Papua bergolak. Kericuhan terjadi di Manokwari pada hari Senin 19 Agustus 2019 sehingga menyebabkan gedung DPRD Papua Barat di kota tersebut ludes dilahap si jago merah. Kerusuhan juga menjalar ke kota lainnya di Papua Barat, yakni di Sorong pada hari yang sama. Di kota ini, massa mencoba merusak beberapa fasilitas umum seperti Lembaga Pemasyarakatan Sorong dan bandara. Massa masuk ke dalam kawasan Bandara Domine Eduard Osok Sorong sehingga menyebabkan kepulan hitam muncul dari bandara itu. Sedangkan di ibukota Papua, Jayapura, aksi unjuk rasa dilakukan oleh massa dengan cara long march menggunakan kendaraan bermotor dan berjalan kaki memprotes penangkapan mahasiswa asal Papua yang terjadi di Surabaya.

Tempo[Kronologi Kerusuhan di Manokwari dan Sorong, Papua Barat]

Tribunnews [Protes Penangkapan Mahasiswa Papua Juga Terjadi di Jayapura]

Kericuhan yang terjadi di Papua dipicu friksi antara mahasiswa Papua dengan warga di Malang pada Kamis 15 Agustus serta isu SARA di asrama mahasiswa Papua Surabaya sehari sebelum HUT RI ke-74. Akibat insiden itu, selain di Papua, aksi demo juga terjadi di beberapa daerah di Indonesia oleh mahasiswa Papua. Sejumlah mahasiswa asal Papua menggelar aksi solidaritas di Medan, Bandung, dan Makassar. Tetapi aksi solidaritas itu sempat memanas di Makassar karena kerusuhan yang terjadi di Papua menjadi pemicu bentrokan antara penghuni asrama Papua Makassar dengan sejumlah ormas.

CNN Indonesia [Kronik Rusuh Papua, dari Malang Menjalar hingga Makassar]

Aksi demo ternyata tak hanya terjadi di Indonesia. Aksi demo terjadi juga di Filipina. Uniknya, demo yang mereka lakukan adalah dalam rangka menuntut pembebasan Papua Barat. Aksi dilakukan di depan gedung KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) di Manila pada tanggal 19 Agustus. Hari yang sama dengan kericuhan yang terjadi di Manokwari dan Sorong. Pelaksana tugas juru bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah mengatakan demo di depan KBRI Manila dilakukan oleh orang-orang yang mengatasnamakan diri kelompok komunis Filipina.

CNN Indonesia [Demo di KBRI, Warga Filipina Desak Pembebasan Papua Barat]

Komunis? Apa kepentingan dari kelompok komunis Filipina terhadap isu Papua? Mengapa mereka justru menyerukan disintegrasi Papua dari Indonesia? Hal ini tentunya membuat kita berpikir bahwa ada udang di balik batu yang mampu menyebabkan kerusuhan Papua dapat terjadi. Apakah ada agenda tersembunyi dari pihak kiri dalam hal ini? Keterkaitan komunis dalam kericuhan Papua makin kuat dengan keberadaan dua anggota Front Mahasiswa Nasional (FMN) yang berada di asrama mahasiswa Papua Surabaya saat terjadinya pengepungan asrama oleh ormas.

CNN Indonesia [Dua Anggota FMN Diduga Hilang Sudah Dipulangkan Polisi]

Sebagai info, FMN adalah organisasi mahasiswa yang selalu menyuarakan anti imperialisme, feodalisme, dan kapitalis birokrat. Organisasi ini bisa dibilang organisasi beraliran kiri. Tentunya, erat kaitannya dengan komunisme.

FMN [Profil Front Mahasiswa Nasional (FMN)]

Peneliti senior Lembaga Survei Indo Barometer Asep Saipudin menduga rentetan kasus yang terjadi dan viral, seperti razia buku komunis, video UAS (Ustad Abdul Somad) yang dinilai menista simbol salah satu agama, hingga persekusi mahasiswa Papua di Surabaya adalah upaya secara sistematis untuk mengesankan ketidakamanan Indonesia.

Tagar [Konspirasi Besar di Balik Viral UAS-Papua-Komunis]

Apakah isu Papua dan video UAS di forum tertutup yang ternyata disebarkan oleh oknum tertentu adalah bagian dari rencana pihak tersebut guna mengadu domba Indonesia? Apakah ada kaitannya pula dengan pelarangan buku komunis yang bisa menjadi salah satu motif bagi organisasi kiri bahwa mereka yang selama ini ada di balik semuanya? Mungkinkah berbagai isu yang menyebabkan friksi antar masyarakat di Indonesia selama ini didalangi oleh golongan komunis kiri? Apabila benar, maka munculnya kembali bahaya laten dari komunisme patut kita waspadai bersama.