini. Cerita aja Lin.”

“Nggak ada apa-apa Ja.” Ujarnya datar.

“yakin kamu? Ada masalah sama keluarga kamu?”

“Udah aku bilang aku nggak apa-apa Ja.”

Lalu ane berinsiatif untuk memeluknya dari belakang. Dia larut dalam pelukan ane dan barulah perlahan dia berbicara.

“Aku sayang kamu Ja.”

“Ceritain aja sayang. Aku dengerin.”

“Maafin aku.”

“Iya.”

“Ja, kita udahan ya?” katanya lirih.

“Hah? Udahan gimana maksud kamu?”

“Kita nggak sama-sama lagi Ja. Kamu dan aku pisah.”

“Ya tapi apa alasannya? Apa salah aku sayang?”

“Aku yang salah, bukan kamu. Dan aku nggak pantes buat kamu Ja.”

“Kamu apaan sih ini? Nggak jelas, tau-tau malah mau bubar.”

“AKU KOTOR JA!”

“Kotor gimana sih?”

“Aku mau ceritain semuanya ke kamu apa yang aku lakuin selama ini dibelakang kamu Ja. Dan aku janji setelah ini aku nggak akan ganggu kamu lagi Ja.”

"Tenangin diri kamu dulu."

Lalu ane membalikkan badannya menghadap ane. Kita saling bertukar pandang lama banget. Sejurus kemudian Zalina mencium ane. Ciuman pakai hati Zalina kali ini membuat ane sangat deg-degan. Tapi ane mengikuti permainannya.

"Kamu mau?" Tanyanya.

Ane hanya mengangguk. Kemudian seperti ritual kami biasanya, Zalina bermain dengan rocky lama sekali, mengulum terus tanpa henti sampai akhirnya calon penerus masa depan keluar dimulutnya dan kemudian di telan. Dia begitu agresif seperti biasa, tapi entah kenapa ane merasa nyaman dengan permainannya malam itu.

Kami bermain kemana-mana seperti biasa, berantakan semua. Dan klimaksnya dia berada diatas ane. Ekspresinya berubah drastis ketika dia bergoyang diatas tubuh ane. Dia nggak kuat menahan tangis. Tangisnya pecah seketika dan dia langsung merebahkan diri, memeluk tubuh ane yang berada dibawahnya.

"Maafin aku sayang. Maafin aku." Katanya sambil menangis. Kata-katanya menjadi terbata-bata dan nggak jelas.

"Kamu kenapa minta maaf? Kamu kenapa bilang kamu kotor? Aku nggak ngerti Lin." Kata ane.

"Aku...aku..."

Belum selesai dia berbicara, ane potong dulu. Kami duduk bersebelahan dikasur tanpa busana, hanya selimut saja.

"Oke, sekarang kamu udah tenang. Ceritain. Oh iya nih minum dulu." Kata ane sambil menyerahkan air mineral ke Zalina.

Suasana mulai tenang, dan Zalina mulai berbicara. Tangisnya sudah hilang.

"Jadi selama pertengahan semester 3 kemarin, ketika kamu mulai banyak praktikum, beberapa kali ngurusin himpunan dan berbagai macam aktivitas kamu, termasuk band kamu, aku jadi dekat lagi sama Anin. Dia yang memang paling mengerti aku Ja. Makanya aku datang lagi ke dia."

"Aku curhat mengenai kesepianku dan ketidaktahanan aku kalau nggak ML Ja. Ternyata disini Anin malah ngasih jalan dengan coba kenalan sama sepupunya. Kamu tau kakak kelas kita dari jurusan teknik itu kan? Yang tempo hari pernah ngajakin aku ekspedisi? Salah satunya ternyata sepupunya Anin. Kami sering ngobrol. Dan dia juga beberapa kali ngajak aku jalan Ja. Aku mau aja, daripada nggak ngapa-ngapain aku pikir. Terus dia ngenalin aku sama temannya, senior yang beler itu mukanya Ja."

"Ya aku inget, yang dulu pernah negur aku di poskes waktu kita ospek." Kata ane kalem.

"Ya yang itu. Ternyata dia suka Ja sama aku. Jadi selama ini, ketika aku sama kamu, aku juga jalan sama dia Ja. Anaknya asyik banget Ja. Pengetahuannya luas sama kayak kamu, tempramennya sama kayak kamu, pintar juga, cuma bedanya dia nggak sekeren kamu penampilannya Ja." Kata Zalina sambil senyum tipis.

Ane juga ikut senyum tipis, tapi hati ini mulai nggak karuan perasaannya.

"Selama ini kalau kamu ngeh, aku kadang suka kagetan kalau lagi ngetik chat di HP lalu ada kamu, itu sebenarnya aku lagi chattingan sama dia Ja. Maafin aku."

"Jadi selama ini dugaan aku bener ya Lin. Aku cuma nggak mau ngomong aja, aku terlalu takut untuk kehilangan kamu Lin."

"Semakin intens kami berhubungan, semakin intens pula kami ketemuan Ja. Dan momen ketika aku berasa kehilangan kamu pas kamu lagi fokus ngurusin lomba itu, aku mengundang dia untuk datang kesini Ja."

"Dia datang malam, kemudian sempat menginap juga sampai pagi hari, terus numpang mandi, dan akhirnya berangkat ke kampus bareng-bareng. Nggak ada yang lihat kayaknya Ja."

"Adi S."

"Hah? Adi S. temen kostan kamu?"

"Ya, teman kostanku. Ternyata peringatan dia selama ini benar. Dan aku yakin dia melihat kalian sering bareng. Oke lanjutin." Kata ane datar.

"Selama dia disini, kami ngelakuin apa yang biasa kita lakuin Ja. Tapi dia mau nurutin aku dengan main kasar sama aku. Maafin aku. Dan itulah salah satu alasan aku mengganti kasurku yang lama. Aku nggak mau mengingat memori buruk dengan bang Indra sampe harus nyakitin kamu." Zalina menangis lagi, kali ini dia memeluk ane dari samping kiri ane.

Ane hanya diam mematung. Perasaan ane hancur sehancur-hancurnya ketika itu.

"Kami melakukannya rutin Ja. Sampai pada momen ketika kamu berlibur ke Lombok. Aku nggak ikut dengan alasan ada rencana pulang kampung kan? Aku bohong Ja. Aku menginap di hotel bareng sama dia. Kami nginap di Hotel xxxx di Jakarta. Dekat rumahku. Dihari kedua Anin datang dengan sepupunya, yang juga temannya si abang. Oh iya, namanya Indra si abang ini tuh. Daritadi aku belum sebut ya. Sepupu Anin namanya Rhean. Anin seperti memanipulasi aku dan Bang Indra. Bang Indra diajak keluar oleh Anin dan sepupunya dibiarkan bareng sama aku di hotel. Sepupunya ini pintar banget merayu Ja. Dan kayaknya kelemahanku dikasih tau sama Anin. Jadi di hari kedua, aku main sama Rhean ini Ja. Sampai berulang kali bahkan, lebih banyak dari bang Indra. Begitu malam, baru bang Indra pulang ke hotel diantar Anin. Aku kejebak sama Anin Ja. Tapi sebenarnya Anin nggak salah, aku yang salah untuk mendekat kembali ke dia."

Nggak terasa ane yang biasanya nggak pernah nangis, mengeluarkan air mata setelah sekian lama. Tangis ane dalam diam. Hanya air mata aja menetes deras di pipi ane. Ane diam saja, nggak bisa berkata apapun. Ane sedih luar biasa saat itu.

"Aku dan bang Indra nggak pernah nyatain satu sama lain, tapi aku sayang dengannya. Aku pun sayang sama kamu. Aku mau dua duanya. Tapi pada akhirnya aku milih kamu Ja. Kamu tau? Aku pulang telat karena habis dari kostan dia. Aku main sama dia disana tadi. Kamu nggak curiga ya ketika aktivitas rutin kita ML itu berkurang drastis? Itu karena aku dapat dari yang lain Ja. Oh iya, aku juga mau belajar masak karena bang Indra yang minta aku buat belajar Ja."

"Aku ngeh, tapi aku berpikir kamu mau berubah kearah lebih baik, nggak agresif kayak biasanya. Ternyata, kamu malah jadi begini Lin."

Lalu Zalina mengeluarkan sebuah kotak ceper warna biru. Ternyata isinya testpack. Dia mengeluarkan kertas kecil tipis dengan tanda dua garis. Ane bingung waktu itu.

"Apa ini Lin?"

"Itu tes kehamilan. Dan aku positif. Tapi ini bukan hasil kamu, kamu selalu buang diluar, sedangkan bang Indra selalu buang didalam Ja. Aku udah ngomong sama dia, dan dia mau tanggung jawab Ja."

"HAH? KAMU HAMIL ANAK DIA? TANPA PACARAN SAMA DIA? ORANG-ORANG TAUNYA KAMU PACAR AKU LIN. KAMU BENER-BENER UDAH GILA LIN. NGGAK NYANGKA AKU LIN! SELINGKUH DOANG NGGAK CUKUP YA? SAMPAI HARUS NANEM SAHAM KAYAK GINI?”

Ane murka sejadi-jadinya, untung ane masih bisa kontrol ketika itu. Kalau nggak, bisa-bisa Zalina ane pukulin.

"Terus yang kamu rekam-rekam video itu? Itu buat dia?" Tanya ane.

"Iya, dan buat Rhean."

Ane langsung berdiri sambil memegangi kepala ane yang berat sekali rasanya waktu itu.

"Aku kotor Ja. Aku benar-benar nggak pantes buat kamu. Kamu susah payah ngebelain aku, nurutin apa yang aku mau, nyayangin aku sepenuh hati, tapi aku malah balas kayak gini Ja. Hidup aku udah hancur Ja. Masa depanku udah nggak jelas Ja apalagi dengan adanya hasil positif ini. Aku bisa diusir dari keluargaku. Tapi aku bisa yakinin mereka, kalau bukan kamu yang ngelakuin ini Ja."

"Kamu punya masa depan cerah, kamu jadi ketua himpunan, asdos, anak band yang kece, banyak juga adik kelas yang suka sama kamu kayaknya Ja. Lebih baik kamu cari yang lebih baik dari aku Ja mulai sekarang. Aku cuma bakal jadi beban dalam perjalanan hidup kamu Ja."

Ane terdiam kembali. Ane benar-benar nggak nyangka kalau perjalanan hidup ane bisa semiris ini. Bisa setidakterduga ini. Bisa seburuk ini. Ane udah bela-belain mati-matian dia, terutama dari godaan Anin dan yang paling gede dari Keket, tapi ternyata dia lebih gila dari ane kelakuannya. Otak ane benar-benar konslet habis kejadian ini. Midsemester paling berat dalam kehidupan ane dikampus.

"Mulai sekarang, jangan cari aku lagi Ja. Bukannya aku mau menghindari kamu, tapi aku tau aku nggak pantas buat kamu yang udah punya segalanya. Predikat bagus, otak encer, dan semua embel-embel lainnya yang bisa kamu gunakan untuk hal positif lainnya, daripada cuma belain aku yang kotor dan lagi mengandung anak orang lain. Oh iya, katanya ini udah berjalan 2 bulan Ja. Aku udah periksain ke Dokter."

"Aku nggak ngerti lagi Lin sama kamu. Kurang apa sih aku? Apa yang bikin kamu nggak puas? Lagi-lagi urusan ranjang yang bikin kacau semuanya. Maaf aku membentuk kamu jadi kayak gini Lin, tapi bukan berarti kamu kebablasan kayak gini sampai jebol. Kayak lebih rendah dari per*k kamu Lin. Mereka masih bisa dapat uang, lah kamu? Ngegratisin semuanya. Tinggal pakai. Edan banget ini Lin."

"Aku tau Ja. Silakan hina aku sesuka kamu, emang itu yang pantas buat aku Ja. Aku nggak pantes kamu sayangin Ja."

"Ya emang, kamu udah ngerusak diri kamu sendiri. Tapi juga, kamu udah ngerusak mental aku Lin. Aku nggak tau lagi bakal jadi kayak gimana setelah ini."

"Maafin aku Ja."

"Aku maafin kamu, aku juga mau minta maaf Lin, udah bikin kamu kadi kayak gini. Aku harap kamu bisa jaga diri baik-baik, dan jangan berpikir pendek. Aku nggak mau dengar kamu ngelakuin hal-hal yang aneh-aneh."

"Boleh aku peluk kamu buat yang terakhir kali?"

Ane mengangguk. Kami berpelukan dalam keadaan berdiri, masih tanpa busana. Lalu permainan berlanjut hingga beberapa ronde. Permainan ini hanya tinggal nafsu belaka. Ane mengeluarkan air mata ketika bermain dengannya, dia pun sama. Saat mengakhiri permainan yang hot tapi tanpa hati itu, kami berpelukan lagi erat sekali. Mungkin setelah ini ane nggak akan pernah melihat Zalina yang sama lagi. Ane udah terlalu sakit hati. Ane benar-benar nggak bisa terima keadaan ini. Semua kegiatan ane, predikat ane, apa yang dibanggakan orang ke ane, menjadi luluh lantak dalam semalam. Ane nggak merasa semangat lagi menjalani hari-hari ane dikampus. Hancur sudah semuanya. Ane bahkan mulai ketakutan untuk menjalin hubungan dengan cewek lain.

Setelah bersih-bersih dan membantu merapikan kembali kostan Zalina, ane mohon pamit. Dan sekali lagi, ane peluk dia hangat dan lama sekali, lalu ane berikan ciuman terakhir ane sebagai kekasih hatinya.

"Ternyata endingnya begini ya Lin. Makasih udah hadir ngewarnain perjalananku dimasa awal perjuangan dikampus ini. Kamu jangan lupa jaga kesehatan kamu, jaga calon anak kamu dengan baik, pasti nanti bakal ganteng atau cantik deh kayak ibunya. Aku pamit ya Lin, makasih dan maaf banget selama ini aku nggak bisa nyempurnain hubungan ini Lin."

Zalina hanya menangis. Dia menggengam tangan ane dan nggak mau melepasnya lama banget. Ane akhirnya harus sedikit memaksa untuk melepasnya. Ane jalan membelakanginya, ane nggak kuasa ketika dia terus-terusan bilang maaf, bilang aku sayang kamu. Tapi ane nggak bisa melawan sakit hati ini. Dijalan ane terus mengeluarkan air mata. Cengeng? Mungkin. Tapi ini bisa sedikit mengurangi sesak didada.

Ane sedikit nggak tega melihat Zalina yang sebenarnya juga terguncang. Tapi ane nggak bisa tahan perasaan ane sendiri. Hancur. Patah hati. Dendam. Yang terakhir ini, dendam, yang membuat ane menjadi orang yang sangat berbeda setelah kejadian ini. Ane menjadi orang yang sangat jahat. Karena ane hanya berpikiran pendek, "gue bisa dapetin cewek manapun yang gue mau dengan mudah. Kalau dia aja (Zalina) bisa tidur dengan orang lain sesukanya, gue juga bisa." Bisikan setan inilah yang akhirnya merusak mental ane didunia percintaan.

Pikiran ane setelah itu hanya ke satu orang.

Keket.
Diubah oleh yanagi92055 27-08-2019 10:17
nobowname
erman123
sampeuk
sampeuk dan 29 lainnya memberi reputasi
30
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.