- Beranda
- Stories from the Heart
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]
...
TS
yanagi92055
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]
Selamat Datang di Thread Ane Gan/Sis
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2020/05/20/10668384_20200520011303.jpg)
Kali ini ane ingin sekali bercerita tentang seluk beluk perjalanan cinta ane yang mana sudah lama banget mau ane ceritakan, karena ane cukup mual juga kalau memendam kisah-kisah ini terlalu lama, ada yang mengganjal dihati, hitung-hitung sebagai penebusan dosa..hehe.. Mohon maaf juga sebelumnya karena ane masih nubie, mohon bimbingannya ya gan sis agar trit menjadi lebih menarik untuk dibaca.
Terima kasih Gan Sis telah mendukung dan membaca Trit ini sehingga bisa menjadi HT di bidang STORY. Semoga kedepannya ane selalu bisa memperbaiki tulisan ini dengan baik sehingga semakin enak dibaca.
Spoiler for INDEX:
Spoiler for "You":
Spoiler for MULUSTRASI:
Spoiler for Peraturan:
Selamat membaca kisah ane yang menurut ane seru ini ya gan/sis.
Menurut ane, lagu ini kurang lebih mewakili diri ane di masa lalu gan sis
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Diubah oleh yanagi92055 20-05-2020 13:13
DayatMadridista dan 113 lainnya memberi reputasi
106
465.6K
4.3K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
yanagi92055
#445
Kunjungan Lapang_Part 3
Menjelang akhir kunjungan lapang ini, kami akan praktikum sesuai dengan mata kuliah kami. Salah satunya adalah masuk ke parit-parit berlumpur dan cukup dalam. Intinya adalah untuk mengetahui rantai ekosistem dikawasan tersebut secara keseluruhan. Semua regu kebagian tugas yang berbeda-beda, ada yang ke balai desa, ke rumah-rumah warga untuk memberikan kuesioner, ada yang menghitung kawasan ladang serta hutan dengan dominasi pohon-pohon tertentu, dan tentu saja ada yang nyebur keparit.
Keket sangat mengetahui kebiasaan ane. Dia sengaja memilihkan tugas untuk nyebut ke parit berlumpur. Keket, juga Zalina telah lama mengetahui kalau ane adalah orang yang menjunjung tinggi keteraturan, sangat menentang segala sesuatu yang berantakan, apalagi sampai harus kotor-kotoran jika tidak diperlukan. Ane dibentuk oleh keluarga yang sangat taat kepada kebersihan, kehigienisan, dan juga segala macam bentuk keteraturan, kerapihan , serta disiplin tinggi. Kotor sedikit, berantakan sedikit, tidak teratur sedikit, keluarga ane bakal heboh. Ini sempat mengganggu ane, tapi karena hal yang sudah pernah ane ceritakan di part-part cerita ini sebelumnya mengenai momen mudik dan mampir di desa Bi Yuni, ane harus bersusah payah berdamai dengan keadaan yang serba berkebalikan dari apa yang menjadi kebiasaan ane tersebut.
Saat itu Keket ingin ane nyebur keparit dengan harapan ane akan keluar fobianya, dan akan sangat terganggu secara mental. Tapi tidak, ane bisa berkompromi dengan situasi tersebut. Biar kata harus kotor-kotoran karena ane selalu ingin melihat segala sesuatu dari berbagai situasi dan kondisi, jadi konsekuensi yang terburuk seperti ini harus dijalani. Ane pun telah cukup terlatih menghadapi situasi yang bagi ane merupakan sebuah hambatan. Tapi ane selalu jadikan ini sebagai tantangan untuk ditaklukan.
“Gue tau lo sengaja ngambil tugas ini Ket.” Kata ane
“Takut lo ya?” kata Keket.
“Haha gue emang selalu cerita gue ini teratur, higienis, bahkan jijikan kalau ada sesuatu yang kotor, berantakan dan sebagainya. Tapi lo harus tau, gue bisa lewatin itu semua kok. Jadi percuma lo kayak gini, gue jabanin Ket. Hahaha.” Ane menjawab dengan penuh kemenangan.
“Oh, kita liat aja nanti, lo yang biasa necis gitu kalau dikampus, apa bisa nyebur parit berlumpur yang kedalamannya hampir sebadan kita.” Katanya.
“Haha, gue nggak takut Ket. Mau taruhan?”
“Apa?”
“Kalau gue bisa, lo jauh-jauh dari gue, mau kan?
“Oh itu gue nggak mau Ja, kalau ternyata lo bisa, gue bakalan sedih banget Ja, dan mungkin depresi.”
“Itu sih urusan lo Ket. Lagian kenapa sih Ket kok pingin banget sama gue?”
“Kayaknya nggak usah gue jelasin lagi udah cukup jelas Ja. Dan gue juga udah bilang kan gue bersedia untuk jadi serep.”
“Iya gue ngerti, tapi kok lo jadi kayak orang yang kehabisan stok pejantan Ket.”
“Gue kalau udah sayang dan nyaman sama orang bakalan gue perjuangin Ja. Cowok kayak lo ini cukup langka disini. Mungkin kalau yang cupu banyak ya yang sifatnya kayak lo, tapi kalau yang open minded dan nggak cupu tapi bisa bikin gue nyaman banget itu susah Ja nyarinya.”
“Udah deh Ket, capek gue denger lo ngomong gitu terus.”
“Yee, kan tadi lo yang nanya.”
“oh iya ya. hahahaha.”
Situasi berubah sangat cair dirumah itu secara tiba-tiba dari obrolan tadi. Entah kenapa ane melihat Keket yang waktu pertama kali ane kenal, bukan yang serem kayak sekarang. Makanya ane bisa becandain dia lagi.
“Udah siap-siap kan?” katanya.
“Udah tinggal jalan. Eh anak-anak kemana?” kata ane.
“Kayaknya udah jalan dari tadi Ja.”
“Silfi mana ya? gue takut sama ni anak, diem-diem banget anaknya. Tau-tau ilang aja. Bikin susah gue Ket.”
“Biarin aja udah. Yang penting ini rumah udah kosong kan?” kata Keket.
“iya kayaknya deh.” Kata ane.
Tidak pakai lama, seperti biasa Keket nyosor langsung. Semenjak kejadian dibalik meja Lab, tidak pernah ada lagi sentuhan dari bibir Keket. Tapi ane buru-buru melepas ciumannya. Ane selalu ingat Zalina. Sebagai penetralnya, ane menelpon Zalina, dan kali ini tersambung langsung. Biasanya nggak ada sinyal, kalau kirim pesan via chat nyampenya kapan-kapan. Ditanya udah makan siang, balasnya udah selesai makan malam. Rese banget providernya, mau untung doang tapi infrastrukturnya buat rakyat kecil didaerah masihlah minim.
“Ket, udah deh. Nggak usah mulai.” Kata ane mencegah.
“Maaf Ja, gue kebawa emosi. Gue seneng kita bisa baikan dan dekat lagi.” Katanya sumringah.
“Kan lo duluan yang mulai.”
“Maafin gue ya Ja.”
“Sekarang tim ini lo taro di parit juga kan sengaja karena biar lo bisa liat gue ketakutan karena liat sesuatu yang kotor, berantakan dan menjijikan. Tapi sori ya, itu udah nggak mempan lagi.”
“Iya, gue sengaja, tapi nyatanya lo malah biasa aja.”
“Banyak hal yang nggak lo tau dari gue Ket.”
“Makanya biarin gue makin deket sama lo dong. Gimana sih.”
“NOOOOOO. Hahaha.”
Ane dan Keket tertawa bersama, lalu kemudian keluar rumah bersama, ane udah bodo amat mau dibilang apa sama teman-teman sekelas ataupun para asisten.
--
Sesampainya dilokasi praktikum, ane dihadapkan pada sesuatu yang sangat mengerikan, tapi juga harus bisa ane lewati. Parit berlumpur ini sudah mana kotor, lumpurnya lembek dan agak hitam, baunya menyengat, serta banyak sisa sampah buangan limbah dari manusia yang mungkin pernah berkunjung kesana. Ketakutan ane ini ane redam sedemikian rupa sehingga tidak terlihat raut ketakutan ane. Kemudian ane membagi tugas yang selanjutnya langsung dilaksanakan. Keket dan dua orang asisten lainnya mengawasi pekerjaan kami. Ane yang masuk kedalam parit berusaha sekuat tenaga untuk bertahan. Parit tersebut dalamnya hingga seleher, dan dibawahnya ada lumpur lembek yang membuat sulit sekali untuk melangkahkan kaki. Ane sempat menangkap senyum Keket ke ane, namun ane cuekin aja.
Akhirnya penderitaan ane berakhir sudah. Praktikum lapang hari itu sudah selesai dilaksanakan. Ane langsung mencari kamar mandi terdekat untuk buru-buru mandi. Ane selalu membawa sabun kecil diransel ane buat jaga-jaga kalau ada kotor dimana-mana, bisa langsung dibersihkan. Cewek-cewek regu ane yang melihat tingkah ane ini langsung tertawa. Masa laki-laki takut kotor. Mereka nggak tahu kebiasaan ane. Sial. Selesai mandi dengan durasi cukup lama, ane kembali dengan badan yang sudah cukup bersih. Semua pakaian ane yang tadi masuk kelumpur ane buang saja. Untung ane bawa baju-baju lusuh demi jaga-jaga kalau-kalau diperlukan di tempat kotor. Dan itu terjadi.
“Gimana, seger?” kata Windy meledek.
“Heh, lo rese amat sih. Suka-suka gue lah, gue mau bersih itu hak gue kali.” Sergah ane.
“Haha, tetap aja. Lo lagian jadi cowok jijikan banget. Kita-kita aja biasa aja.” Kata Windy lagi.
“Ya itu kan lo pada, gue lain.”
“haha. Si Ija ketakutan sama kotor, cupu lo.” Alex menimpali.
Ane diam saja. Ane sempat kesal dengan kebiasaan ane ini. Tapi mau bagaimana lagi, kenyataannya seperti itu sih. Sejurus kemudian asisten mendatangi kami dan memberikan instruksi penulisan laporan akhir. Asisten ini seperti tidak mau menunggu kami untuk bersih-bersih badan dulu ya.
“Huum, ada yang uda wangi nih.” Tiba-tiba Keket mendekat ke tubuh ane dan langsung mengendus aroma tubuh ane.
“Kalau mandi itu ajak-ajak lah.” Kata Ali mengompori.
“Iya dong, mandi bareng juga nggak apa-apa.” Kata Windy iseng menggoda.
Kali ini Keket menatap tajam Windy. Dia seperti tidak suka dengan becandaan Windy tadi tapi dia hanya diam saja tidak berkata apapun.
“Becanda doang kali Ket, lo gitu amat ngeliatnya, jealous lo sama Windy? Hahaha.” Ledek ane.
“nggak kok, biasa aja.” Sangkal Keket.
Siang itu kami kembali ke rumah singgah dan melepas penat dengan tidur siang dalam waktu yang cukup lama hingga tidak terasa sudah mau magrib. Jelang magrib ane dibangunkan oleh Silfi si anak hilang.
“Ja, bangun udah mau magrib. Nanti lo kesambet.” Katanya pelan.
“Oh iya makasih Sil. Eh tumben lo bisa kedengeran suaranya.” Kata ane masih setengah sadar.
Dia Cuma tersenyum saja ketika itu. Tidak lama, muncul Keket dari dalam kamarnya lalu mengagetkan ane dengan memukul kepala ane dari belakang dengan tangan kirinya.
“Norak lo Ket.” Kata ane.
“Biarin wweeeek. Eh kan tinggal sisa dua hari nih Ja disini, nanti malam jalan-jalan yuk. Eksplor kayak waktu kita di Lombok dulu.” Kata Keket.
“Ayo boleh aja. Jalan kaki aja tapi ya, gue males minjem motor.” Kata ane.
“Iya enakan jalan kaki juga. Kali aja nemu gua lagi.” Kata Keket datar.
“Ngarep banget ketemu gua, mau ngapain emang lo?”
“Ya mau sama-sama lo lah berduaan.”
Tiba – tiba dari belakang terdengar nada istigfar beberapa rekan ane. Kebiasaan ngomong keras dan asal-asalan nggak lihat kondisi ya gini ini jadinya. Tapi sepertinya Keket tidak peduli.
“Kak, kan Kakak udah punya Bang Rama, kok malah dekatnya sama Ija sih.” Tanya Reta polos.
“Kita ini sahabatan dari habis perlombaan dulu itu loh. Cuma emang banyak orang yang nggak tahu, maklum lah, si Ija ini kan kerjaanya pacaran mulu sama Zalina. Semua orang di jurusan kita juga udah pada tau kan. Hahaha.” Jawab Keket.
“Apaan sih lo Ket.” Kata ane.
“Kenyataannya gitu kan? Gue aja nggak dikasih kesempatan loh buat ngobrol sama dia. Ketat banget pagarnya Zalina.” Kata Keket ke Reta.
“Kak, nggak takut nanti bermasalah sama Bang Rama.” Kata Windy kemudian.
“Nggak kok, gue udah bilang kalau gue sahabatan sama Ija dan dia bisa terima itu.” Kata Keket lagi.
Sehabis pernyataan itu, anak-anak serempak bilang oooo agak panjang. Mudah-mudahan mereka-mereka ini tidak ada yang jahil untuk memberitahu Rama. Tapi kayaknya sih si Keket berhasil meyakinkan Rama kalau ane memang sahabatan dengan Keket.
Selepas isya kami memutuskan untuk jalan keluar. Udara kala itu cukup sejuk sehingga agak dingin dimalam hari. Mungkin karena akan turun hujan. Ane lupa membawa payung ketika itu, karena berpikir tidak akan hujan. Keket mengenakan jaket parasut yang cukup besar ketika itu. Cupu banget kelihatannya. Tapi tetap aja cantik mau kayak gimana juga.
“Ja, maafin gue ya diawal-awak dateng kesini malah begitu ke lo. dan semua teman lo jadinya tau deh kita ini deket.” Kata Keket.
“Udah terlanjur Ket, jadi ya biarin aja lah mau gimana lagi.”
“Ja, gue mohon ya, jangan jauh-jauh dari gue.”
“Iya, tapi inget, gue punya Zalina dan lo punya Rama.”
“Iya Ja gue ngerti. Tapi beneran ya, gue takut kalo nggak deket-deket sama lo gue bisa depresi.”
“Ket, gitu banget sih lo jadi orang, bikin gue jadi susah tau nggak.”
“Gue tau ini salah, tapi hati gue nggak pernah mau kompromi Ja. Kayak yang kemarin itu terus terang aja gue jealous sama kedekatan lo dengan Windy Ja. Kayaknya dia juga suka sama lo deh.”
“apaan? Windy demen sama gue? Dia itu sukanya ngeledekin gue kali Ket.”
“Justru itu, biasanya orang yang cari perhatian lo terus, itu sebenarnya yang suka sama lo dari lama, tapi lo nya aja yang nggak sadar. Insting cewek aja ini Ja.”
“kayak detektif lo ah. Udah gitu suka main rahasia-rahasiaan lagi sama gue. Males banget gue Ket kalo lo gitu mulu.”
“beneran Ja, gue nggak akan salah perkiraan.”
“Udah lah nggak usah dipikirin kalaupun iya, ya biar aja, itu hak dia. Toh mau diapain juga gue tetep milik Zalina.”
Perjalanan dengan Keket terasa menyenangkan malam itu, tidak terasa kami sudah sampai diujung desa dan akan menyebrang ke desa sebelah jika melewati sungai dengan jembatan kayu sebagai penghubung antar desa ini. Kami memutuskan untuk kembali dan tidak sampai terlalu jauh. Dalam perjalanan ternyata turun hujan. Kami sempat berlari karena tidak menemukan tempat berteduh. Ane secara otomatis menggandeng Keket agar berlari lebih cepat. Ane melihat ada semacam pos jaga yang sudah terbengkalai dan akhirnya numpang berteduh disitu.
“Ah pake hujan segala ini.” Ujar ane.
“Sabar, ini berkah tau.” Kata Keket.
“Iya sih, tapi nanggung bentar lagi sampai kan.” Kata ane lagi.
“Udah biarin aja dulu, nanti juga sebentar reda.” Kata Keket.
“Ini desa sepi banget kaya kalau malam, kayak lagi jalan-jalan di kuburan. Haha. Padahal udah ada banyak tamu disini, tapi tetap aja sepi. Gimana kalau nggak ada kita ya?” kata ane.
“Iya emang sepi banget, ini ada orang buang mayat juga kayaknya bakal lama ketahuannya.” Keket menambahkan.
“Tapi sepi gini kadang malah banyak inspirasi tau. Jadi lebih produktif, mana HP kan susah sinyal, fokus kita jadi nggak kebelah gara-gara ngelihatin HP melulu.” Kata ane.
“Iya, kayak gue dapat inspirasi banyak dari lo, dari obrolan kita, dari kata-kata lo dan semua yang lo udah kasih ke gue. Makasih ya Ja.”
“Sama-sama Ket, tapi gue nggak bisa. Selama gue sama Zalina, itu nggak akan bisa diganggu gugat gimanapun ceritanya dan seberapa keras usaha lo Ket. Sekarang lo udah ada Rama, udahlah, belajar terima kelebihan dan kekurangannya.”
“Gue udah coba Ja selama ini, tapi tetap nggak bisa.”
“Nggak ngerti lagi jalan pikiran lo kemana Ket.”
“Entah lah, semakin gue berusaha ngelupain lo, malah makin berat dan malah nggak pingin lo jauh dari gue.”
“Lah kok aneh banget ya?”
“Nggak percaya, nih lihat aja hati gue.” Katanya sambil membusungkan dadanya. Nggak terlihat bantalan menyembulnya karena dia memakai jaket parasut.
Keket kemudian membuka jaket parasutnya dan mencoba menawarkan untuk menjadikanya sebagai payung perjalanan pulang kita. Ane menolaknya, karena hujan terlalu deras, jadi ya tetap aja akan basah. Keket ternyata memakai kaos putih ketat yang agak tipis. Kala itu dia memakai bra hitam yang terlihat sampai keluar. Senada dengan kerudung terusannya. Lengannya pendek.
“Kenapa lo? kangen sama ini? Hahaha.” Katanya menggoda ane sambil melirik ke arah dadanya.
“Ah nggak Ket. Gue kaget aja lo Cuma pake kaos tipis, pantes lo pake jaket parasut yang panas ini.” Kilah ane.
“mumpung hujan, kapan lagi Ja?” Keket menggoda ane dengan membisiki ane.
“Nggak Ket!” kata ane tegas.
Tapi Keket seperti nggak hilang akal untuk menggoda ane. Entah setan darimana yang merasukinya, dia tiba-tiba membuka kaosnya sampai keatas dagu. Terlihat bra hitam yang samar karena pencahayaan yang temaram serta guyuran hujan yang lebat. Ane mulai nggak kontrol dengan pandangan ane. Si rocky juga sudah lama sekali nggak kekar seperti ini karena aktivitas jatah menjatah ane dengan Zalina yang sudah turun drastis frekuensinya. Keket mendekatkan dadanya ke badan ane, dan tangannya mulai mengarahkan kepala ane kesela-sela belahan. Ane sempat menolak tapi akhirnya luluh.
“Bukain.” Katanya manja ditelinga ane.
“Iya.” Balas ane singkat, dan seperti terhipnotis ane menuruti kata-katanya.
Ane mencari kaitan branya dan kemudian melepasnya dengan mudah, karena sudah terbiasa. Hahaha. Bra tidak terbuka namun sudah longgar. Sepertinya sensasi seperti ini yang disukai oleh Keket. Ternyata Keket malah membuka langsung branya sehingga terlepas sempurna dari tubuhnya. Kepala ane langsung diarahkan ke dada sebelah kirinya. Ane yang dalam posisi seperti terhipnotis menurut saja ketika dia mengarahkan dan kemudian meminta untuk dijilati dan dihisap.
“Gue nggak pernah dapet kayak gini dari Rama Ja.” Katanya berbisik setengah mendesah.
Ane nggak mempedulikan apa yang dikatakannya. Ane terus beraktivitas didada sebelah kirinya. Ada beberapa tanda yang ane buat, semoga cepat hilang takutnya nanti keburu dilihat Rama, berabe urusannya. Keket menarik kepala ane keatas dan kemudian kami berciuman. Berciuman ditengah hujan deras merupakan sensasi baru buat ane dan juga Keket. Seperti biasa, Keket memperagakan ciuman pakai hatinya. Sambil terus mencium, ternyata tangan Keket menjelajah kemana-mana. Saat hampir menyentuh si rocky karena masuk kedalam celana pendek ane, ane menghentikannya. Ane memegang lengannya dan menggelengkan kepala. Lalu kami melanjutkan ciuman ini, dari hati berpindah ke nafsu. Kami melakukannya dalam waktu lama sampai akhirnya terasa sekali bibir ini seperti kesemutan. Ane tanya Keket dia juga begitu. Sesi kemudian dilanjutkan kembali, dan baru beberapa menit berlangsung HP ane bergetar. Ternyata chat dari Zalina.
“Aku sayang banget sama kamu.”
Keket sangat mengetahui kebiasaan ane. Dia sengaja memilihkan tugas untuk nyebut ke parit berlumpur. Keket, juga Zalina telah lama mengetahui kalau ane adalah orang yang menjunjung tinggi keteraturan, sangat menentang segala sesuatu yang berantakan, apalagi sampai harus kotor-kotoran jika tidak diperlukan. Ane dibentuk oleh keluarga yang sangat taat kepada kebersihan, kehigienisan, dan juga segala macam bentuk keteraturan, kerapihan , serta disiplin tinggi. Kotor sedikit, berantakan sedikit, tidak teratur sedikit, keluarga ane bakal heboh. Ini sempat mengganggu ane, tapi karena hal yang sudah pernah ane ceritakan di part-part cerita ini sebelumnya mengenai momen mudik dan mampir di desa Bi Yuni, ane harus bersusah payah berdamai dengan keadaan yang serba berkebalikan dari apa yang menjadi kebiasaan ane tersebut.
Saat itu Keket ingin ane nyebur keparit dengan harapan ane akan keluar fobianya, dan akan sangat terganggu secara mental. Tapi tidak, ane bisa berkompromi dengan situasi tersebut. Biar kata harus kotor-kotoran karena ane selalu ingin melihat segala sesuatu dari berbagai situasi dan kondisi, jadi konsekuensi yang terburuk seperti ini harus dijalani. Ane pun telah cukup terlatih menghadapi situasi yang bagi ane merupakan sebuah hambatan. Tapi ane selalu jadikan ini sebagai tantangan untuk ditaklukan.
“Gue tau lo sengaja ngambil tugas ini Ket.” Kata ane
“Takut lo ya?” kata Keket.
“Haha gue emang selalu cerita gue ini teratur, higienis, bahkan jijikan kalau ada sesuatu yang kotor, berantakan dan sebagainya. Tapi lo harus tau, gue bisa lewatin itu semua kok. Jadi percuma lo kayak gini, gue jabanin Ket. Hahaha.” Ane menjawab dengan penuh kemenangan.
“Oh, kita liat aja nanti, lo yang biasa necis gitu kalau dikampus, apa bisa nyebur parit berlumpur yang kedalamannya hampir sebadan kita.” Katanya.
“Haha, gue nggak takut Ket. Mau taruhan?”
“Apa?”
“Kalau gue bisa, lo jauh-jauh dari gue, mau kan?
“Oh itu gue nggak mau Ja, kalau ternyata lo bisa, gue bakalan sedih banget Ja, dan mungkin depresi.”
“Itu sih urusan lo Ket. Lagian kenapa sih Ket kok pingin banget sama gue?”
“Kayaknya nggak usah gue jelasin lagi udah cukup jelas Ja. Dan gue juga udah bilang kan gue bersedia untuk jadi serep.”
“Iya gue ngerti, tapi kok lo jadi kayak orang yang kehabisan stok pejantan Ket.”
“Gue kalau udah sayang dan nyaman sama orang bakalan gue perjuangin Ja. Cowok kayak lo ini cukup langka disini. Mungkin kalau yang cupu banyak ya yang sifatnya kayak lo, tapi kalau yang open minded dan nggak cupu tapi bisa bikin gue nyaman banget itu susah Ja nyarinya.”
“Udah deh Ket, capek gue denger lo ngomong gitu terus.”
“Yee, kan tadi lo yang nanya.”
“oh iya ya. hahahaha.”
Situasi berubah sangat cair dirumah itu secara tiba-tiba dari obrolan tadi. Entah kenapa ane melihat Keket yang waktu pertama kali ane kenal, bukan yang serem kayak sekarang. Makanya ane bisa becandain dia lagi.
“Udah siap-siap kan?” katanya.
“Udah tinggal jalan. Eh anak-anak kemana?” kata ane.
“Kayaknya udah jalan dari tadi Ja.”
“Silfi mana ya? gue takut sama ni anak, diem-diem banget anaknya. Tau-tau ilang aja. Bikin susah gue Ket.”
“Biarin aja udah. Yang penting ini rumah udah kosong kan?” kata Keket.
“iya kayaknya deh.” Kata ane.
Tidak pakai lama, seperti biasa Keket nyosor langsung. Semenjak kejadian dibalik meja Lab, tidak pernah ada lagi sentuhan dari bibir Keket. Tapi ane buru-buru melepas ciumannya. Ane selalu ingat Zalina. Sebagai penetralnya, ane menelpon Zalina, dan kali ini tersambung langsung. Biasanya nggak ada sinyal, kalau kirim pesan via chat nyampenya kapan-kapan. Ditanya udah makan siang, balasnya udah selesai makan malam. Rese banget providernya, mau untung doang tapi infrastrukturnya buat rakyat kecil didaerah masihlah minim.
“Ket, udah deh. Nggak usah mulai.” Kata ane mencegah.
“Maaf Ja, gue kebawa emosi. Gue seneng kita bisa baikan dan dekat lagi.” Katanya sumringah.
“Kan lo duluan yang mulai.”
“Maafin gue ya Ja.”
“Sekarang tim ini lo taro di parit juga kan sengaja karena biar lo bisa liat gue ketakutan karena liat sesuatu yang kotor, berantakan dan menjijikan. Tapi sori ya, itu udah nggak mempan lagi.”
“Iya, gue sengaja, tapi nyatanya lo malah biasa aja.”
“Banyak hal yang nggak lo tau dari gue Ket.”
“Makanya biarin gue makin deket sama lo dong. Gimana sih.”
“NOOOOOO. Hahaha.”
Ane dan Keket tertawa bersama, lalu kemudian keluar rumah bersama, ane udah bodo amat mau dibilang apa sama teman-teman sekelas ataupun para asisten.
--
Sesampainya dilokasi praktikum, ane dihadapkan pada sesuatu yang sangat mengerikan, tapi juga harus bisa ane lewati. Parit berlumpur ini sudah mana kotor, lumpurnya lembek dan agak hitam, baunya menyengat, serta banyak sisa sampah buangan limbah dari manusia yang mungkin pernah berkunjung kesana. Ketakutan ane ini ane redam sedemikian rupa sehingga tidak terlihat raut ketakutan ane. Kemudian ane membagi tugas yang selanjutnya langsung dilaksanakan. Keket dan dua orang asisten lainnya mengawasi pekerjaan kami. Ane yang masuk kedalam parit berusaha sekuat tenaga untuk bertahan. Parit tersebut dalamnya hingga seleher, dan dibawahnya ada lumpur lembek yang membuat sulit sekali untuk melangkahkan kaki. Ane sempat menangkap senyum Keket ke ane, namun ane cuekin aja.
Akhirnya penderitaan ane berakhir sudah. Praktikum lapang hari itu sudah selesai dilaksanakan. Ane langsung mencari kamar mandi terdekat untuk buru-buru mandi. Ane selalu membawa sabun kecil diransel ane buat jaga-jaga kalau ada kotor dimana-mana, bisa langsung dibersihkan. Cewek-cewek regu ane yang melihat tingkah ane ini langsung tertawa. Masa laki-laki takut kotor. Mereka nggak tahu kebiasaan ane. Sial. Selesai mandi dengan durasi cukup lama, ane kembali dengan badan yang sudah cukup bersih. Semua pakaian ane yang tadi masuk kelumpur ane buang saja. Untung ane bawa baju-baju lusuh demi jaga-jaga kalau-kalau diperlukan di tempat kotor. Dan itu terjadi.
“Gimana, seger?” kata Windy meledek.
“Heh, lo rese amat sih. Suka-suka gue lah, gue mau bersih itu hak gue kali.” Sergah ane.
“Haha, tetap aja. Lo lagian jadi cowok jijikan banget. Kita-kita aja biasa aja.” Kata Windy lagi.
“Ya itu kan lo pada, gue lain.”
“haha. Si Ija ketakutan sama kotor, cupu lo.” Alex menimpali.
Ane diam saja. Ane sempat kesal dengan kebiasaan ane ini. Tapi mau bagaimana lagi, kenyataannya seperti itu sih. Sejurus kemudian asisten mendatangi kami dan memberikan instruksi penulisan laporan akhir. Asisten ini seperti tidak mau menunggu kami untuk bersih-bersih badan dulu ya.
“Huum, ada yang uda wangi nih.” Tiba-tiba Keket mendekat ke tubuh ane dan langsung mengendus aroma tubuh ane.
“Kalau mandi itu ajak-ajak lah.” Kata Ali mengompori.
“Iya dong, mandi bareng juga nggak apa-apa.” Kata Windy iseng menggoda.
Kali ini Keket menatap tajam Windy. Dia seperti tidak suka dengan becandaan Windy tadi tapi dia hanya diam saja tidak berkata apapun.
“Becanda doang kali Ket, lo gitu amat ngeliatnya, jealous lo sama Windy? Hahaha.” Ledek ane.
“nggak kok, biasa aja.” Sangkal Keket.
Siang itu kami kembali ke rumah singgah dan melepas penat dengan tidur siang dalam waktu yang cukup lama hingga tidak terasa sudah mau magrib. Jelang magrib ane dibangunkan oleh Silfi si anak hilang.
“Ja, bangun udah mau magrib. Nanti lo kesambet.” Katanya pelan.
“Oh iya makasih Sil. Eh tumben lo bisa kedengeran suaranya.” Kata ane masih setengah sadar.
Dia Cuma tersenyum saja ketika itu. Tidak lama, muncul Keket dari dalam kamarnya lalu mengagetkan ane dengan memukul kepala ane dari belakang dengan tangan kirinya.
“Norak lo Ket.” Kata ane.
“Biarin wweeeek. Eh kan tinggal sisa dua hari nih Ja disini, nanti malam jalan-jalan yuk. Eksplor kayak waktu kita di Lombok dulu.” Kata Keket.
“Ayo boleh aja. Jalan kaki aja tapi ya, gue males minjem motor.” Kata ane.
“Iya enakan jalan kaki juga. Kali aja nemu gua lagi.” Kata Keket datar.
“Ngarep banget ketemu gua, mau ngapain emang lo?”
“Ya mau sama-sama lo lah berduaan.”
Tiba – tiba dari belakang terdengar nada istigfar beberapa rekan ane. Kebiasaan ngomong keras dan asal-asalan nggak lihat kondisi ya gini ini jadinya. Tapi sepertinya Keket tidak peduli.
“Kak, kan Kakak udah punya Bang Rama, kok malah dekatnya sama Ija sih.” Tanya Reta polos.
“Kita ini sahabatan dari habis perlombaan dulu itu loh. Cuma emang banyak orang yang nggak tahu, maklum lah, si Ija ini kan kerjaanya pacaran mulu sama Zalina. Semua orang di jurusan kita juga udah pada tau kan. Hahaha.” Jawab Keket.
“Apaan sih lo Ket.” Kata ane.
“Kenyataannya gitu kan? Gue aja nggak dikasih kesempatan loh buat ngobrol sama dia. Ketat banget pagarnya Zalina.” Kata Keket ke Reta.
“Kak, nggak takut nanti bermasalah sama Bang Rama.” Kata Windy kemudian.
“Nggak kok, gue udah bilang kalau gue sahabatan sama Ija dan dia bisa terima itu.” Kata Keket lagi.
Sehabis pernyataan itu, anak-anak serempak bilang oooo agak panjang. Mudah-mudahan mereka-mereka ini tidak ada yang jahil untuk memberitahu Rama. Tapi kayaknya sih si Keket berhasil meyakinkan Rama kalau ane memang sahabatan dengan Keket.
Selepas isya kami memutuskan untuk jalan keluar. Udara kala itu cukup sejuk sehingga agak dingin dimalam hari. Mungkin karena akan turun hujan. Ane lupa membawa payung ketika itu, karena berpikir tidak akan hujan. Keket mengenakan jaket parasut yang cukup besar ketika itu. Cupu banget kelihatannya. Tapi tetap aja cantik mau kayak gimana juga.
“Ja, maafin gue ya diawal-awak dateng kesini malah begitu ke lo. dan semua teman lo jadinya tau deh kita ini deket.” Kata Keket.
“Udah terlanjur Ket, jadi ya biarin aja lah mau gimana lagi.”
“Ja, gue mohon ya, jangan jauh-jauh dari gue.”
“Iya, tapi inget, gue punya Zalina dan lo punya Rama.”
“Iya Ja gue ngerti. Tapi beneran ya, gue takut kalo nggak deket-deket sama lo gue bisa depresi.”
“Ket, gitu banget sih lo jadi orang, bikin gue jadi susah tau nggak.”
“Gue tau ini salah, tapi hati gue nggak pernah mau kompromi Ja. Kayak yang kemarin itu terus terang aja gue jealous sama kedekatan lo dengan Windy Ja. Kayaknya dia juga suka sama lo deh.”
“apaan? Windy demen sama gue? Dia itu sukanya ngeledekin gue kali Ket.”
“Justru itu, biasanya orang yang cari perhatian lo terus, itu sebenarnya yang suka sama lo dari lama, tapi lo nya aja yang nggak sadar. Insting cewek aja ini Ja.”
“kayak detektif lo ah. Udah gitu suka main rahasia-rahasiaan lagi sama gue. Males banget gue Ket kalo lo gitu mulu.”
“beneran Ja, gue nggak akan salah perkiraan.”
“Udah lah nggak usah dipikirin kalaupun iya, ya biar aja, itu hak dia. Toh mau diapain juga gue tetep milik Zalina.”
Perjalanan dengan Keket terasa menyenangkan malam itu, tidak terasa kami sudah sampai diujung desa dan akan menyebrang ke desa sebelah jika melewati sungai dengan jembatan kayu sebagai penghubung antar desa ini. Kami memutuskan untuk kembali dan tidak sampai terlalu jauh. Dalam perjalanan ternyata turun hujan. Kami sempat berlari karena tidak menemukan tempat berteduh. Ane secara otomatis menggandeng Keket agar berlari lebih cepat. Ane melihat ada semacam pos jaga yang sudah terbengkalai dan akhirnya numpang berteduh disitu.
“Ah pake hujan segala ini.” Ujar ane.
“Sabar, ini berkah tau.” Kata Keket.
“Iya sih, tapi nanggung bentar lagi sampai kan.” Kata ane lagi.
“Udah biarin aja dulu, nanti juga sebentar reda.” Kata Keket.
“Ini desa sepi banget kaya kalau malam, kayak lagi jalan-jalan di kuburan. Haha. Padahal udah ada banyak tamu disini, tapi tetap aja sepi. Gimana kalau nggak ada kita ya?” kata ane.
“Iya emang sepi banget, ini ada orang buang mayat juga kayaknya bakal lama ketahuannya.” Keket menambahkan.
“Tapi sepi gini kadang malah banyak inspirasi tau. Jadi lebih produktif, mana HP kan susah sinyal, fokus kita jadi nggak kebelah gara-gara ngelihatin HP melulu.” Kata ane.
“Iya, kayak gue dapat inspirasi banyak dari lo, dari obrolan kita, dari kata-kata lo dan semua yang lo udah kasih ke gue. Makasih ya Ja.”
“Sama-sama Ket, tapi gue nggak bisa. Selama gue sama Zalina, itu nggak akan bisa diganggu gugat gimanapun ceritanya dan seberapa keras usaha lo Ket. Sekarang lo udah ada Rama, udahlah, belajar terima kelebihan dan kekurangannya.”
“Gue udah coba Ja selama ini, tapi tetap nggak bisa.”
“Nggak ngerti lagi jalan pikiran lo kemana Ket.”
“Entah lah, semakin gue berusaha ngelupain lo, malah makin berat dan malah nggak pingin lo jauh dari gue.”
“Lah kok aneh banget ya?”
“Nggak percaya, nih lihat aja hati gue.” Katanya sambil membusungkan dadanya. Nggak terlihat bantalan menyembulnya karena dia memakai jaket parasut.
Keket kemudian membuka jaket parasutnya dan mencoba menawarkan untuk menjadikanya sebagai payung perjalanan pulang kita. Ane menolaknya, karena hujan terlalu deras, jadi ya tetap aja akan basah. Keket ternyata memakai kaos putih ketat yang agak tipis. Kala itu dia memakai bra hitam yang terlihat sampai keluar. Senada dengan kerudung terusannya. Lengannya pendek.
“Kenapa lo? kangen sama ini? Hahaha.” Katanya menggoda ane sambil melirik ke arah dadanya.
“Ah nggak Ket. Gue kaget aja lo Cuma pake kaos tipis, pantes lo pake jaket parasut yang panas ini.” Kilah ane.
“mumpung hujan, kapan lagi Ja?” Keket menggoda ane dengan membisiki ane.
“Nggak Ket!” kata ane tegas.
Tapi Keket seperti nggak hilang akal untuk menggoda ane. Entah setan darimana yang merasukinya, dia tiba-tiba membuka kaosnya sampai keatas dagu. Terlihat bra hitam yang samar karena pencahayaan yang temaram serta guyuran hujan yang lebat. Ane mulai nggak kontrol dengan pandangan ane. Si rocky juga sudah lama sekali nggak kekar seperti ini karena aktivitas jatah menjatah ane dengan Zalina yang sudah turun drastis frekuensinya. Keket mendekatkan dadanya ke badan ane, dan tangannya mulai mengarahkan kepala ane kesela-sela belahan. Ane sempat menolak tapi akhirnya luluh.
“Bukain.” Katanya manja ditelinga ane.
“Iya.” Balas ane singkat, dan seperti terhipnotis ane menuruti kata-katanya.
Ane mencari kaitan branya dan kemudian melepasnya dengan mudah, karena sudah terbiasa. Hahaha. Bra tidak terbuka namun sudah longgar. Sepertinya sensasi seperti ini yang disukai oleh Keket. Ternyata Keket malah membuka langsung branya sehingga terlepas sempurna dari tubuhnya. Kepala ane langsung diarahkan ke dada sebelah kirinya. Ane yang dalam posisi seperti terhipnotis menurut saja ketika dia mengarahkan dan kemudian meminta untuk dijilati dan dihisap.
“Gue nggak pernah dapet kayak gini dari Rama Ja.” Katanya berbisik setengah mendesah.
Ane nggak mempedulikan apa yang dikatakannya. Ane terus beraktivitas didada sebelah kirinya. Ada beberapa tanda yang ane buat, semoga cepat hilang takutnya nanti keburu dilihat Rama, berabe urusannya. Keket menarik kepala ane keatas dan kemudian kami berciuman. Berciuman ditengah hujan deras merupakan sensasi baru buat ane dan juga Keket. Seperti biasa, Keket memperagakan ciuman pakai hatinya. Sambil terus mencium, ternyata tangan Keket menjelajah kemana-mana. Saat hampir menyentuh si rocky karena masuk kedalam celana pendek ane, ane menghentikannya. Ane memegang lengannya dan menggelengkan kepala. Lalu kami melanjutkan ciuman ini, dari hati berpindah ke nafsu. Kami melakukannya dalam waktu lama sampai akhirnya terasa sekali bibir ini seperti kesemutan. Ane tanya Keket dia juga begitu. Sesi kemudian dilanjutkan kembali, dan baru beberapa menit berlangsung HP ane bergetar. Ternyata chat dari Zalina.
“Aku sayang banget sama kamu.”
Diubah oleh yanagi92055 26-08-2019 08:44
itkgid dan 24 lainnya memberi reputasi
25
Tutup
Zalina, 95% mirip Tala Ashe
Anin, 85% mirip Beby Cesara
Keket, 95% mirip, ane nggak kenal siapa ini, nemu di google
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/08/30/10668384_20190830043503.jpg)
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/08/30/10668384_20190830043009.jpg)
Mulustrasi Ara, waktu masih SMA, 96% mirip![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/09/12/10668384_201909120424500824.png)
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/09/13/10668384_201909130223080915.png)
serta apresiasi cendol