- Beranda
- Stories from the Heart
Tiga.... ( bisikan pelepas jiwa )
...
TS
meta.morfosis
Tiga.... ( bisikan pelepas jiwa )

Izinkan saya untuk kembali berbagi sebuah cerita.....
Chapter :
Tiga - Chapter 1
Tiga - Chapter 2
Tiga - Chapter 3
Tiga - Chapter 4
Tiga - Chapter 5
Tiga - Chapter 6
Tiga - Chapter 7
Tiga - Chapter 8
Tiga - Chapter 9
Tiga - Chapter 10
Tiga - Chapter 11
Tiga - Chapter 12
Tiga - Chapter 13
Tiga - Chapter 14
Tiga - Chapter 15
Tiga - Chapter 16
Tiga - Chapter 17
Tiga - Chapter 1
Tiga - Chapter 2
Tiga - Chapter 3
Tiga - Chapter 4
Tiga - Chapter 5
Tiga - Chapter 6
Tiga - Chapter 7
Tiga - Chapter 8
Tiga - Chapter 9
Tiga - Chapter 10
Tiga - Chapter 11
Tiga - Chapter 12
Tiga - Chapter 13
Tiga - Chapter 14
Tiga - Chapter 15
Tiga - Chapter 16
Tiga - Chapter 17
Diubah oleh meta.morfosis 02-09-2019 10:11
nightstory770 dan 60 lainnya memberi reputasi
59
60.6K
271
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
meta.morfosis
#142
Chapter 16
“ untung aja enggak sampai kebakaran, tapi aneh juga...kenapa benser listrik ini sampai meledak, padahal di rumah gue ini sama sekali enggak ada perlatan yang mungkin membutuhkan daya listrik yang besar....” gumam gue seraya memeriksa keberadaan dari rambut timah yang berada di dalam sekering listrik, hingga akhirnya seiring dengan penemuan gue atas rambut timah yang telah terputus, gue memutuskan untuk mengganti rambut timah tersebut dengan harapan jika gue mengganti rambut timah yang telah rusak tersebut, aliran listrik di rumah gue akan kembali menyala
“ sepertinya gue bisa menemukan pengganti rambut timah ini di kamar mang kohar, karena kalau enggak salah, papah pernah menyimpan kabel bekas yang sudah enggak terpakai lagi di sana...”
Bayangan ketidakpastian akan usaha yang akan gue lakukan, yaa..itulah sebuah pemikiran yang kini mengiringi langkah kaki gue menuju ke kamar mang kohar, hingga akhirnya setibanya gue kini di kamar mang kohar, gue menemui keadaan pintu kamar yang tidak terkunci, mendapati hal tersebut, gue memutuskan untuk segera masuk ke dalam kamar mang kohar guna mencari keberadaan dari kabel listrik yang gue butuhkan untuk mengganti keberadaan dari serabut timah pada sekering listrik, dan kini diantara cahaya lilin yang mulai menyibak kegelapan di dalam kamar mang kohar, nampak keberadaan dari barang barang yang tidak terpakai memenuhi salah satu sudut ruangan
“ dimana ya papah menyimpan kabel itu....” gumam gue seraya menyibak keberadaan dari barang barang yang ada dihadapan gue, hingga akhirnya diantara ketidaksengajaan gue untuk memastikan dengan apa yang pernah diceritakan oleh mang kohar, gue mendapati sebuah peti kecil yang terselip diantara beberapa barang yang ada
“ unik juga petinya...sebenarnya ini peti apa ya....?” tanya gue seraya membebaskan peti kecil tersebut dari himpitan beberapa barang yang ada, dan kini diantara peti kecil yang telah berada ditangan gue, gue segera memeriksa isi dari peti kecil tersebut, dan pada akhirnya kini gue mendapati keberadaan dari banyaknya photo tua yang tersimpan di dalam peti kecil tersebut
“ apa mungkin photo photo ini adalah photo yang telah di ceritakan oleh mang kohar tadi....”
Belum sempat gue mendapatkan jawaban atas pertanyaan gue ini, kini pandangan gue mendapati adanya keberadaan beberapa photo yang sepertinya telah sengaja dipisahkan dari banyaknya photo photo tua yang tersimpan di dalam peti kecil ini
“ sepertinya memang benar...photo photo inilah yang dimaksudkan oleh mang kohar dalam ceritanya tadi...” gumam gue begitu kini gue telah melihat gambar dari photo photo yang sepertinya memang sengaja telah dipisahkan keberadaannya oleh mang kohar
“ apa mungkin photo photo ini ada hubungannya dengan sosok wanita yang telah mati dengan tubuh terpotong itu, tapi andaikan memang photo photo ini ada hubungannya dengan sosok wanita yang terpotong itu...berarti di setiap obyek yang ada di photo ini adalah tempat dari sisa potongan tubuh wanita itu.....” gumam gue diantara pandangan gue yang tengah mengamati beberapa photo yang merekam gambaran tentang beberapa serdadu belanda yang tengah berphoto pada obyek patung kuda, istal kuda, bunker tua, ruang bawah tanah, pohon randu besar, serta cetakan batu besar yang bergambarkan simbol telapak tangan dengan sebuah mata yang ada di tengah telapak tangan
“ ahhh gilaa....ini gila....tapi persetan....jikapun memang sisa jasad dari wanita itu telah terpotong terpotong sebanyak ini, gue enggak perduli.....karena gue yakin besok ki panca akan menghancurkan sosok energi negatif yang berupa wanita terpotong itu.....” gumam gue seraya menyelipkan photo tua tersebut ke dalam saku celana, dan kini setelah gue kembali mencari keberadaan dari kabel listrik yang gue perlukan, kabel listrik itu akhirnya berhasil gue temukan, mendapati hal tersebut, gue segera beranjak pergi meninggalkan kamar mang kohar guna mengganti rambut timah dari sekering listrik
“ mudah mudahan ini akan berhasil.....” ujar gue begitu kini gue telah mengganti kabel timah yang terputus dengan yang baru, hingga akhirnya seiring dengan pergerakan tangan gue yang menaikan tombol pada saklar listrik, harapan gue akan adanya keajaiban berupa aliran listrik yang menerangi rumah gue kini harus berakhir dengan sebuah selimut kegelapan yang hanya diterangi oleh cahaya lilin
Dengan langkah yang gontai, gue segera berjalan memasuki rumah, keberadaan dari bi idah yang masih berada di kamar nenek, kini harus menerima kabar kurang baik yang gue sampaikan dengan ekspresi wajah yang kecewa
“ yahh mau gimana lagi kang darma, yang penting kang darma udah usaha untuk memperbaiki benser listrik itu....” ujar bi idah diantara keberadaan nenek yang tengah terdiam dalam tatapan matanya yang kosong
“ iya bi....besok pagi saya akan melaporkan tentang kondisi listrik rumah kita ini kepada pln, ya mudah mudahan aja besok pagi listrik di rumah kita ini udah bisa menyala kembali....” ucap gue dan berbalas anggukan kepala bi idah, dan kini setelah gue menutup pintu rumah dengan cara mengganjalnya, gue pun memberikan perbekalan kepada bi idah berupa beberapa batang lilin yang mungkin bisa dipergunakannya jika lilin yang tengah digunakannya saat ini telah habis terpakai
“ ya udah bi...saya ke kamar teh nenden dulu ya, kasihan teh nenden sendirian menjaga imse...”
“ iya kang...semoga sampai dengan pagi nanti enggak akan ada lagi kejadian kejadian aneh di rumah ini....”
“ aamiin bi....”
Selepas dari pengaminan gue atas harapan yang telah terucap dari mulut bi idah, gue segera beranjak pergi menuju ke kamar nenden, setelah terlebih dahulu menutup pintu kamar nenek
“ bagaimana dengan listriknya dar...kok masih belum menyala....?”
Sebaris kalimat sambutan yang terucap dari mulut nenden, kini mengiringi keberadaan gue yang baru saja memasuki kamar, dan kini begitu mendapati pertanyaan nenden tersebut, gue hanya bisa menghela nafas panjang seraya menghempaskan tubuh ini di kursi yang berada di sudut kamar, nampak terlihat keberadaan imas yang tengah terbaring di tempat tidur dengan mata yang terpejam
“ sepertinya benser listriknya rusak parah teh, besok pagi gue akan mengadukannya ke pln...” ujar gue dan berlanjut dengan keterdiaman gue dalam memandang langit langit kamar
“ lu kenapa dar....?” tanya nenden kembali tanpa beranjak dari posisinya yang tengah berada di sisi imas
“ kondisi angga gimana ya teh....gue benar benar enggak bisa ngebayangin kalau sesuatu yang buruk menimpa angga....”
“ husss...lu jangan berpikir yang enggak enggak dar, ya kita berdoa aja yang terbaik untuk angga...”
Untuk sesaat lamanya gue dan nenden hanya bisa terdiam dalam keterpakuan, hingga akhirnya setelah keterpakuan kami tersebut, gue memberanikan diri untuk bertanya kepada nenden tentang apa yang telah dialaminya di saat lampu di rumah ini padam
“ disaat lampu rumah ini padam dar, gue terbangun karena mendengar suara keributan di luar kamar, dan ternyata setelah gue dengarkan dengan seksama, suara keributan yang gue dengar itu berasal dari suara lu, angga, bi idah dan mamah, karena gue khawatir sesuatu telah terjadi, gue memutuskan untuk keluar dari dalam kamar walaupun keadaan di dalam kamar begitu gelap, tapi disaat gue hendak membuka pintu kamar, entah mengapa pintu kamar itu enggak bisa di buka, dan disaat itulah gue mendapati suara racauan imse seperti layaknya orang yang tengah kesurupan...karena gue khawatir terjadi sesuatu pada imse, akhirnya gue memutuskan untuk kembali ke ranjang guna mencari tau akan kondisi imse....” untuk sejenak nenden menghentikan perkataannya, tatapannya matanya terlihat memandang ke wajah imse yang tengah terpejam
“ bukankah saat itu kondisinya gelap teh....?”
“ iya dar...sangat gelap, bahkan di saat itu gue harus meraba raba untuk mencari keberadaan imse, tapi disaat gue telah berhasil menyentuh tubuh imse, gue bisa merasakan pergerakan liar dari tubuh imse yang diiringi dengan suara racauannya, disaat itulah gue mencoba untuk menahan pergerakan tubuh imse yang sepertinya berusaha untuk menyerang gue...”
“ hahh imse berusaha untuk menyerang lu teh...?”
“ iya dar...gue benar benar takut pada saat itu, dan disaat itu gue sangat merasa yakin kalau sosok yang telah menyerang gue itu bukanlah imse adik gue, tapi sebuah energi negatif yang telah menguasai tubuh imse....”
Selepas dari perkataan nenden tersebut, pandangan gue kini terarah pada kain putih yang membalut jari jemari tangan nenden, dari rembesan darah yang terlihat menembus kain tersebut, sepertinya nenden telah mengalami luka yang cukup parah akibat dari gigitan imas
“ bagaimana dengan kondisi tangan lu teh, kalau memang parah sebaiknya lu besok ke rumah sakit aja, karena gue khawatir luka lu itu akan infeksi....”
“ iya dar, kalau besok lukanya menjadi parah, gue akan ke rumah sakit....” ujar nenden dan berbalas dengan keteringatan gue akan prasangka buruk gue terhadap nenden, sejujurnya kini gue merasa sangat bersalah terhadap nenden karena selama ini gue telah berprasangka buruk terhadap dirinya
“ lu kenapa dar...kok jadi diam gitu....?”
“ sebenarnya gue mau minta maaf sama lu teh, karena selama ini gue telah mencurigai lu yang bukan bukan....”
“ mencurigai gue yang bukan bukan...?, memangnya lu telah mencurigai gue apa dar....?” tanya nenden dengan menunjukan ekspresi keterkejutannya
“ selama ini gue telah menduga kalau lu adalah penyebab dari hancurnya patung angsa yang ada di kandang angsa itu...dan kecurigaan gue terhadap lu itu timbul karena pada saat pagi setelah malam kejadian, gue menemukan adanya kotoran tanah merah serta silet yang bernoda darah di dalam kamar mandi, ditambah lagi lu bertingkah laku aneh setelah kejadian hancurnya patung angsa itu...”
“ astaga dar...bisa bisanya lu mencurigai gue seperti itu....” ujar nenden seraya menggeleng gelengkan kepalanya
“ boleh gue bertanya sesuatu teh...?”
“ apa dar...lu mau bertanya apa...sebaiknya lu keluarkan semua pertanyaan yang tersimpan di hati lu itu biar lu enggak curiga lagi sama gue....” jawab nenden seraya menunjukan ekspresi kesalnya
“ apa alasannya lu mengatakan sesuatu yang menyudutkan gue kepada papah...?”
“ lu mau tau alasannya....?” jawab nenden balik bertanya
“ iya teh, apa alasannya...?”
“ alasannya disaat itu, gue hanya ingin meluruskan sesuatu yang salah dengan pemikiran lu selama ini, yang telah mencurigai kakaknya papah yang telah meninggal itu sebagai dalang dari kehadiran bayangan hitam di rumah ini, selain itu gue juga ingin mematahkan dugaan lu yang menduga bahwa ada sesuatu yang buruk di rumah ini, walaupun ternyata sekarang gue harus mengakui kebenaran dari dugaan lu itu....”
“ ya ampun teh...kalau hanya alasan seperti itu, lu enggak usah harus sampai melakukan pengaduan seperti itu kepada papah, kan lu bisa membicarakannya secara baik baik kepada gue...” ujar gue seraya menghela nafas panjang, dan kini begitu mendapati perkataan gue tersebut, bisa terlihat ekspresi penyesalan di wajah nenden
“ iya dar...gue ngaku salah...dan gue minta maaf sama lu...” ucap nenden yang berbalas dengan senyuman gue
“ ohh iya dar, mengenai hancurnya patung angsa itu, gue jadi teringat akan perkataan imse yang mengatakan telah mendapatkan bisikan dari seorang anak perempuan, dan bisikan itu salah satunya mengatakan tentang kandang angsa....apa lu enggak curiga dar dengan bisikan itu....?”
“ curiga...?, memangnya lu mencurigai sesuatu teh atas bisikan yang telah didengar oleh imse itu....”
“ sejujurnya gue mencurigai sesuatu atas bisikan yang telah di dengar imse itu, dan bukan enggak mungkin imse adalah pelaku dari hancurnya patung angsa yang ada di kandang angsa, karena menurut pemikiran gue, sesuatu yang telah membisikan imse itu adalah energi negatif yang menyerupai suara anak kecil, dan disaat energi negatif tersebut telah menguasai tubuh imse, energi negatif tersebut mengarahkan imse untuk melakukan penghancuran patung angsa dengan tujuan tertentu...tapi entah apa...dan ada satu hal lagi dar...yang ingin gue informasikan kepada lu...”
“ apa teh....?” tanya gue diantara kekalutan pikiran gue atas analisa yang telah diberikan oleh nenden, tapi diantara kekalutan pikiran gue tersebut, sejujurnya saat ini gue harus mengakui bahwa analisa yang telah dipaparkan oleh nenden tersebut, adalah analisa yang masuk akal. Dan kini seiring dengan keinginan nenden yang ingin menunjukan sesuatu kepada gue, nenden meminta gue untuk melihat telapak tangan imas, dan disaat itulah gue mendapati keberadaan luka sobekan di bagian telapak tangan imas
“ ya tuhann imsee...”
“ gue sebenarnya enggak ingin memberitahukan hal ini kepada lu dar...karena ini menyangkut tentang adik kita, tapi sepertinya sekarang ini kita membutuhkan seseorang yang ahli dalam menangani hal hal yang berbau ghaib guna menyembuhkan imse, karena gue khawatir, kekuatan dari energi negatif itu telah mulai menguasai tubuh dan pemikiran imse....”
“ iya teh...gue rasa juga begitu, kebetulan gue mempunyai kenalan yang bisa menangani hal seperti ini, namanya ki panca....tapi....”
“ tapi apa dar....?” tanya nenden begitu melihat gue yang ragu untuk melanjutkan perkataan gue itu
“ gue takut dengan papah teh...bagaimana nanti anggapan papah jika mengetahui kita telah mempercayai hal hal yang enggak masuk akal seperti ini....”
“ kita harus mencari akal dar, agar apa yang akan kita lakukan ini enggak diketahui oleh papah...”
Kini begitu mendapati perkataan nenden tersebut, ingatan gue kembali teringat akan percakapan antara papah dan mamah yang mengatakan akan mencari keberadaan tenaga ahli penanganan mental guna menyembuhkan sakit imas
“ teh...kebetulan besok papah akan pergi untuk mencari seorang ahli penanganan mental di jakarta, apa enggak sebaiknya jika kita menggunakan waktu tersebut untuk mengundang ki panca...”
“ boleh juga dar...intinya tuh yang penting papah enggak berada di rumah ini, dan mengenai waktunya, menurut teteh, itu bisa dilakukan kapan aja.....” selepas dari perkataannya tersebut, terlihat nenden membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur
“ sebaiknya kita istirahat dulu dar, dan mudah mudahan, besok pagi kita sudah mendapatkan cara untuk menyembuhkan imse.....”
“ iya teh...dan semoga juga malam ini enggak terjadi lagi hal hal yang enggak kita inginkan....” ujar gue dan berbalas dengan keterdiaman nenden, dan kini seiring dengan detik waktu yang terus berjalan, gue dan nenden mulai terlelap dalam dinginnya udara malam
“ arggggggg mampus aja kalian....mampus aja seluruh keluarga iniiii....!!”
Lontaran kalimat makin yang memecah keheningan malam, kini menyadarkan gue akan keberadaan dari cahaya lilin yang sebentar lagi akan padam, mendapati hal tersebut, gue memutuskan untuk membangunkan nenden yang sepertinya memang telah terbangun akibat dari suara makian yang terdengar itu, dan kini diantara pergerakan nenden yang telah berjalan menghampiri imas, keberadaan dari sebatang lilin yang memang telah gue persiapkan untuk mengahadapi situasi seperti ini, kini telah gue nyalakan untuk menggantikan lilin yang terlihat mulai padam
“ imse kenapa teh.....?” tanya gue dengan berteriak seraya menghampiri nenden yang tengah memperhatikan aktifitas imas di atas tempat tidur, diantara sinar redup dari cahaya lilin yang menerangi kamar, nampak terlihat keberadaan imas yang tengah meronta ronta diantara ikatan yang mengikat kedua kaki dan tangannya, sedangkan keberadaan kain yang sebelumnya mengikat mulut imas, nampak sudah terlepas dari mulutnya
“ bagaimana bisa imse melepaskan ikatan di mulutnya itu....?”
“ gue juga enggak tau dar, tapi sepertinya energi negatif yang tadi sempat menguasai tubuh imse kini telah kembali lagi ke tubuh imse....” jawab nenden diantara tatapan mata gue yang menatap ke arah mulut imas
“ bercak darah yang ada dimulut imse itu bekas bercak darah lu ya teh....”
“ sepertinya iya dar, tapi gue juga enggak yakin....gue takut dar, kalau bercak darah yang ada di mulut imse itu adalah bercak darah imse yang mencoba untuk melukai dirinya sendiri.....” mendapati perkataan nenden tersebut, kekhawatiran gue akan keselematan imas, kini seperti menempatkan gue dalam posisi yang serba salah dalam mengambil sebuah tindakan, hingga akhirnya diantara ketiadaan tindakan yang terpikirkan di dalam otak gue ini, tiba tiba saja nenden meminta gue untuk membantunya dalam upaya mengikat kembali ikatan kain yang terlepas dari mulut imas
“ lu yakin teh....?” tanya gue diantara keberadaan imas yang tengah mengarahkan sorot matanya yang tajam ke arah gue dan nenden
“ memangnya lu punya rencana lain dar...jujur aja gue takut kalau imse akan melakukan hal hal yang akan membahayakan dirinya sendiri....”
“ arggggg...argggg...kalian pasti akan mati...kalian semuaaaa.....”
Kalimat makian yang kembali terucap dari mulut imas, kini seperti memperjelas adanya keberadaan sosok wanita dewasa yang tengah menguasai tubuh imas saat ini, dan sepertinya sosok wanita dewasa tersebut kini menjadikan tubuh imas sebagai media bagi dirinya dalam berkomunikasi dengan gue dan nenden. Diantara sorot matanya yang terlihat tajam, sesekali sosok wanita yang tengah menguasai tubuh imas tersebut mengeluarkan geramannya diantara kalimat makian yang terus terucap dari mulut imas, mendapati hal itu, nenden yang sepertinya merasa tidak tahan dengan kalimat makian tersebut kini berusaha untuk membungkam mulut imas dengan cara mengikatkan kembali kain yang terlepas dari mulut imas
“ teh...” gumam gue dalam rasa tidak percaya atas apa yang tengah dilakukan oleh nenden terhadap imas
“ lebih baik sekarang lu tahan kepalanya dar, kalau perlu lu pegang rambutnya, karena gue enggak mau mengalami hal yang sama seperti apa yang telah gue alami sebelumnya....” ujar nenden seraya memperlihatkan jari tangannya yang terbalut oleh kain
“ ya tuhann...haruskah gue melakukan hal ini terhadap adik gue sendiri....tapi...tapi gue enggak punya pilihan lain selain pilihan ini...” gumam gue diantara keterdiaman gue dalam memandang wajah imas
“ yahh kok malah diam....cepat dar...! atau lu memang lebih memilih imse kenapa napa....”
Mendapati hardikan nenden tersebut, gue segera bergerak cepat untuk menahan kepala imas, dan seiring dengan kepala imas yang sedikit terdongak akibat dari penekanan tangan gue pada kening imas, nampak nenden mulai melakukan tugasnya dalam memperbaiki ikatan yang telah terlepas dari mulut imas, dan diantara ikatan yang kini telah kembali terpasang di mulut imas, imas kembali mengeluarkan geramannya seiring dengan tubuh yang mengejang hebat
“ teh...imse enggak kenapa napa kan....!”
lumut66 dan 5 lainnya memberi reputasi
6