- Beranda
- Stories from the Heart
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]
...
TS
yanagi92055
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]
Selamat Datang di Thread Ane Gan/Sis
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2020/05/20/10668384_20200520011303.jpg)
Kali ini ane ingin sekali bercerita tentang seluk beluk perjalanan cinta ane yang mana sudah lama banget mau ane ceritakan, karena ane cukup mual juga kalau memendam kisah-kisah ini terlalu lama, ada yang mengganjal dihati, hitung-hitung sebagai penebusan dosa..hehe.. Mohon maaf juga sebelumnya karena ane masih nubie, mohon bimbingannya ya gan sis agar trit menjadi lebih menarik untuk dibaca.
Terima kasih Gan Sis telah mendukung dan membaca Trit ini sehingga bisa menjadi HT di bidang STORY. Semoga kedepannya ane selalu bisa memperbaiki tulisan ini dengan baik sehingga semakin enak dibaca.
Spoiler for INDEX:
Spoiler for "You":
Spoiler for MULUSTRASI:
Spoiler for Peraturan:
Selamat membaca kisah ane yang menurut ane seru ini ya gan/sis.
Menurut ane, lagu ini kurang lebih mewakili diri ane di masa lalu gan sis
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Diubah oleh yanagi92055 20-05-2020 13:13
DayatMadridista dan 113 lainnya memberi reputasi
106
465.4K
4.3K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
yanagi92055
#42
Menjalani Dengan Hati
Hari-hari berlalu dengan penuh suka cita bagi ane. Walaupun statusnya nggak jelas sama sekali, tapi ane merasakan Zalina makin care saja sama ane. Dia juga lebih ceria. Sudah jarang sekali dia tiba-tiba nggak jelas sikapnya. Kami kayak nggak kenal waktu dan tempat. Kalau mau kissing-kissing-an suka nggak lihat-lihat. Kadang sehabis kuliah kami janjian dahulu di kantin fakultas. Lalu diam-diam menyelinap kebelakang gedung dekat kolam ikan. Kami melakukannya sering disana. Spot tersebut juga merupakan tempat kejadian dimana saat ospek fakultas Vira jatuh pingsan. Suasananya sangat sepi dan mendukung. Apalagi belakang ini agak turun kebawah, sehingga berbentuk seperti semi-rubanah (Basement).
Tetapi sejak pertama kejadian di kamar Zalina sampai hari itu, ane dan Zalina hanya kissing-kissing tanpa ada kegiatan lainnya seperti pengoperasian tangan ke daerah-daerah tertentu yang tentunya asyik dilakukan sembari berciuman. Haha. Ane dan Zalina juga nggak pernah sekalipun mengucapkan kata sayang satu sama lain, bahkan mengucap sebuah pertanyaan sakral khas anak muda “mau nggak jadi pacar gue?” pun tidak pernah. Kami terlalu larut dalam kenikmatan semu yang memabukkan ini.
Orang-orang melihatnya kami sudah berpacaran. Sedangkan dijurusan ane yang sedang berlangsung ospek jurusan yang memuakkan itu, ada peraturan tidak boleh berpacaran dulu apalagi dengan orang yang berasal dari satu fakultas dan jurusan sebelum rangkaian ospek selesai. Persetan. Ane dan Zalina selalu kompak menjawab kalau kami tidak sedang membina hubungan atau pacaran. Banyak orang yang tidak percaya termasuk Tanto, Adi F dan Adi S. Teman-teman sekostan ane ini sampai kesal ketika setiap pertanyaan yang diajukan ke ane selalu ane bilang nggak. Karena pertanyaannya selalu aja “apakah lo udah jadian sama Zalina?”. Hubungan ane bahkan yang sudah melibatkan fisik (baca: Bibir) ini tetaplah sebuah hubungan yang membingungkan. Ane nggak tahu mau dibawa kearah mana hubungan ini, karena kami tidak punya komitmen sama sekali. Kami hanya menjalani hubungan ini dengan hati kami yang selalu jujur satu sama lain.
Hingga pada suatu saat ane mendapati Zalina sedang mengobrol dengan beberapa senior dari jurusan teknik. Zalina yang charming selalu saja jadi magnet cowok-cowok untuk berkumpul. Ibaratnya nggak usah diperintah mereka auto kumpul kalau ada Zalina. Hahaha. Zalina ketika itu mengobrol dengan senior yang tak lain adalah senior beler yang tempo hari menegur ane sehabis ane bertengkar nggak jelas di depan poskes ospek fakultas dengan Zalina. Ane sempat bingung kok bisa ya mereka kenal. Tapi kebingungan ane langsung terjawab karena memang Zalina terkenal kemana-mana. Dia juga mudah bergaul dengan siapa saja, baik cowok maupun cewek. Bahkan dosen pun ada yang sudah dekat dengan dia. Padahal kami baru aja mulai karir kami dikampus ini.
Ane lebih tercengang lagi ternyata si senior beler ini mengusap-usap rambut Zalina kayak ke pacarnya aja. Kurang ajar, pikir ane. Keselonan ane kembali lagi gan sis. Setelah lama adrenalin ini tidak terlatih dan tidak pernah dibangunkan, rasa emosional ane kembali muncul. Tangan sudah terkepal dan siap untuk nyamperin itu senior bangke, beler aja banyak lagak, tiba-tiba ane ditahan. Tangan kiri ane dipegangin oleh Adi S. entah dia datang darimana, tiba-tiba dia menahan.
“Kamu emosi Ja?” Tanya Adi S.
“Iyalah gue emosi Di. Masa orang yang gue sayang dielus-elus sampe diberantakin gitu rambutnya, sama senior beler bulukan itu lagi, anj*ng banget.” Ujar ane penuh kebencian.
“Kamu siapanya dia memang, Ja? Pacar? Katanya bukan kan?” tanya Adi S. lagi.
“Hmmm..oh iya sih. Tapi gue sayang dia Di. Cuman emang belum ada kata-kata penembakan buat ngeresmiin hubungan kita kok. Tapi sebentar lagi bakalan ada.” Kata ane.
“hahaha. Kamu tuh gimana sih? Kalau emang sayang ya tembak sana. Sebelum keduluan. Kayaknya si senior-senior itu udah ada ancang-ancang buat nembak juga.” Katanya lagi.
“Tau darimana lo?” tanya ane.
“Feeling saya aja sih.” Jawabnya simpel.
Lalu dia berpamitan mau keperpustakaan fakultas mengembalikan buku, ane masih mengamati gerak-gerik cunguk-cunguk ini. Kurang ajar sekali dia berani sentuh-sentuh Zalina kesayangan ane yang belum resmi ane miliki. Zalina tampaknya menikmati obrolan diantara mereka. Senior tersebut ada 5 orang, sementara Zalina sendirian. Aman-aman saja sepertinya nggak ada yang aneh lagi. Selagi ane fokus melihat pemandangan yang bikin panas, ane dikagetkan oleh tiga orang teman sekelas ane, yaitu Viani, Windy dan Rianti. Windy yang paling semangat ngagetin ane.
“Heh, ngapain lo? cie ada yang cemburu nih yeee…” Ledek Windy.
“apaan sih Win, gue cuman lagi bengong aja mikirin tugas.” Sahut ane asal.
“Lah tugas apaan? Kita belum ada tugas baru lagi kali. Mabok lu ya gara-gara lihat Zalina dikerubutin senior? Hahaha.” Tambah Rianti.
“Nggak kok.” Kata ane singkat.
“Udah mending ikutan kita aja yuk ke perpus, lo kan juga suka baca diperpus, beberapa kali gue lihat lo diperpus soalnya.” Viani menawarkan.
“Nggak deh, gue lagi nggak mood.” Ujar ane.
“Nah bener kan, dia badmood karena Zalina lagi dikerubutin senior. Hahaha.” Kata Windy puas.
“Serah lo pade dah, gue mah bodo amat.” Sahut ane malas menanggapi.
Ane kemudian pergi meninggalkan mereka bertiga kearah tempat duduk tempat biasa ane dan Zalina duduk. Belum ada lima menitan ane duduk dan mulai membaca buku teori konspirasi, ane dikejutkan dari belakang dengan pelukan hangat serta aroma wangi yang ane rindukan. Zalina meluk ane dari belakang. Ane senang. Tapi ane mau sok ngambek dulu biar tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Zalina dan senior beler.
“kok diam aja sih? Nanti nggak manis lagi loh.” Goda Zalina ke ane.
“hhhhmmmmm….” Jawab ane singkat.
“Lo kenapa? Lagi ada yang dipikirin? Cerita lah sama gue.” Kata Zalina yang kemudian melepas pelukannya dan mengambil tempat duduk disamping ane.
“CERITA!!!” Dia membentak dan ane kaget.
“Apaan sih lo? dateng-dateng ngebentak bukannya nyium.” Kata ane asal.
“Dih mau banget lo dicium disini? Bisa dinyinyirin orang sefakultas lo. hahaha.” Ledek dia. Ane nggak ketawa.
“Lo ngobrol apaan sama senior-senior tadi?” kata ane.
Reaksi mukanya langsung berubah dari yang ceria dan cenderung jahil menjadi lebih serius.
“Hmm nggak ada apa-apa sih, ngobrol biasa aja. Mereka mau menawarkan gue buat ikutan ekspedisi ke pulau-pulau kecil di Timur (Indonesia) sana. Boleh nggak?” tanyanya.
“Boleh aja kalau lo mau dan siap. Jangan lupa fisiknya disiapin sama perlengkapannya juga.” Kata ane sedikit ketus.
“Lo kenapa sih? Kok jadi jutek gini ke gue? Apa salah gue?” kata Zalina.
“Nggak ada Lin, guenya aja yang lagi malas.” Kata ane.
“Yaudah kalau gitu. Gue duluan. Kalau mau ke kostan, nanti aja malaman, gue ada kegiatan di himpunan jurusan gue.” Lanjut Zalina.
“Oke gampang.” Jawab ane singkat.
Lalu Zalina pergi, sebelum pergi dia diam-diam mencium pipi kiri ane, habis itu tersenyum centil. Ane akhirnya kalah pertahanan gan sis. Ane senyumin dia balik. Tadinya mau ngambek jadinya batal gara-gara kayak gitu. Memang kalau sudah urusan hati ini berat banget ya kalo mau dibohongi. Hati nggak bisa bohong. Ane dan Zalina sepertinya sefrekuensi hatinya, hanya saja malu untuk mengungkapkannya.
Tetapi sejak pertama kejadian di kamar Zalina sampai hari itu, ane dan Zalina hanya kissing-kissing tanpa ada kegiatan lainnya seperti pengoperasian tangan ke daerah-daerah tertentu yang tentunya asyik dilakukan sembari berciuman. Haha. Ane dan Zalina juga nggak pernah sekalipun mengucapkan kata sayang satu sama lain, bahkan mengucap sebuah pertanyaan sakral khas anak muda “mau nggak jadi pacar gue?” pun tidak pernah. Kami terlalu larut dalam kenikmatan semu yang memabukkan ini.
Orang-orang melihatnya kami sudah berpacaran. Sedangkan dijurusan ane yang sedang berlangsung ospek jurusan yang memuakkan itu, ada peraturan tidak boleh berpacaran dulu apalagi dengan orang yang berasal dari satu fakultas dan jurusan sebelum rangkaian ospek selesai. Persetan. Ane dan Zalina selalu kompak menjawab kalau kami tidak sedang membina hubungan atau pacaran. Banyak orang yang tidak percaya termasuk Tanto, Adi F dan Adi S. Teman-teman sekostan ane ini sampai kesal ketika setiap pertanyaan yang diajukan ke ane selalu ane bilang nggak. Karena pertanyaannya selalu aja “apakah lo udah jadian sama Zalina?”. Hubungan ane bahkan yang sudah melibatkan fisik (baca: Bibir) ini tetaplah sebuah hubungan yang membingungkan. Ane nggak tahu mau dibawa kearah mana hubungan ini, karena kami tidak punya komitmen sama sekali. Kami hanya menjalani hubungan ini dengan hati kami yang selalu jujur satu sama lain.
Hingga pada suatu saat ane mendapati Zalina sedang mengobrol dengan beberapa senior dari jurusan teknik. Zalina yang charming selalu saja jadi magnet cowok-cowok untuk berkumpul. Ibaratnya nggak usah diperintah mereka auto kumpul kalau ada Zalina. Hahaha. Zalina ketika itu mengobrol dengan senior yang tak lain adalah senior beler yang tempo hari menegur ane sehabis ane bertengkar nggak jelas di depan poskes ospek fakultas dengan Zalina. Ane sempat bingung kok bisa ya mereka kenal. Tapi kebingungan ane langsung terjawab karena memang Zalina terkenal kemana-mana. Dia juga mudah bergaul dengan siapa saja, baik cowok maupun cewek. Bahkan dosen pun ada yang sudah dekat dengan dia. Padahal kami baru aja mulai karir kami dikampus ini.
Ane lebih tercengang lagi ternyata si senior beler ini mengusap-usap rambut Zalina kayak ke pacarnya aja. Kurang ajar, pikir ane. Keselonan ane kembali lagi gan sis. Setelah lama adrenalin ini tidak terlatih dan tidak pernah dibangunkan, rasa emosional ane kembali muncul. Tangan sudah terkepal dan siap untuk nyamperin itu senior bangke, beler aja banyak lagak, tiba-tiba ane ditahan. Tangan kiri ane dipegangin oleh Adi S. entah dia datang darimana, tiba-tiba dia menahan.
“Kamu emosi Ja?” Tanya Adi S.
“Iyalah gue emosi Di. Masa orang yang gue sayang dielus-elus sampe diberantakin gitu rambutnya, sama senior beler bulukan itu lagi, anj*ng banget.” Ujar ane penuh kebencian.
“Kamu siapanya dia memang, Ja? Pacar? Katanya bukan kan?” tanya Adi S. lagi.
“Hmmm..oh iya sih. Tapi gue sayang dia Di. Cuman emang belum ada kata-kata penembakan buat ngeresmiin hubungan kita kok. Tapi sebentar lagi bakalan ada.” Kata ane.
“hahaha. Kamu tuh gimana sih? Kalau emang sayang ya tembak sana. Sebelum keduluan. Kayaknya si senior-senior itu udah ada ancang-ancang buat nembak juga.” Katanya lagi.
“Tau darimana lo?” tanya ane.
“Feeling saya aja sih.” Jawabnya simpel.
Lalu dia berpamitan mau keperpustakaan fakultas mengembalikan buku, ane masih mengamati gerak-gerik cunguk-cunguk ini. Kurang ajar sekali dia berani sentuh-sentuh Zalina kesayangan ane yang belum resmi ane miliki. Zalina tampaknya menikmati obrolan diantara mereka. Senior tersebut ada 5 orang, sementara Zalina sendirian. Aman-aman saja sepertinya nggak ada yang aneh lagi. Selagi ane fokus melihat pemandangan yang bikin panas, ane dikagetkan oleh tiga orang teman sekelas ane, yaitu Viani, Windy dan Rianti. Windy yang paling semangat ngagetin ane.
“Heh, ngapain lo? cie ada yang cemburu nih yeee…” Ledek Windy.
“apaan sih Win, gue cuman lagi bengong aja mikirin tugas.” Sahut ane asal.
“Lah tugas apaan? Kita belum ada tugas baru lagi kali. Mabok lu ya gara-gara lihat Zalina dikerubutin senior? Hahaha.” Tambah Rianti.
“Nggak kok.” Kata ane singkat.
“Udah mending ikutan kita aja yuk ke perpus, lo kan juga suka baca diperpus, beberapa kali gue lihat lo diperpus soalnya.” Viani menawarkan.
“Nggak deh, gue lagi nggak mood.” Ujar ane.
“Nah bener kan, dia badmood karena Zalina lagi dikerubutin senior. Hahaha.” Kata Windy puas.
“Serah lo pade dah, gue mah bodo amat.” Sahut ane malas menanggapi.
Ane kemudian pergi meninggalkan mereka bertiga kearah tempat duduk tempat biasa ane dan Zalina duduk. Belum ada lima menitan ane duduk dan mulai membaca buku teori konspirasi, ane dikejutkan dari belakang dengan pelukan hangat serta aroma wangi yang ane rindukan. Zalina meluk ane dari belakang. Ane senang. Tapi ane mau sok ngambek dulu biar tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Zalina dan senior beler.
“kok diam aja sih? Nanti nggak manis lagi loh.” Goda Zalina ke ane.
“hhhhmmmmm….” Jawab ane singkat.
“Lo kenapa? Lagi ada yang dipikirin? Cerita lah sama gue.” Kata Zalina yang kemudian melepas pelukannya dan mengambil tempat duduk disamping ane.
“CERITA!!!” Dia membentak dan ane kaget.
“Apaan sih lo? dateng-dateng ngebentak bukannya nyium.” Kata ane asal.
“Dih mau banget lo dicium disini? Bisa dinyinyirin orang sefakultas lo. hahaha.” Ledek dia. Ane nggak ketawa.
“Lo ngobrol apaan sama senior-senior tadi?” kata ane.
Reaksi mukanya langsung berubah dari yang ceria dan cenderung jahil menjadi lebih serius.
“Hmm nggak ada apa-apa sih, ngobrol biasa aja. Mereka mau menawarkan gue buat ikutan ekspedisi ke pulau-pulau kecil di Timur (Indonesia) sana. Boleh nggak?” tanyanya.
“Boleh aja kalau lo mau dan siap. Jangan lupa fisiknya disiapin sama perlengkapannya juga.” Kata ane sedikit ketus.
“Lo kenapa sih? Kok jadi jutek gini ke gue? Apa salah gue?” kata Zalina.
“Nggak ada Lin, guenya aja yang lagi malas.” Kata ane.
“Yaudah kalau gitu. Gue duluan. Kalau mau ke kostan, nanti aja malaman, gue ada kegiatan di himpunan jurusan gue.” Lanjut Zalina.
“Oke gampang.” Jawab ane singkat.
Lalu Zalina pergi, sebelum pergi dia diam-diam mencium pipi kiri ane, habis itu tersenyum centil. Ane akhirnya kalah pertahanan gan sis. Ane senyumin dia balik. Tadinya mau ngambek jadinya batal gara-gara kayak gitu. Memang kalau sudah urusan hati ini berat banget ya kalo mau dibohongi. Hati nggak bisa bohong. Ane dan Zalina sepertinya sefrekuensi hatinya, hanya saja malu untuk mengungkapkannya.
itkgid dan 32 lainnya memberi reputasi
33
Zalina, 95% mirip Tala Ashe
Anin, 85% mirip Beby Cesara
Keket, 95% mirip, ane nggak kenal siapa ini, nemu di google
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/08/30/10668384_20190830043503.jpg)
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/08/30/10668384_20190830043009.jpg)
Mulustrasi Ara, waktu masih SMA, 96% mirip![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/09/12/10668384_201909120424500824.png)
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/09/13/10668384_201909130223080915.png)
serta apresiasi cendol