- Beranda
- Stories from the Heart
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]
...
TS
yanagi92055
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]
Selamat Datang di Thread Ane Gan/Sis
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2020/05/20/10668384_20200520011303.jpg)
Kali ini ane ingin sekali bercerita tentang seluk beluk perjalanan cinta ane yang mana sudah lama banget mau ane ceritakan, karena ane cukup mual juga kalau memendam kisah-kisah ini terlalu lama, ada yang mengganjal dihati, hitung-hitung sebagai penebusan dosa..hehe.. Mohon maaf juga sebelumnya karena ane masih nubie, mohon bimbingannya ya gan sis agar trit menjadi lebih menarik untuk dibaca.
Terima kasih Gan Sis telah mendukung dan membaca Trit ini sehingga bisa menjadi HT di bidang STORY. Semoga kedepannya ane selalu bisa memperbaiki tulisan ini dengan baik sehingga semakin enak dibaca.
Spoiler for INDEX:
Spoiler for "You":
Spoiler for MULUSTRASI:
Spoiler for Peraturan:
Selamat membaca kisah ane yang menurut ane seru ini ya gan/sis.
Menurut ane, lagu ini kurang lebih mewakili diri ane di masa lalu gan sis
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Diubah oleh yanagi92055 20-05-2020 13:13
DayatMadridista dan 113 lainnya memberi reputasi
106
465.7K
4.3K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•1Anggota
Tampilkan semua post
TS
yanagi92055
#236
Lombok Seru_Part 3
Waktu menunjukkan pukul 19.00. bukan habis magrib, tapi habis isya ane ajak Keket keluar. Ane mengajaknya jalan dipesisir pantai, menikmati deburan ombak yang sudah masuk fase pasang. Ketika itu purnama, sehingga air laut mengalami pasang tertingginya. Seru banget dengan kesederhanaan ini. Jalan dipinggir pantai dengan mantannya teman, yang populer, pintar tapi nasibnya kurang beruntung. Ane lebih banyak menjadi iba dengan kisah hidup Keket, walaupun modus tetap jalan terus.
“Ada dimana sih guanya?” tanya Keket.
“Masih agak jauhan Ket, udah kita nikmatin aja jalan-jalan dipinggir pantai, gelap-gelapan sambil diterangin sinar bulan.” Jawab ane.
“Kalau gue cape, lo gendong gue baliknya ya.”
“Ya gue tinggal aja, ngapain gue susah-susah ngangkat lo, bobot tubuh lo bikin gue makin kerempeng nanti. Hahaha.”
“Lo ngeledek gue gendut maksud lo?”
“Bobot tubuh nggak selalu terkait sama bentuk tubuh kali. Anak aksel mikirnya sensi bener sih. Logis dikit lah. Hahaha.”
“Gue males sama cowok yang suka komentarin badan gue Ja. Kayak nggak ada yang bisa dikomentarin aja.”
“Ya abis muka lo, bodi lo, itu bisa dijadiin bahan omongan Ket. Hehe.”
“Maksud lo?”
“Lo tu cakep Ket, banyak yang mau deket sama lo karena faktor ini, tapi kalau dikampus lo kan selalu pakai kemeja yang agak longgar jadi ga terlalu keliatan bentuk tubuh lo. Tapi gue termasuk yang beruntung, karena udah pernah liat bentuk badan lo, udah ditindih juga lagi, pakai bonus tok*t yang neymbul didada gue. Hehehehe.”
“Sialan lo. emang gue kayak gitu Ja? Berpenampilan menarik kalau kata orang.”
“Nggak sih Ket, gue boong doang kok tadi. haha.”
“Ijaaaa. Jahat lo ya, nggak bisa lihat orang senang. Awas lo ya.” kata Keket yang mengejar ane karena ane lari kecil meninggalkan dia.
Kami berlari-lari berkejaran dipinggir pantai sambil sesekali menyipratkan air laut ke tubuh. Menurut kami itu mengasyikkan sekali. Tidak terasa kami sudah sampai di gugusan karang yang cukup jauh. Kami memasuki gua yang tidak terlalu besar itu.
“Seru juga ya jadi orang primitif. Sembunyi dari cuaca buruk maupun binatang buas disini. Terus makan disini, bikin anak juga disini.” Ane memancing percakapan.
“Haha. Iya bener tuh Ja. Seru juga ya. apalagi kalau kita bisa bikin api unggun. Tapi aneh ya, alasnya banyak pasir, jadi nggak tajam kalau diinjak atau ditidurin.” Kata Keket.
“Eh gue bawa ini buat lo. buat kita, pas ada dua.” Ane mengeluarkan Kit Kat yang ada dikantong.
“Lo bawa Ja? Ih makasih ya. gue suka coklat. Apalagi makan sama lo. hahaha.” Goda Keket.
“Ye, mau ngerayu gue lo ya? ketagihan ciuman sama gue lo?” ane tembak langsung saja.
“Haha, kalau iya, emang kenapa? Nggak suka lo ciuman sama cewek populer dan top seantero fakultas? Hahaha.” Kata Keket bangga.
Kena lo Ket. Kepancing kan. Hehehehe.
“Suka lah, Cuma gue masih kepikiran Zalina disana Ket. Bingung gue sama perasaan gue sendiri.” Kata ane coba memelas. Tapi kalau bimbang, ane bimbang saat itu.
“Udah lah, nggak usah mikirin dia terus. Lo kan disini mau senang-senang, toh dia juga belum ngehubungin lo kan seharian ini?”
“Kok lo tau Zalina belum ngehubungin gue hari ini?”
“Tau dong, gue gitu. Hehehe. Yuk dimakan.”
“Ah lo mah rahasia-rahasiaan. Ngomong, atau gue cium.”
Diluar dugaan, ane yang disosor duluan. Aduh enak bener, pernah disosor Zalina, Anin, sekarang Keket. Hoki gede emang deh. Hahaha. Sekecupan tipis mendarat di bibir ane.
“Gue nggak akan ngomong gimana gue bisa tau, karena gue lebih senang ciuman sama lo.”
Waduuuh. Ini dia nih. Bikin panas dingin ane pernyataannya si Keket barusan. Ane jadi serba salah, tapi setan dikepala bilang, kapan lagi. Sikat aja udah, nggak ada yang tau ini.
“Emang apa enaknya ciuman sama gue Ket?” kata ane, rencananya memancing suasana biar makin panas.
“Enak aja. Kaya ciuman sama pacar sendiri. Abis nyaman banget sih.” Katanya santai.
“Kita kan belum lama kenal Ket, kok lo bisa bilang begitu?” tanya ane.
“Nyaman nggaknya seseorang terhadap orang lain itu nggak ditentuin kuantitas waktu bertemunya kali Ja, tapi ya itu datang sendiri. Cepat lambatnya ya masalah waktu aja, lo aja yang bisa bikin gue nyaman dalam waktu singkat. Itu keahlian lo kali.” Jawabnya.
Keahlian? Wah ini perlu dikaji lebih dalam dengan menggunakan lebih banyak sampel dong ya mestinya biar makin valid teorinya. Hahaha.
“Iya sih bener itu. Tapi kan…”
“Lo mau ciuman, atau nggak?” kata Keket memotong omongan ane.
“Ayo deh” kata ane singkat.
Keket langsung mendaratkan ciumannya ke bibir ane dengan lembut. Ciuman ini yang sudah lama nggak ane rasakan dengan Zalina. Ciuman dengan hati yang tulus dan bukan karena hasrat yang menggebu semata. Ciuman ini terasa sangat luar biasa karena Keket sangat telaten memainkan bibirnya dibibir ane. Sensasi semakin panas karena kemudian dia mulai memainkan lidahnya. Aduh, ngeliat mukanya dari jauh udah bikin khayalan kemana-mana, lah ini sekarang ane malah sangat dekat, bahkan menempel dengannya. Kejutan lainnya datang. Keket mulai menciumi tidak hanya bibir, tetapi pipi ane, kemudian sampai ke leher-leher.
“Ket, kalo lo bikin tanda, gue juga bikin tanda buat lo.”
“Biarin weeek.” Kata Keket, sambil menjulurkan lidah.
Ane benar-benar nggak bisa nolak Keket waktu itu. Gila banget ini anak sensasinya. Tapi disisi lain ane juga bergulat dengan perasaan, apa ane beneran jatuh hati sama Keket kalau udah kayak gini? Ane bingung, tapi ane nikmati aja permainannya Keket. Kali ini ane membiarkan dia yang pegang kendali. Nyatanya Keket masih awam. Banyak yang dia tidak tahu. Sama seperti Zalina dulu diawal. Ane mau mengajarkan tapi ane tidak sampai hati karena ane tahu hubungan ini nggak benar. Namun….
“Biasanya kalau udah sampai dileher, ngapain lagi sih? Tanyanya tiba-tiba.
“Eeeh..oohh, lo mau tau terus dipraktekin langsung apa gimana?” tanya balik ane.
“Mau tau dulu, kalo gue rasa seru, cobain yuk.”
“Hayuuk aja gue mah Ket. Hehehe.” Kata ane semangat.
Ane sudah lupa total dengan keberadaan Zalina. Maaf. Ini salah. Tapi ini enak. Gimana dong.
“Ket, kalau selanjutnya biasanya buka baju dulu, nggak usah semua, tapi bagian depan aja.” Kata ane.
“Hmmm..gini?” kata Keket sambil membuka kaosnya dibagian depan.
Terlihat bra berwana hitam dengan renda tipis didepan ane. Godaan setan yang akhirnya mengalahkan ane.
“Lo tuh ngapain aja sih sama si Alen atau sama mantan-mantan lo?” tanya ane kepo.
“Cium-ciuman sama saling pegang aja. Tapi nggak buka-buka baju kayak gini.” Jawabnya.
“Terus berarti nggak eksplorasi sampe kesini, terus kesitu dong?” kata ane sambil menunjuk dadanya, kemudian ke selangkangan.
“Nggak Ja. Gue takut.” Katanya.
“Oh yaudah kalau gitu kita segini aja. Gue nggak mau kalau lo nya nolak.” Kata ane sok pahlawan padahal ngarep lebih.
“Kayaknya gue mau coba, tapi yang atas aja ya? gue takut kalau yang bawah Ja.”
“Beneran nggak apa-apa? Punya lo ini lo kasih pertama buat gue nggak apa-apa?” tanya ane. Pertanyaan ini selalu keluar untuk meyakinkan pihak cewek, mereka bersedia, bukan paksaan.
Keket Cuma mengangguk, ragu tapi mau dan penasaran.
Ane perlahan mendekati gunung kembar milik Keket yang masih terbungkus. Ane mulai dengan menciumi bagian tengah yang membentuk belahan. Enak banget dan wanginya nagih. Empuk sekali, karena memang ukurannya agak besar ya, maklum turunan bule. Haha. Keket secara otomatis menjambak rambut ane ketika dia merasa geli atau enak. Tangan kirinya memegangi rambut ane, sementara tangan kanannya mendorong kepala ane maju kedekapannya. Hoki benerrrrr….
Tangan ane sekarang berada dipinggangnya yang tidak tertutup kaos. Ane gerakkan tangan naik turun kepunggung sampai kembali ke pinggang, perlahan dan berulang. Pada akhirnya, pengait bra yang menjadi target utama ane bisa ane lepaskan. Bra tidak terlepas, tapi sudah longgar. Kemudian ane kembali mencium bibirnya dan tangan ane pindah kedepan, kebagian dada. Ane raba dari bawah lipatan gunung kembarnya, perlahan dan ane rasakan ciumannya jadi agak kencang, sampai akhirnya ane berhasil menggenggam keseluruhan dua gunung kembarnya. Satu genggaman tangan ane ternyata tidak cukup untuk menggenggamnya. Wah ukurannya lebih gede dari yang ane kira.
Dengan pencahayaan dari dua HP menggunakan flash, ane tidak bisa melihat secara leluasa, tapi cukup terlihat. Ane mulai turun kembali ke dadanya. Bra sudah ane angkat sampai kedekat leher dan ane melihat langsung dari dekat gunung kembar Keket. Kalau yang senang dengan JAV atau para lawan main Johny Sins, pasti ingin merasakan gunung kembar yang ujungnya agak pink dan bukan coklat muda atau coklat tua. Nah ane sekarang berhadapan dengan yang warnanya agak pink ini. Hoki nggak tuh namanya. Hehehe.
Tidak menunggu waktu lama, ane langsung hisap saja. Dia mengerang keenakan. Lenguhannya malah membuat ane jadi bernafsu, tapi untungnya bisa ane tahan. Ane dorong Keket kebelakang dekat ujung gua agar ada sandaran. Jadi tubuh Keket tidak capek untuk menahan dorongan dan sedotan ini. Tidak lupa ane juga memberikan beberapa tanda yang nggak bakal hilang minimal 2 hari kedepan. Dengan kulit kuning langsatnya, tanda-tanda merah tersebut akan terlihat jelas minimal untuk dirinya sendiri. Ane cukup lama bermain-main dengan gunung kembar Keket, sebelum akhirnya menyelesaikan dengan ciuman pakai hati dibibir Keket. Kentang banget. Mau dimuntahkan tapi takut bablas. Nggak muntah malah takut meriang. Tapi ane memilih untuk tahan.
“Ja, sensasinya seru banget ya.” katanya.
“Iya dong, gue gitu.” Kata ane bangga.
“Gue baru pertama kali kayak gitu Ja, dan bukan sama pacar lagi.”
“Kan tadi lo bilang nggak apa-apa.”
“Gue nggak nyalahin lo. gue Cuma bilang gue kaya gitu pertama kali bukan sama pacar, tapi sama orang yang bikin hati gue meleleh.”
Mati. Keket kayaknya beneran jatuh hati sama ane. Ane yang tadinya bimbang, sempat terbawa suasana juga ingin mengatakan hal yang sama, tapi urung ane ucapkan karena ane mengingat Zalina. Ane Cuma senyum kecil aja sambil mencium kening Keket. Udah belajar jadi orang gila ini ane.
“Ja, kalau nanti lo putus, kabarin gue ya, gue udah nggak sabar mau jadian sama lo, biar bisa milikin lo seutuhnya.” Kata dia tiba-tiba.
“Loh, kok gitu? Gue cinta Zalina Ket, kan udah gue bilang diawal.” Kata ane.
“Hmm, iya gue ngerti Ja, tapi nggak ada salahnya juga kan mencoba mencari peluang.” Katanya.
“Iya, tapi terserah lo Ket, gue nggak mau lo habiskan waktu lo buat nunggu gue, yang mana masa depan hubungan gue sama Zalina aja belum tau.”
“Iya nggak apa-apa gue ngerti Ja. Maafin gue ya. gue janji kok nggak akan ngusik lo sama Zalina. Tapi kalau lo datang ke gue dan mau kayak gini sama gue, no problem juga.”
Aduh. Ini nih yang bikin nggak kuat. Dulu Anin kayak gini, sekarang ketambahan Keket lagi. Mau jadi don juan raja minyak apa gimana sih? Otak ane susah berpikir untuk sampai kearah situ. Ane Cuma berpikir kenapa yang dekat dengan ane pada jadi nagih kayak gini. Ane jadi berpikir agak seram juga kalau cewek dikasih peluang, apakah akan jadi begini semua, atau bagaimana?
“Balik yuk ke resor.” Kata ane singkat.
“Ayo, gue mau rebahan disofa sama lo ya nanti.” Katanya.
“silakan, tapi tahan-tahan kalau banyak yang komat kamit istigfar ya. hahaha.”
“aah bodo amat lah, yang penting gue enak.”
“Dasar lo ah.” Ujar ane singkat.
Kami pun kembali ke resor dengan hati gembira, tapi buat ane, ane makin bimbang dengan keadaan yang ada. Keket benar-benar mengalihkan dunia ane. Bahaya.
“Ada dimana sih guanya?” tanya Keket.
“Masih agak jauhan Ket, udah kita nikmatin aja jalan-jalan dipinggir pantai, gelap-gelapan sambil diterangin sinar bulan.” Jawab ane.
“Kalau gue cape, lo gendong gue baliknya ya.”
“Ya gue tinggal aja, ngapain gue susah-susah ngangkat lo, bobot tubuh lo bikin gue makin kerempeng nanti. Hahaha.”
“Lo ngeledek gue gendut maksud lo?”
“Bobot tubuh nggak selalu terkait sama bentuk tubuh kali. Anak aksel mikirnya sensi bener sih. Logis dikit lah. Hahaha.”
“Gue males sama cowok yang suka komentarin badan gue Ja. Kayak nggak ada yang bisa dikomentarin aja.”
“Ya abis muka lo, bodi lo, itu bisa dijadiin bahan omongan Ket. Hehe.”
“Maksud lo?”
“Lo tu cakep Ket, banyak yang mau deket sama lo karena faktor ini, tapi kalau dikampus lo kan selalu pakai kemeja yang agak longgar jadi ga terlalu keliatan bentuk tubuh lo. Tapi gue termasuk yang beruntung, karena udah pernah liat bentuk badan lo, udah ditindih juga lagi, pakai bonus tok*t yang neymbul didada gue. Hehehehe.”
“Sialan lo. emang gue kayak gitu Ja? Berpenampilan menarik kalau kata orang.”
“Nggak sih Ket, gue boong doang kok tadi. haha.”
“Ijaaaa. Jahat lo ya, nggak bisa lihat orang senang. Awas lo ya.” kata Keket yang mengejar ane karena ane lari kecil meninggalkan dia.
Kami berlari-lari berkejaran dipinggir pantai sambil sesekali menyipratkan air laut ke tubuh. Menurut kami itu mengasyikkan sekali. Tidak terasa kami sudah sampai di gugusan karang yang cukup jauh. Kami memasuki gua yang tidak terlalu besar itu.
“Seru juga ya jadi orang primitif. Sembunyi dari cuaca buruk maupun binatang buas disini. Terus makan disini, bikin anak juga disini.” Ane memancing percakapan.
“Haha. Iya bener tuh Ja. Seru juga ya. apalagi kalau kita bisa bikin api unggun. Tapi aneh ya, alasnya banyak pasir, jadi nggak tajam kalau diinjak atau ditidurin.” Kata Keket.
“Eh gue bawa ini buat lo. buat kita, pas ada dua.” Ane mengeluarkan Kit Kat yang ada dikantong.
“Lo bawa Ja? Ih makasih ya. gue suka coklat. Apalagi makan sama lo. hahaha.” Goda Keket.
“Ye, mau ngerayu gue lo ya? ketagihan ciuman sama gue lo?” ane tembak langsung saja.
“Haha, kalau iya, emang kenapa? Nggak suka lo ciuman sama cewek populer dan top seantero fakultas? Hahaha.” Kata Keket bangga.
Kena lo Ket. Kepancing kan. Hehehehe.
“Suka lah, Cuma gue masih kepikiran Zalina disana Ket. Bingung gue sama perasaan gue sendiri.” Kata ane coba memelas. Tapi kalau bimbang, ane bimbang saat itu.
“Udah lah, nggak usah mikirin dia terus. Lo kan disini mau senang-senang, toh dia juga belum ngehubungin lo kan seharian ini?”
“Kok lo tau Zalina belum ngehubungin gue hari ini?”
“Tau dong, gue gitu. Hehehe. Yuk dimakan.”
“Ah lo mah rahasia-rahasiaan. Ngomong, atau gue cium.”
Diluar dugaan, ane yang disosor duluan. Aduh enak bener, pernah disosor Zalina, Anin, sekarang Keket. Hoki gede emang deh. Hahaha. Sekecupan tipis mendarat di bibir ane.
“Gue nggak akan ngomong gimana gue bisa tau, karena gue lebih senang ciuman sama lo.”
Waduuuh. Ini dia nih. Bikin panas dingin ane pernyataannya si Keket barusan. Ane jadi serba salah, tapi setan dikepala bilang, kapan lagi. Sikat aja udah, nggak ada yang tau ini.
“Emang apa enaknya ciuman sama gue Ket?” kata ane, rencananya memancing suasana biar makin panas.
“Enak aja. Kaya ciuman sama pacar sendiri. Abis nyaman banget sih.” Katanya santai.
“Kita kan belum lama kenal Ket, kok lo bisa bilang begitu?” tanya ane.
“Nyaman nggaknya seseorang terhadap orang lain itu nggak ditentuin kuantitas waktu bertemunya kali Ja, tapi ya itu datang sendiri. Cepat lambatnya ya masalah waktu aja, lo aja yang bisa bikin gue nyaman dalam waktu singkat. Itu keahlian lo kali.” Jawabnya.
Keahlian? Wah ini perlu dikaji lebih dalam dengan menggunakan lebih banyak sampel dong ya mestinya biar makin valid teorinya. Hahaha.
“Iya sih bener itu. Tapi kan…”
“Lo mau ciuman, atau nggak?” kata Keket memotong omongan ane.
“Ayo deh” kata ane singkat.
Keket langsung mendaratkan ciumannya ke bibir ane dengan lembut. Ciuman ini yang sudah lama nggak ane rasakan dengan Zalina. Ciuman dengan hati yang tulus dan bukan karena hasrat yang menggebu semata. Ciuman ini terasa sangat luar biasa karena Keket sangat telaten memainkan bibirnya dibibir ane. Sensasi semakin panas karena kemudian dia mulai memainkan lidahnya. Aduh, ngeliat mukanya dari jauh udah bikin khayalan kemana-mana, lah ini sekarang ane malah sangat dekat, bahkan menempel dengannya. Kejutan lainnya datang. Keket mulai menciumi tidak hanya bibir, tetapi pipi ane, kemudian sampai ke leher-leher.
“Ket, kalo lo bikin tanda, gue juga bikin tanda buat lo.”
“Biarin weeek.” Kata Keket, sambil menjulurkan lidah.
Ane benar-benar nggak bisa nolak Keket waktu itu. Gila banget ini anak sensasinya. Tapi disisi lain ane juga bergulat dengan perasaan, apa ane beneran jatuh hati sama Keket kalau udah kayak gini? Ane bingung, tapi ane nikmati aja permainannya Keket. Kali ini ane membiarkan dia yang pegang kendali. Nyatanya Keket masih awam. Banyak yang dia tidak tahu. Sama seperti Zalina dulu diawal. Ane mau mengajarkan tapi ane tidak sampai hati karena ane tahu hubungan ini nggak benar. Namun….
“Biasanya kalau udah sampai dileher, ngapain lagi sih? Tanyanya tiba-tiba.
“Eeeh..oohh, lo mau tau terus dipraktekin langsung apa gimana?” tanya balik ane.
“Mau tau dulu, kalo gue rasa seru, cobain yuk.”
“Hayuuk aja gue mah Ket. Hehehe.” Kata ane semangat.
Ane sudah lupa total dengan keberadaan Zalina. Maaf. Ini salah. Tapi ini enak. Gimana dong.
“Ket, kalau selanjutnya biasanya buka baju dulu, nggak usah semua, tapi bagian depan aja.” Kata ane.
“Hmmm..gini?” kata Keket sambil membuka kaosnya dibagian depan.
Terlihat bra berwana hitam dengan renda tipis didepan ane. Godaan setan yang akhirnya mengalahkan ane.
“Lo tuh ngapain aja sih sama si Alen atau sama mantan-mantan lo?” tanya ane kepo.
“Cium-ciuman sama saling pegang aja. Tapi nggak buka-buka baju kayak gini.” Jawabnya.
“Terus berarti nggak eksplorasi sampe kesini, terus kesitu dong?” kata ane sambil menunjuk dadanya, kemudian ke selangkangan.
“Nggak Ja. Gue takut.” Katanya.
“Oh yaudah kalau gitu kita segini aja. Gue nggak mau kalau lo nya nolak.” Kata ane sok pahlawan padahal ngarep lebih.
“Kayaknya gue mau coba, tapi yang atas aja ya? gue takut kalau yang bawah Ja.”
“Beneran nggak apa-apa? Punya lo ini lo kasih pertama buat gue nggak apa-apa?” tanya ane. Pertanyaan ini selalu keluar untuk meyakinkan pihak cewek, mereka bersedia, bukan paksaan.
Keket Cuma mengangguk, ragu tapi mau dan penasaran.
Ane perlahan mendekati gunung kembar milik Keket yang masih terbungkus. Ane mulai dengan menciumi bagian tengah yang membentuk belahan. Enak banget dan wanginya nagih. Empuk sekali, karena memang ukurannya agak besar ya, maklum turunan bule. Haha. Keket secara otomatis menjambak rambut ane ketika dia merasa geli atau enak. Tangan kirinya memegangi rambut ane, sementara tangan kanannya mendorong kepala ane maju kedekapannya. Hoki benerrrrr….
Tangan ane sekarang berada dipinggangnya yang tidak tertutup kaos. Ane gerakkan tangan naik turun kepunggung sampai kembali ke pinggang, perlahan dan berulang. Pada akhirnya, pengait bra yang menjadi target utama ane bisa ane lepaskan. Bra tidak terlepas, tapi sudah longgar. Kemudian ane kembali mencium bibirnya dan tangan ane pindah kedepan, kebagian dada. Ane raba dari bawah lipatan gunung kembarnya, perlahan dan ane rasakan ciumannya jadi agak kencang, sampai akhirnya ane berhasil menggenggam keseluruhan dua gunung kembarnya. Satu genggaman tangan ane ternyata tidak cukup untuk menggenggamnya. Wah ukurannya lebih gede dari yang ane kira.
Dengan pencahayaan dari dua HP menggunakan flash, ane tidak bisa melihat secara leluasa, tapi cukup terlihat. Ane mulai turun kembali ke dadanya. Bra sudah ane angkat sampai kedekat leher dan ane melihat langsung dari dekat gunung kembar Keket. Kalau yang senang dengan JAV atau para lawan main Johny Sins, pasti ingin merasakan gunung kembar yang ujungnya agak pink dan bukan coklat muda atau coklat tua. Nah ane sekarang berhadapan dengan yang warnanya agak pink ini. Hoki nggak tuh namanya. Hehehe.
Tidak menunggu waktu lama, ane langsung hisap saja. Dia mengerang keenakan. Lenguhannya malah membuat ane jadi bernafsu, tapi untungnya bisa ane tahan. Ane dorong Keket kebelakang dekat ujung gua agar ada sandaran. Jadi tubuh Keket tidak capek untuk menahan dorongan dan sedotan ini. Tidak lupa ane juga memberikan beberapa tanda yang nggak bakal hilang minimal 2 hari kedepan. Dengan kulit kuning langsatnya, tanda-tanda merah tersebut akan terlihat jelas minimal untuk dirinya sendiri. Ane cukup lama bermain-main dengan gunung kembar Keket, sebelum akhirnya menyelesaikan dengan ciuman pakai hati dibibir Keket. Kentang banget. Mau dimuntahkan tapi takut bablas. Nggak muntah malah takut meriang. Tapi ane memilih untuk tahan.
“Ja, sensasinya seru banget ya.” katanya.
“Iya dong, gue gitu.” Kata ane bangga.
“Gue baru pertama kali kayak gitu Ja, dan bukan sama pacar lagi.”
“Kan tadi lo bilang nggak apa-apa.”
“Gue nggak nyalahin lo. gue Cuma bilang gue kaya gitu pertama kali bukan sama pacar, tapi sama orang yang bikin hati gue meleleh.”
Mati. Keket kayaknya beneran jatuh hati sama ane. Ane yang tadinya bimbang, sempat terbawa suasana juga ingin mengatakan hal yang sama, tapi urung ane ucapkan karena ane mengingat Zalina. Ane Cuma senyum kecil aja sambil mencium kening Keket. Udah belajar jadi orang gila ini ane.
“Ja, kalau nanti lo putus, kabarin gue ya, gue udah nggak sabar mau jadian sama lo, biar bisa milikin lo seutuhnya.” Kata dia tiba-tiba.
“Loh, kok gitu? Gue cinta Zalina Ket, kan udah gue bilang diawal.” Kata ane.
“Hmm, iya gue ngerti Ja, tapi nggak ada salahnya juga kan mencoba mencari peluang.” Katanya.
“Iya, tapi terserah lo Ket, gue nggak mau lo habiskan waktu lo buat nunggu gue, yang mana masa depan hubungan gue sama Zalina aja belum tau.”
“Iya nggak apa-apa gue ngerti Ja. Maafin gue ya. gue janji kok nggak akan ngusik lo sama Zalina. Tapi kalau lo datang ke gue dan mau kayak gini sama gue, no problem juga.”
Aduh. Ini nih yang bikin nggak kuat. Dulu Anin kayak gini, sekarang ketambahan Keket lagi. Mau jadi don juan raja minyak apa gimana sih? Otak ane susah berpikir untuk sampai kearah situ. Ane Cuma berpikir kenapa yang dekat dengan ane pada jadi nagih kayak gini. Ane jadi berpikir agak seram juga kalau cewek dikasih peluang, apakah akan jadi begini semua, atau bagaimana?
“Balik yuk ke resor.” Kata ane singkat.
“Ayo, gue mau rebahan disofa sama lo ya nanti.” Katanya.
“silakan, tapi tahan-tahan kalau banyak yang komat kamit istigfar ya. hahaha.”
“aah bodo amat lah, yang penting gue enak.”
“Dasar lo ah.” Ujar ane singkat.
Kami pun kembali ke resor dengan hati gembira, tapi buat ane, ane makin bimbang dengan keadaan yang ada. Keket benar-benar mengalihkan dunia ane. Bahaya.
itkgid dan 26 lainnya memberi reputasi
27
Tutup
Zalina, 95% mirip Tala Ashe
Anin, 85% mirip Beby Cesara
Keket, 95% mirip, ane nggak kenal siapa ini, nemu di google
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/08/30/10668384_20190830043503.jpg)
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/08/30/10668384_20190830043009.jpg)
Mulustrasi Ara, waktu masih SMA, 96% mirip![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/09/12/10668384_201909120424500824.png)
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/09/13/10668384_201909130223080915.png)
serta apresiasi cendol