- Beranda
- Stories from the Heart
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]
...
TS
yanagi92055
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]
Selamat Datang di Thread Ane Gan/Sis
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2020/05/20/10668384_20200520011303.jpg)
Kali ini ane ingin sekali bercerita tentang seluk beluk perjalanan cinta ane yang mana sudah lama banget mau ane ceritakan, karena ane cukup mual juga kalau memendam kisah-kisah ini terlalu lama, ada yang mengganjal dihati, hitung-hitung sebagai penebusan dosa..hehe.. Mohon maaf juga sebelumnya karena ane masih nubie, mohon bimbingannya ya gan sis agar trit menjadi lebih menarik untuk dibaca.
Terima kasih Gan Sis telah mendukung dan membaca Trit ini sehingga bisa menjadi HT di bidang STORY. Semoga kedepannya ane selalu bisa memperbaiki tulisan ini dengan baik sehingga semakin enak dibaca.
Spoiler for INDEX:
Spoiler for "You":
Spoiler for MULUSTRASI:
Spoiler for Peraturan:
Selamat membaca kisah ane yang menurut ane seru ini ya gan/sis.
Menurut ane, lagu ini kurang lebih mewakili diri ane di masa lalu gan sis
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Diubah oleh yanagi92055 20-05-2020 13:13
DayatMadridista dan 113 lainnya memberi reputasi
106
465.6K
4.3K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
yanagi92055
#334
Jalan Ke Mall Yuk
Satu bulan berlalu sejak kejadian di kamar tamu itu, ane dan Zalina menjalani hubungan normal, jarang minta jatah, tapi entah kenapa terasa hangat. Ane menemukan Zalina yang normal seperti sebelum ane apa-apain. Tetapi disinilah jeleknya.
Ketika hubungan ini sedang berjalan baik, ada aja godaannya. Keket terus menghubungi ane, sekedar ngobrol ringan, bahkan sampai ngajak jalan. Dia sudah kembali dari Sumedang sana ke kostannya. Sementara liburan masih ada sisa sekitar satu setengah bulan lagi.
Ane sempat tergoda untuk datang ke kostannya menemaninya. Tapi ane nggak mau kehilangan momentum memperbaiki hubungan dengan Zalina. Ane belajar untuk memaafkan kebohongan Zalina karena ane pun sama, telah berbohong sama dia.
"Ke mall yuk sayang. Di Jakarta aja tapi ya?" Kata Zalina.
"Ayuk, mau beli apa Lin emangnya?"
"Aku mau ngeledekin orang-orang kaya kamu." Jawabnya datar.
"Lah seriusan ini? Hahaha. Kenapa tiba-tiba jadi kayak gitu kamu mikirnya?"
"Kayaknya seru aja ngisi liburan. Hihi." Katanya centil.
"Yaudah, aku jemput ya. Tapi eh, mau pakai mobil aku apa kamu?" Tanya ane.
"Kita naik angkutan umum yuk, naik kereta terus bis terus angkot kayaknya seru." Katanya semangat.
"Wah berita bagus banget nih. Kamu lagi kesambet apaan sih? Hehehe." Tanya ane.
"Aku lagi pengen nyoba sesuatu yang jarang aja Ja."
"Oke deh, mudah-mudahan sikap gini ketanam terus ya sayang, makin cinta aku sama kamu deh nanti. Hehe."
"Nggak usah gombal kamu Ja. Huh." Katanya sok jutek.
"Makin jutek makin lucu kamu Lin."
"Bodo amat weeeek."
"Janjian di stasiun aja ya." Kata ane.
"Okey. Aku siap-siap dulu ya." Sahut dia.
Ane menemukan keindahan lagi dalam menjalani hubungan dengan Zalina. Tapi ane agak takut kalau lagi jalan dengan Zalina. Kami memang nggak suka saling cek ponsel, tapi terkadang pop up notifikasi suka muncul. Jadinya ane atur supaya nggak muncul otomatis. Keket kalau ngehubungin ane suka nggak tau waktu.
Ane mengetik pesan dulu untuk Keket.
Quote:
Ane janjian di satu stasiun untuk menunggu kereta datang. Tidak lama kemudian Zalina datang dengan penampilan agak lain. Rambutnya diwarnai dengan warna highlight kuning pudar kecoklatan. Menurut ane aneh, tapi tetap terlihat cantik. Dia memakai kemeja flanel biru tua corak kotak kotak hitam, celana jeans biru skinny dipadukan dengan sneakers converse warna senada. Ane memakai pakaian yang kurang lebih sama, tapi warnanya merah. Pada iri nih pasti orang-orang di stasiun. Cantik ketemu ganteng, pikir ane. Hahaha.
"Kamu kok nggak bilang-bilang mau cat rambut?" Tanya ane.
"Kan kejutan sayang. Hihi." Jawabnya, diiringi senyum yang cerah, secerah siang itu.
"Kita ngapain sih ke mall siang-siang? Kan sore apa malem juga bisa." Ane protes.
"Biar lain aja, sensasi kalau ke mall weekend dan sore udah biasa, kalau siang dan hari kerja kayaknya bakalan lain kan?" Katanya.
Benar juga. Kayak apa ya kondisi mall kalau di hari kerja kayak gini. Sepi apa tetap rame? Sekapitalis apa dan sekonsumtif apa sih warga ibukota atau warga yang datang ke ibukota untuk belanja di mall?
"Ide bagus ya. Kita bisa lihat nanti negara ini makmur apa nggak ya dari banyaknya orang yang datang ke mall kayaknya. Haha." Kata ane.
Kereta tidak lama datang dan membawa kami.
"Seru nih, keretanya longgar banget." Kata Zalina.
"Iya, sama kaya itu kamu." Kata ane sambil menunjuk kebawah.
"Ih emang iya? Udah nggak rapet lagi ya?" Katanya.
"Ssstt...bisa nggak sih pelan-pelan ngomongnya? Itu pada ngeliatin orang. Hehehe." Kata ane hati-hati.
"Upps. Hehehe. Maaf aku kelepasan. Eh emang iya?"
"Iya kurang ngegrip gan....." Kata ane menirukan bahasa forum tercinta.
"Masa sih? Umm, yaudah deh nanti aku coba cari diinternet biar rapet lagi harus kayak gimana, terapinya gimana, yang penting kamunya senang. Ya sayang?" Katanya.
Ane merasa kayak sultan ketika itu. Gile, cewek ini seperti mau menebus kesalahannya dengan cara mau menuruti apa aja mau ane. Padahal ane cuma becanda tadi.
"Tapi jangan lupa ya, kalau aku bilang pingin dikasarin, kita main kasar ya." Kata Zalina, suaranya agak keras lagi.
Ane melihat cewek muda, mungkin seumur kami, melirik tajam ke arah Zalina. Entah heran, atau malah kepo. Hahaha.
"Beres. Tapi pelanin suaranya. Ah kamu mah." Kata ane.
"Ohhh iya iya, maaf aku kesenengan Ja soalnya. Hehehe." Ujar Zalina sembari tertawa kecil.
Kereta yang membawa kami telah sampai pada stasiun tujuan kami. Dari sini kami menyampung menggunakan bis kota yang kala itu belum sebagus sekarang. Ane sadar banyak yang memperhatikan kami ketika ada di bis tersebut. Ane malah senang melihatnya. Jadi pusat perhatian itu memang menyenangkan. Hahaha.
--
Sesampainya di mall, kami mencari resto dulu karena sudah pada lapar. Ane memilih restoran yang menyediakan makanan dari tiongkok, tapi yang tidak ada babinya tentunya. Kami masuk kemudian dilayani dengan ramah oleh pelayan resto tersebut. Kami memilih makanan dan minuman. Tidak lama kemudian makanan sudah siap dihidangkan. Luar biasa sekali ini kecepatan pelayanannya.
"Ja, dulu kamu waktu kecil suka makan ditempat kayak gini ya?" Tanya Zalina.
"Iya, dulu papa mamaku suka ngajarin aku makan ditempat-tempat yang nggak umum kayak gini. Alasannya biar nanti di masa depan tau berbagai macam jenis makanan, cara makannya dan filosofi apa yang terkandung didalam cara makan dan menghidangkan itu." Jelas ane.
"Wah, hebat ya mikirnya sampai segitunya. Aku sih yang penting bisa makan kenyang dan enak aja udah cukup. Hehehe." Katanya.
"Ya mungkin orangtua sedang mempersiapkan sesuatu buat anak-anaknya kan, kita nggak pernah tau." Kata ane.
"Aku bahagia Ja punya kamu. Maafin aku ya. Maaf banget."
"Lah kok tau-tau kamu minta maaf? Kenapa Lin?"
"Nggak apa-apa sih Ja, cuma aku kadang suka ngerasa bersalah sama kamu."
"Hey, jujur sama aku. Kamu kenapa?"
"Nggak, nggak apa-apa, aku cuma ingat kejadian dirumah kamu itu." Raut mukanya berubah.
"Udah lah, kan kita udah saling memaafkan, jadi lupain, kita belajar dari yang kejadian dulu itu. Oke sayang?”
"Ja......"
"Ape?”
"Aku sayang kamu banget tau nggak sih?" Katanya sambil menunjukkan ekspresi gemas.
Malah ane yang jadi gemas lihatnya. Kalau bisa ane angkut ke kamar mandi langsung garap juga nih. Hahaha.
"Aku juga sayang." Kata ane.
"Siapa?"
"Kamu lah."
"Siapa nanya?"
Wah, sialan ane kejebak lagi permainan kayak gini. Haha. Tapi nggak apa-apa, hubungan ane ini ane harapkan akan semakin membaik. Pada saat ane melamun sedikit tiba-tiba ada ribut kecil di dapur restoran yang terdengar oleh ane dan Zalina. Intinya, atasan memarahi bawahan. Lalu si atasan keluar dari balik dapur, dan ane serta Zalina kompak kagetnya.
Anin.
Anin yang kami lihat keluar dari balik dapur. Ane langsung malas melihatnya, apalagi Zalina. Kami sepakat untuk buang muka, tapi dasar Anin sepertinya punya radar pelacak si rocky, dia langsung tahu kami ada di kursi pelanggan.
"Well well well. Look who's this? Prince charming and a popular bitch is in da house!!" Ujarnya lantang dan penuh tawa kemenangan.
"Kamu udah selesai kan? Ayo cepetan ah kita cabut males aku ada per*k ini." Kata Zalina sangat ketus.
"Iya udah, ayo aku juga mau cabut, males liat si Anin." Kata ane.
"Buru-buru banget, baru gue mau sambut dua tamu kehormatan resto ini. Please welcome, a beauty-some couple!" Kata Anin lalu dibarengi dengan senyum ramah seluruh pegawai yang terlihat oleh ane.
NB : Beauty-someadalah semacam singkatan dari beauty and handsome, yang berlaku di lingkungan kampus ane jika terlihat ada pasangan yang dirasa ganteng, keren, atau yang bagus-bagus lainnya, ketemu sama cewek yang dirasa cantik, kece dan yang bagus-bagus lainnya juga.
"Lo mau pada kemana? Santai aja dulu. Lo pasti heran kan kenapa gue ada disini? Biar gue jelasin." Kata Anin kemudian duduk disebelah ane.
Melihat pemandangan ini Zalina pasang tampang super jutek. Tapi akhirnya dia mau menyimak apa yang Anin mau sampaikan, setelah dapat kode tangan dari ane.
"Jadi ini tuh bisnis keluarga gue, udah cukup lama, tapi emang franchise resto ini baru aja dibeli sama usaha keluarga gue. Dan gue disini lagi belajar kerja, bantu-bantu om gue yang ngelola resto ini." Kata Anin.
"Terus apa untungnya buat gue dan Zalina?" Kata ane.
"Lo bisa kok gue kasih makan gratis disini sebanyak yang lo mau, apalagi lo Lin, lo kan sahabat gue, free terus lah buat lo, nggak masalah kok. Hahaha." Katanya lagi.
"Nggak usah, makasih. Gue masih punya uang untuk bayar makan di resto ini." Kata Zalina yang mulai emosi. Ane menenangkannya dengan memegang tangannya. Ane duduk berhadapan dengannya dan bersebelahan dengan Anin.
"Bisa nggak itu tangan nggak usah pegang-pegang di tempat umum, norak banget deh." Ledek Anin dengan logat anak selatannya yang kental dan sedikit menghina.
"Terus sekarang mau lo apa Nin? Bisa nggak sih nggak gangguin kita terus?" Kata Zalina. Dia udah emosi banget.
"Mau gue? Ya kalian putus lah. Dan minimal gue bisa menikmati service Ija dengan maksimal. Gue tau lo makin liar aja Lin fantasinya, ngaku lo. Itu karena lo ketagihan sama Ija kan?"
Zalina hanya diam saja dan ane lihat matanya mulai berkaca-kaca. Tahan. Tahan. Ini bisa diatasi.
"Udah deh Nin, awas gue mau lewat, gue mau bayar, dan gue nggak perlu tau lagi apa yang lo punya, lo mau apa, lo mau banting-banting barang di dapur juga gue bodo amat Nin." Kata ane jadi ikutan kesal.
"Buat kalian berdua free. Ok? I'm sorry. Kalau gue udah nyinggung kalian. Ya?" Kata Anin tiba-tiba, seperti orang yang menyesal akan kehilangan teman.
"Lo kesambet? Tadi sombong banget sekarang kaya orang panik takut kehilangan teman." Kata Zalina meledek.
"Gue cuma mau kasih service yang baik buat teman-teman baik gue." Kata Anin.
"Minggir, gue mau bayar. Terserah lo mau ngomong apa." Kata ane.
Ketika ane bayar, ane melihat ada obrolan antara Anin dan Zalina. Ane nggak tahu mereka ngobrolin apa. Ane nggak peduli juga. Dan setelah pulang pun ane nggak menanyakan apa yang diomongin Anin ke Zalina.
Anin mulai ngeganggu lagi nih. Pikir ane.
Keket gimana Keket? Aduuuh ini lagi. Pusing pala bawah, eh pusing pala ane.
itkgid dan 24 lainnya memberi reputasi
25
Zalina, 95% mirip Tala Ashe
Anin, 85% mirip Beby Cesara
Keket, 95% mirip, ane nggak kenal siapa ini, nemu di google
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/08/30/10668384_20190830043503.jpg)
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/08/30/10668384_20190830043009.jpg)
Mulustrasi Ara, waktu masih SMA, 96% mirip![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/09/12/10668384_201909120424500824.png)
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/09/13/10668384_201909130223080915.png)
serta apresiasi cendol
"