- Beranda
- Stories from the Heart
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]
...
TS
yanagi92055
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]
Selamat Datang di Thread Ane Gan/Sis
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2020/05/20/10668384_20200520011303.jpg)
Kali ini ane ingin sekali bercerita tentang seluk beluk perjalanan cinta ane yang mana sudah lama banget mau ane ceritakan, karena ane cukup mual juga kalau memendam kisah-kisah ini terlalu lama, ada yang mengganjal dihati, hitung-hitung sebagai penebusan dosa..hehe.. Mohon maaf juga sebelumnya karena ane masih nubie, mohon bimbingannya ya gan sis agar trit menjadi lebih menarik untuk dibaca.
Terima kasih Gan Sis telah mendukung dan membaca Trit ini sehingga bisa menjadi HT di bidang STORY. Semoga kedepannya ane selalu bisa memperbaiki tulisan ini dengan baik sehingga semakin enak dibaca.
Spoiler for INDEX:
Spoiler for "You":
Spoiler for MULUSTRASI:
Spoiler for Peraturan:
Selamat membaca kisah ane yang menurut ane seru ini ya gan/sis.
Menurut ane, lagu ini kurang lebih mewakili diri ane di masa lalu gan sis
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Diubah oleh yanagi92055 20-05-2020 13:13
DayatMadridista dan 113 lainnya memberi reputasi
106
465.4K
4.3K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
yanagi92055
#40
Main ke Kostan_Part 2
Ane berusaha untuk cabut dari kamar Anin secepatnya. Ane nggak mau terjadi yang iya-iya, haha. Karena ane ketika itu belum pernah ML sama sekali, paling pol grepe-grepe sama di baik saja dimulai waktu SMA. Jadi ane berusaha untuk jaga keperjakaan. Hahaha. Keluar dari gerbang kostan Anin merupakan sesuatu hal yang melegakan ketika itu. Ane akhirnya langsung berangkat ke kostan Zalina. Ane jalan kaki waktu itu. Diperjalanan menuju kostan Zalina, ane mikirin kejadian tadi terus gan sis. Hahaha. Sayang banget nggak dimaksimalkan, padahal kan ane kepengen banget aslinya. Soalnya seperti yang ane sudah beritahu di Prologue kalau kampus ini kampus culun, banyak mahasiswanya tertutup potensinya karena kelewat konservatif. Eh sekalinya dapat yang nggak perlu banyak perjuangan malah ane hindari. Bodohnya. Hahaha.
Akhirnya ane sampai di kostan Zalina yang kayak gedung SD itu. Kostannya ini lebih sederhana dibanding kostan mewah Anin dan Vira. Ane langsung menuju ke kamar Zalina. Ane mengetuk pintu. Tidak ada jawaban. Ane ketuk lagi. Masih hening. Ane bingung kemana ini anak. Lalu sekitar 15 menitan kemudian, Zalina datang. Wajahnya sangat ceria. Dia menebar senyum ke ane dari jauh. Dan tiba-tiba ketika sudah dekat ke ane, ane dipeluk! Wah. Luar biasa banget gan sis. Ane dipeluk cewek populer yang sudah ane dekati selama hampir satu semester ini. Walaupun belum dapat nomor kontaknya sekalipun. Ane deg-degan sekaligus keringat dingin. Badan jadi gemetaran dan lama-lama ane merasa pusing. Mabuk kepayang kayaknya ini. Zalina nggak ngomong apapun ketika memeluk ane sekitar satu menitan. Tapi ane bisa merasakan hangatnya pelukannya, ketulusan dia untuk memeluk ane. Setelah melepas pelukannya, Zalina berkata, “Masuk yuk”. Untuk pertama kalinya, ane diajak masuk kekamar Zalina.
Kamarnya ini penuh dengan nuansa warna kuning. Kebetulan dia juga suka karakter Pikachu dari anime pokemon, pas udah. Baran-barangnya kebanyakan berwarna kuning dari mulai gelas minum sampai sisir rambutnya. Tapi kondisi kasurnya agak berantakan. Ane pun menemukan celana dalam entah bekas atau baru, sepertinya bekas pakai, tergeletak dibagian pinggir kasur. Jijik ih. Cantik-cantik ternyata jorok juga ni bocah. Zalina ternyata memilih kamar yang kamar mandinya diluar, share bathroom sama penghuni lainnya. Karena semua perempuan ya nggak masalah. Kamarnya juga ada kipas angin ukuran sangat besar, jadi seperti kebanting sama ukuran kamarnya yang cuman 3x3 meter. Beda sama Anin yang kamarnya ukurannya lebih besar.
“So, lo mau nomor kontak gue kan?” Tanya Zalina tiba-tiba
“Lo nggak nyuruh gue duduk dulu nih?” balas ane.
“Silakan duduk dimana lo mau, tiduran di kasur situ juga nggak apa-apa.” Katanya lagi.
“Gue duduk sini aja ya.” kata ane sambil duduk dipinggir kasur yang menghadap meja belajar.
“Disini gerah banget kalau banyak orang yang masuk Ja.” Kata dia sambil membuka kemeja kebesaran berwarna hijau tua. Dia memakai celana panjang ala-ala piyama gitu dengan warna senada. Dia memunggungi ane. Setelahnya dia hanya memakai tanktop hitam, dan terlihat juga tali bra berwarna merah marun terselip diantara tali tanktopnya. Dia tetap memunggungi ane dan menatap keluar jendela.
“Eh Lin lo main buka-buka aja, ada gue nih disini.” Ujar ane sembari takjub dan berpikir, udah buka aja semua.
“Ga apa-apa Ja, lo kan udah kenal gue cukup lama.” Katanya santai.
“Yeh, bukannya gitu Lin, nanti kalau kita khilaf repot urusannya Lin.” Kata ane sambil ketawa kecil.
“Nggak kuat iman amat sih lo jadi orang. Cupu banget kaya mahasiswa-mahasiswa sini, sok alim tapi mikirnya juga sama aja ngeresnya.” Kata dia.
“Jangan gitu Lin lo ngomongnya, mereka pintar-pintar tau, cuman cupu aja karena kebanyakan belajar dan ga tau dunia luar. Jadinya nggak gaul tu anak-anak cupu. Hahaha.” Akhirnya ane ikutan meledek juga.
“Berasa munafik tau nggak sih lo Ja. Mending rusak sekalian aja daripada sok oke banget tampilannya, tapi malah brengsek dibelakang. Udah gitu dimasa depan baru telat nakalnya. Repot Ja.” Katanya lagi.
“Hmm iya juga sih. Mending rusuh sekarang ya daripada telat, apalagi nakalnya pas udah berkeluarga. Kasihan kan. Terus ditambah kalau udah punya anak, aduh makin repot.” Timpal ane.
“Nah justru itu, gue kadang-kadang juga suka kesel kalau mereka, apalagi yang perempuan, memaksa dan bahkan ngejar-ngejar gue, dipaksa suruh pake kerudung. Apalagi muka gue arab gini kan, jadinya katanya makin cantik kalau pakai jilbab. Lah, pakai jilbab memang kewajiban, tapi bukan berarti harus dipaksain. Nanti adanya bukannya dapet hidayah malah jadi skeptis karena dipaksa.” Kata Zalina yang ane iyakan.
Ane cukup terkejut dengan pemikiran dia. Selama ini ane ngomong nggak pernah sampai ranah yang menurut ane cukup sensitif ini. Ane mengingatkan, jangan digeneralisasi, karena nggak semuanya begitu. Dia pun setuju dengan ane. Hanya saja kadang dia merasa muak karena sepertinya dikampus hanya dia sendiri yang kafir. Apalagi godaan dari cowok-cowok apalagi senior itu hampir selalu mewarnai hari-harinya. Mungkin itu yang membuat sebagian cewek iri dengannya, dan membuat seolah dia adalah cewek nggak benar yang harus segera dikembalikan ke jalan yang lurus. Entah lah. Ane kadang juga suka bingung menghadapi mahasiswa-mahasiwa sini yang terkadang judgemental banget.
“Ja, kan gue bilang ke lo masalah renang, tanggung cuma separo, mending sekalian aja semuanya keliatan, ya kan?” Lanjut dia tiba-tiba.
“Iya, terus?” kata ane datar.
“Mau nggak kalau lihatin semuanya? Gue tu kadang penasaran tau. Lo tau kan gue suka tertantang akan hal-hal yang nggak terpikirkan orang lain sebelumnya.”
“Maksudnya, lo mau telanjang depan gue Lin?” tanya ane sedikit senang, dan mendadak celana ane mulai sempit.
“LO LAH, MASA GUE?!” kata Zalina membentak.
“Hah? Seriusan Lin? Kaya stripper dong gue ntar Lin. Hahaha.” Kata ane setengah bercanda dan kaget juga, plus celana sudah makin sempit karena si rocky pingin berontak.
“Lo nggak apa-apa Lin? Lagi nggak mabuk kan lo?” kata ane lagi.
“Gue sadar 100% dan gue nggak pernah mabuk-mabukan, ngerokok juga nggak, kan lo juga tau.” Kata Zalina, kali ini dia sudah membalikkan badannya. Ane melihat jelas gunung kembarnya yang tersembunyi dibalik lapisan bra dan tanktop hitamnya. Tidak terlalu besar, tapi segenggaman tangan mah ada kayaknya.
“Iya iya Lin, take it easy.” Balas ane.
“Lo mau nomor gue atau nggak? Kalau mau, itu syaratnya, gue nantang lo.” katanya
“Iya Lin mau. Oke gue lepas. Lo mau yang mana dulu? Atas apa bawah?” kata ane.
“dari atas dulu, biar seru.” Timpal dia seraya tersenyum kecil. Senyumnya manis banget, apalagi pakai tanktop doang lagi. Duh si Rocky udah beneran berontak nih.
“Oke”. Ane lalu melepas kaos metal ane. Ane agak sedikit gugup dan malu. Sekarang tinggal sisa celana jeans robek di lutut kiri yang bagian pangkalnya sudah sedikit ada dorongan dari dalam.
“Kenapa lo? kok celana lo bentuknya gitu? Kayak ada yang nongol?” Kata Zalina heran sambil tertawa kecil.
“Heee iya, anu, eeh…gue nggak biasa Lin kayak gini didepan cewek. Apalagi gue liat lo seksi bener pakai tanktop doang, jadinya naluri lelaki gue berontak pengen dikeluarin Lin.” Entah apa yang ane pikirkan sampai terucap kalimat bodoh kayak gitu.
“Haha. Kok gugup sih. Hmm Ja, sebenarnya gue juga belum pernah lihat cowok nggak pakai apa-apa sebelumnya. Tapi gue nggak gugup. Biasa aja kan? Hahaha.” Ujarnya penuh kemenangan.
Sial, ini anak belum pernah liat cowok tanpa busana depan dia, dan sekalinya lihat malah biasa aja. Bisa gagal yang iya-iya kalau kayak gini nih. Hahaha.
“Keluarin aja Ja, kasihan jeans lo kan cukup ketat, nanti malah patah.” Katanya santai.
Gila. Ini cewek pikirannya liar juga. Ane nggak pernah menemukan Zalina berpikir seliar ini sebelumnya.
“Lo kenapa mikir gini sih Lin? Lo lagi kenapa?” tanya gue pura-pura kecewa.
“Nggak, gue kepingin aja. Ini tantangan baru buat gue Ja. Dan lo pasti mau ngelakuin buat gue Ja. Ya kan?” katanya lagi.
“Iya sih, tapi agak aneh aja, kok tantangan kayak gini. Kalo tantangan tuh lo uji nyali di gedung fakultas lantai 5 yang dekat dengan laboratorium kimia jam dua pagi. Itu baru seru. Lah ini? Gue disuruh buka semuanya.” Ane nyerocos aja.
“Gue mau tantangannya itu ya lo, Ja. Kapan lagi gue ngeliat cowok yang cukup manis tapi kurus tanpa busana depan gue.” Ujar dia, santai dan datar.
“Sakit lo Lin.” Kata ane singkat.
“Emang kenapa kalo gue sakit? Kenapa kalo gue aneh? Nggak suka lo?” hardik Zalina tiba-tiba.
“Wow, selow dong, nggak usah ngegas gitu ngomongnya.”
“UDAH DEH, COPOT TU JEANS!” bentak dia.
Ane cuma bisa menuruti kemauannya. Ane kayak dihipnotis gan sis. Ini anak benar-benar menunjukkan sisi lainnya kali ini. Sangat liar dan penuh dengan keingintahuan. Ane menurunkan celana jeans ane dan hanya tersisa celana dalam saja. Sejurus kemudian Zalina mendekat ke ane.
“Buka.” Kata Zalina berbisik dikuping ane.
Ane merinding setengah mati ini gan sis. Posisi si rocky udah miring ke kanan, ujungnya agak sedikit nongol dari celana dalam ane. Karena merinding dibisikin Zalina dari jarak yang super dekat, si rocky jadi makin kekar. Ane menurunkan celana dalam ane juga, dan setelahnya ane menutupi si rocky dengan tangan. Kemudian Zalina mulai mengendus aroma dari tubuh ane. Ane bingung kenapa dia begitu.
“Ternyata apik juga lo ngerawat badan ya. nggak ada yang bau dari badan lo, bahkan gue nyium bau cologne yang laki banget. Suka gue.” Kata dia datar.
“Tapi lo ngomongnya aja jago ya kalau yang menjurus, begitu berhadapan dengan lawan jenis secara langsung malah kicep. Hahahaha.” Zalina puas menertawakan ane. Ane malu.
“Gue nggak kicep Lin, gue bisa buktiin!” Kata ane nggak terima.
“Silakan. Lo mau apa?” tantang Zalina sambil melebarkan tangannya seperti mau meyambut pelukan.
Ditantang seperti itu ane berinisiatif merangkul pinggang Zalina dan ane dekatkan ke tubuh ane. Ane langsung mendaratkan ciuman dibibirnya. Tapi apa reaksinya? Dia mundur kebelakang dan menampar ane, keras sekali.
“Tadi lo bilang silakan, sekarang gue mau beraksi malah lo tabok. Anjir sakit banget lagi.” Ujar ane sambil meringis memegangi pipi kanan yang kena gampar barusan.
“Sori gue kelepasan Ja.” Ucapnya singkat dan tanpa rasa bersalah.
“Lo mau ngapain ini sekarang hah?” kata ane
“Gue mau lo temenin Ja, gue lagi suntuk.” Katanya.
“Oke gue temenin, tapi gue pakai baju dulu ya?”
“Nggak usah. Lo gitu aja. Gue senang lihatnya. Hehehe.”
“Masuk angin nanti gue Lin. Badan gue kekurangan lemak ini.”
“Gue bilang gitu aja!” kata dia, sedikit membentak.
“Oke, oke, oke.” Ane Cuma bisa pasrah.
Dia beranjak dari tempatnya menuju ke meja belajar. Dia menulis sesuatu. Agak banyak menulisnya. Ternyata ane diberikan nomor HP, pin BB, dan password emailnya. Kenapa password email dikasih ya? Ane bingung. Dia menyerahkannya ke ane dan langsung duduk dipangkuan ane. Dia merangkulkan tangannya di leher ane, dan ini membuat ane jadi merasa ada beban berat menggelayut.
“Gue belum pernah ciuman Ja.” Katanya berbisik dekat muka ane.
“Hah seriusan lo? duh gue minta maaf Lin.” Kata ane sok merasa bersalah, padahal aslinya senang dan merasa menang togel, karena first kiss dia adalah sama ane. Hahaha.
“Hmm nggak apa-apa Lin. Kalau lo mau ngerasain ciuman kenapa gue mesti begini sih? Kan bisa pakai baju juga.” Ujar ane.
“kata Anin, kalau ciuman dengan keadaan kulit ketemu kulit, sensasinya bakal lebih asyik Ja.” Katanya, kali ini ane melihat pipinya agak memerah.
“Tapi sekarang lo nggak buka baju dan celana. Mana ada ketemu kulit kita? Adanya gue lecet-lecet nanti.” Kata ane protes, berharap dia buka bajunya juga.
“Gue malu Ja. Takutnya nggak seperti yang lo bayangkan.” Katanya.
“Kalau lo malu, pelan-pelan aja yah. Jangan dipaksain. Nanti kalau lo udah siap, lo bilang gue ya.” Kata ane, sok pahlawan, padahal kentang parah. Mana si Rocky juga belum turun-turun, karena dia nempel di pantatnya Zalina yang pakai celana piyama tipis gitu.
“Makasih ya Ja. Shall we?” katanya lagi. Ane bingung. Mau ngapain lagi nih maksudnya?
Akhirnya dia yang memulai duluan. Dia mulai menciumi ane, dari mulai pipi, tengkuk, dada, sembari sedikit menjilati p*ting ane. Baru ane arahkan makin turun, eh dia malah naik lagi. Katanya mau ciuman bibir yang pakai lidah. Gila ini anak dirusak pemikirannya sama Anin, pikir ane. Tapi ya ane nggak rugi, malah rejeki nomplok ini sih. Hahaha.
Lidah kami bertemu, akhirnya ane memegang kendali, sekaligus sesekali mengajarkan teori dengan melepas ciuman, lalu ngomong dikit tentang teorinya, kemudian dilanjutkan lagi dengan prakteknya. Ane mulai turun menciumi lehernya, dari kanan kekiri dan sebaliknya. Kemudian turun sedikit lagi sampai kedadanya. Ketika ane menciumi dadanya dan mau membuka pembungkusnya, dia menjambak ane dengan keras sambil menggelengkan kepala. Ah, kentang anjir!
Sesi ciuman yang cukup lama ini akhirnya selesai. Si rocky nggak diapa-apain, disentuh pun tidak. Ane pun nggak bisa meraba-raba karena dia selalu melarangnya. Jadi hanya konsentrasi ke ciuman saja. Sumpah kentang banget. Tapi ane suka. Karena mungkin ini adalah lampu hijau untuk ane. Kalau ane jadiin pacar ya pasti bisa lebih lah. Hahaha. Ane berencana untuk menembak dia saat itu juga. Tapi..
“Ja, jangan bilang siapa-siapa ya. termasuk Anin.” Ujarnya memelas manja.
“Lah, ya iyalah. Nggak perlu diajarin gue juga tahu. Hehehe.” Kata ane.
Dia hanya tersenyum. Ingin rasanya ane cium lagi, tapi sudah cukup dulu sesinya. Kasihan dia. Baru pertama kali soalnya katanya. Ane seperti terhipnotis. Akhirnya ane beres-beres, berpakaian dan pamit pulang. Sebelum pulang tidak lupa ane mendaratkan ciuman tipis dibibirnya, dan dia balas dengan lembut.
“Gue balik ya. sampai ketemu dikampus. Jangan kebawa ngimpi ya. hahaha.” Ujar ane sambil tersenyum.
Dia hanya mengacungkan jari tengahnya saja. Tanpa berkata-kata, hanya tersenyum senang. Ane kentang parah, Nggak jadi berbuat yang iya-iya, nggak jadi nembak juga. Bodoh. haha.
Akhirnya ane sampai di kostan Zalina yang kayak gedung SD itu. Kostannya ini lebih sederhana dibanding kostan mewah Anin dan Vira. Ane langsung menuju ke kamar Zalina. Ane mengetuk pintu. Tidak ada jawaban. Ane ketuk lagi. Masih hening. Ane bingung kemana ini anak. Lalu sekitar 15 menitan kemudian, Zalina datang. Wajahnya sangat ceria. Dia menebar senyum ke ane dari jauh. Dan tiba-tiba ketika sudah dekat ke ane, ane dipeluk! Wah. Luar biasa banget gan sis. Ane dipeluk cewek populer yang sudah ane dekati selama hampir satu semester ini. Walaupun belum dapat nomor kontaknya sekalipun. Ane deg-degan sekaligus keringat dingin. Badan jadi gemetaran dan lama-lama ane merasa pusing. Mabuk kepayang kayaknya ini. Zalina nggak ngomong apapun ketika memeluk ane sekitar satu menitan. Tapi ane bisa merasakan hangatnya pelukannya, ketulusan dia untuk memeluk ane. Setelah melepas pelukannya, Zalina berkata, “Masuk yuk”. Untuk pertama kalinya, ane diajak masuk kekamar Zalina.
Kamarnya ini penuh dengan nuansa warna kuning. Kebetulan dia juga suka karakter Pikachu dari anime pokemon, pas udah. Baran-barangnya kebanyakan berwarna kuning dari mulai gelas minum sampai sisir rambutnya. Tapi kondisi kasurnya agak berantakan. Ane pun menemukan celana dalam entah bekas atau baru, sepertinya bekas pakai, tergeletak dibagian pinggir kasur. Jijik ih. Cantik-cantik ternyata jorok juga ni bocah. Zalina ternyata memilih kamar yang kamar mandinya diluar, share bathroom sama penghuni lainnya. Karena semua perempuan ya nggak masalah. Kamarnya juga ada kipas angin ukuran sangat besar, jadi seperti kebanting sama ukuran kamarnya yang cuman 3x3 meter. Beda sama Anin yang kamarnya ukurannya lebih besar.
“So, lo mau nomor kontak gue kan?” Tanya Zalina tiba-tiba
“Lo nggak nyuruh gue duduk dulu nih?” balas ane.
“Silakan duduk dimana lo mau, tiduran di kasur situ juga nggak apa-apa.” Katanya lagi.
“Gue duduk sini aja ya.” kata ane sambil duduk dipinggir kasur yang menghadap meja belajar.
“Disini gerah banget kalau banyak orang yang masuk Ja.” Kata dia sambil membuka kemeja kebesaran berwarna hijau tua. Dia memakai celana panjang ala-ala piyama gitu dengan warna senada. Dia memunggungi ane. Setelahnya dia hanya memakai tanktop hitam, dan terlihat juga tali bra berwarna merah marun terselip diantara tali tanktopnya. Dia tetap memunggungi ane dan menatap keluar jendela.
“Eh Lin lo main buka-buka aja, ada gue nih disini.” Ujar ane sembari takjub dan berpikir, udah buka aja semua.
“Ga apa-apa Ja, lo kan udah kenal gue cukup lama.” Katanya santai.
“Yeh, bukannya gitu Lin, nanti kalau kita khilaf repot urusannya Lin.” Kata ane sambil ketawa kecil.
“Nggak kuat iman amat sih lo jadi orang. Cupu banget kaya mahasiswa-mahasiswa sini, sok alim tapi mikirnya juga sama aja ngeresnya.” Kata dia.
“Jangan gitu Lin lo ngomongnya, mereka pintar-pintar tau, cuman cupu aja karena kebanyakan belajar dan ga tau dunia luar. Jadinya nggak gaul tu anak-anak cupu. Hahaha.” Akhirnya ane ikutan meledek juga.
“Berasa munafik tau nggak sih lo Ja. Mending rusak sekalian aja daripada sok oke banget tampilannya, tapi malah brengsek dibelakang. Udah gitu dimasa depan baru telat nakalnya. Repot Ja.” Katanya lagi.
“Hmm iya juga sih. Mending rusuh sekarang ya daripada telat, apalagi nakalnya pas udah berkeluarga. Kasihan kan. Terus ditambah kalau udah punya anak, aduh makin repot.” Timpal ane.
“Nah justru itu, gue kadang-kadang juga suka kesel kalau mereka, apalagi yang perempuan, memaksa dan bahkan ngejar-ngejar gue, dipaksa suruh pake kerudung. Apalagi muka gue arab gini kan, jadinya katanya makin cantik kalau pakai jilbab. Lah, pakai jilbab memang kewajiban, tapi bukan berarti harus dipaksain. Nanti adanya bukannya dapet hidayah malah jadi skeptis karena dipaksa.” Kata Zalina yang ane iyakan.
Ane cukup terkejut dengan pemikiran dia. Selama ini ane ngomong nggak pernah sampai ranah yang menurut ane cukup sensitif ini. Ane mengingatkan, jangan digeneralisasi, karena nggak semuanya begitu. Dia pun setuju dengan ane. Hanya saja kadang dia merasa muak karena sepertinya dikampus hanya dia sendiri yang kafir. Apalagi godaan dari cowok-cowok apalagi senior itu hampir selalu mewarnai hari-harinya. Mungkin itu yang membuat sebagian cewek iri dengannya, dan membuat seolah dia adalah cewek nggak benar yang harus segera dikembalikan ke jalan yang lurus. Entah lah. Ane kadang juga suka bingung menghadapi mahasiswa-mahasiwa sini yang terkadang judgemental banget.
“Ja, kan gue bilang ke lo masalah renang, tanggung cuma separo, mending sekalian aja semuanya keliatan, ya kan?” Lanjut dia tiba-tiba.
“Iya, terus?” kata ane datar.
“Mau nggak kalau lihatin semuanya? Gue tu kadang penasaran tau. Lo tau kan gue suka tertantang akan hal-hal yang nggak terpikirkan orang lain sebelumnya.”
“Maksudnya, lo mau telanjang depan gue Lin?” tanya ane sedikit senang, dan mendadak celana ane mulai sempit.
“LO LAH, MASA GUE?!” kata Zalina membentak.
“Hah? Seriusan Lin? Kaya stripper dong gue ntar Lin. Hahaha.” Kata ane setengah bercanda dan kaget juga, plus celana sudah makin sempit karena si rocky pingin berontak.
“Lo nggak apa-apa Lin? Lagi nggak mabuk kan lo?” kata ane lagi.
“Gue sadar 100% dan gue nggak pernah mabuk-mabukan, ngerokok juga nggak, kan lo juga tau.” Kata Zalina, kali ini dia sudah membalikkan badannya. Ane melihat jelas gunung kembarnya yang tersembunyi dibalik lapisan bra dan tanktop hitamnya. Tidak terlalu besar, tapi segenggaman tangan mah ada kayaknya.
“Iya iya Lin, take it easy.” Balas ane.
“Lo mau nomor gue atau nggak? Kalau mau, itu syaratnya, gue nantang lo.” katanya
“Iya Lin mau. Oke gue lepas. Lo mau yang mana dulu? Atas apa bawah?” kata ane.
“dari atas dulu, biar seru.” Timpal dia seraya tersenyum kecil. Senyumnya manis banget, apalagi pakai tanktop doang lagi. Duh si Rocky udah beneran berontak nih.
“Oke”. Ane lalu melepas kaos metal ane. Ane agak sedikit gugup dan malu. Sekarang tinggal sisa celana jeans robek di lutut kiri yang bagian pangkalnya sudah sedikit ada dorongan dari dalam.
“Kenapa lo? kok celana lo bentuknya gitu? Kayak ada yang nongol?” Kata Zalina heran sambil tertawa kecil.
“Heee iya, anu, eeh…gue nggak biasa Lin kayak gini didepan cewek. Apalagi gue liat lo seksi bener pakai tanktop doang, jadinya naluri lelaki gue berontak pengen dikeluarin Lin.” Entah apa yang ane pikirkan sampai terucap kalimat bodoh kayak gitu.
“Haha. Kok gugup sih. Hmm Ja, sebenarnya gue juga belum pernah lihat cowok nggak pakai apa-apa sebelumnya. Tapi gue nggak gugup. Biasa aja kan? Hahaha.” Ujarnya penuh kemenangan.
Sial, ini anak belum pernah liat cowok tanpa busana depan dia, dan sekalinya lihat malah biasa aja. Bisa gagal yang iya-iya kalau kayak gini nih. Hahaha.
“Keluarin aja Ja, kasihan jeans lo kan cukup ketat, nanti malah patah.” Katanya santai.
Gila. Ini cewek pikirannya liar juga. Ane nggak pernah menemukan Zalina berpikir seliar ini sebelumnya.
“Lo kenapa mikir gini sih Lin? Lo lagi kenapa?” tanya gue pura-pura kecewa.
“Nggak, gue kepingin aja. Ini tantangan baru buat gue Ja. Dan lo pasti mau ngelakuin buat gue Ja. Ya kan?” katanya lagi.
“Iya sih, tapi agak aneh aja, kok tantangan kayak gini. Kalo tantangan tuh lo uji nyali di gedung fakultas lantai 5 yang dekat dengan laboratorium kimia jam dua pagi. Itu baru seru. Lah ini? Gue disuruh buka semuanya.” Ane nyerocos aja.
“Gue mau tantangannya itu ya lo, Ja. Kapan lagi gue ngeliat cowok yang cukup manis tapi kurus tanpa busana depan gue.” Ujar dia, santai dan datar.
“Sakit lo Lin.” Kata ane singkat.
“Emang kenapa kalo gue sakit? Kenapa kalo gue aneh? Nggak suka lo?” hardik Zalina tiba-tiba.
“Wow, selow dong, nggak usah ngegas gitu ngomongnya.”
“UDAH DEH, COPOT TU JEANS!” bentak dia.
Ane cuma bisa menuruti kemauannya. Ane kayak dihipnotis gan sis. Ini anak benar-benar menunjukkan sisi lainnya kali ini. Sangat liar dan penuh dengan keingintahuan. Ane menurunkan celana jeans ane dan hanya tersisa celana dalam saja. Sejurus kemudian Zalina mendekat ke ane.
“Buka.” Kata Zalina berbisik dikuping ane.
Ane merinding setengah mati ini gan sis. Posisi si rocky udah miring ke kanan, ujungnya agak sedikit nongol dari celana dalam ane. Karena merinding dibisikin Zalina dari jarak yang super dekat, si rocky jadi makin kekar. Ane menurunkan celana dalam ane juga, dan setelahnya ane menutupi si rocky dengan tangan. Kemudian Zalina mulai mengendus aroma dari tubuh ane. Ane bingung kenapa dia begitu.
“Ternyata apik juga lo ngerawat badan ya. nggak ada yang bau dari badan lo, bahkan gue nyium bau cologne yang laki banget. Suka gue.” Kata dia datar.
“Tapi lo ngomongnya aja jago ya kalau yang menjurus, begitu berhadapan dengan lawan jenis secara langsung malah kicep. Hahahaha.” Zalina puas menertawakan ane. Ane malu.
“Gue nggak kicep Lin, gue bisa buktiin!” Kata ane nggak terima.
“Silakan. Lo mau apa?” tantang Zalina sambil melebarkan tangannya seperti mau meyambut pelukan.
Ditantang seperti itu ane berinisiatif merangkul pinggang Zalina dan ane dekatkan ke tubuh ane. Ane langsung mendaratkan ciuman dibibirnya. Tapi apa reaksinya? Dia mundur kebelakang dan menampar ane, keras sekali.
“Tadi lo bilang silakan, sekarang gue mau beraksi malah lo tabok. Anjir sakit banget lagi.” Ujar ane sambil meringis memegangi pipi kanan yang kena gampar barusan.
“Sori gue kelepasan Ja.” Ucapnya singkat dan tanpa rasa bersalah.
“Lo mau ngapain ini sekarang hah?” kata ane
“Gue mau lo temenin Ja, gue lagi suntuk.” Katanya.
“Oke gue temenin, tapi gue pakai baju dulu ya?”
“Nggak usah. Lo gitu aja. Gue senang lihatnya. Hehehe.”
“Masuk angin nanti gue Lin. Badan gue kekurangan lemak ini.”
“Gue bilang gitu aja!” kata dia, sedikit membentak.
“Oke, oke, oke.” Ane Cuma bisa pasrah.
Dia beranjak dari tempatnya menuju ke meja belajar. Dia menulis sesuatu. Agak banyak menulisnya. Ternyata ane diberikan nomor HP, pin BB, dan password emailnya. Kenapa password email dikasih ya? Ane bingung. Dia menyerahkannya ke ane dan langsung duduk dipangkuan ane. Dia merangkulkan tangannya di leher ane, dan ini membuat ane jadi merasa ada beban berat menggelayut.
“Gue belum pernah ciuman Ja.” Katanya berbisik dekat muka ane.
“Hah seriusan lo? duh gue minta maaf Lin.” Kata ane sok merasa bersalah, padahal aslinya senang dan merasa menang togel, karena first kiss dia adalah sama ane. Hahaha.
“Hmm nggak apa-apa Lin. Kalau lo mau ngerasain ciuman kenapa gue mesti begini sih? Kan bisa pakai baju juga.” Ujar ane.
“kata Anin, kalau ciuman dengan keadaan kulit ketemu kulit, sensasinya bakal lebih asyik Ja.” Katanya, kali ini ane melihat pipinya agak memerah.
“Tapi sekarang lo nggak buka baju dan celana. Mana ada ketemu kulit kita? Adanya gue lecet-lecet nanti.” Kata ane protes, berharap dia buka bajunya juga.
“Gue malu Ja. Takutnya nggak seperti yang lo bayangkan.” Katanya.
“Kalau lo malu, pelan-pelan aja yah. Jangan dipaksain. Nanti kalau lo udah siap, lo bilang gue ya.” Kata ane, sok pahlawan, padahal kentang parah. Mana si Rocky juga belum turun-turun, karena dia nempel di pantatnya Zalina yang pakai celana piyama tipis gitu.
“Makasih ya Ja. Shall we?” katanya lagi. Ane bingung. Mau ngapain lagi nih maksudnya?
Akhirnya dia yang memulai duluan. Dia mulai menciumi ane, dari mulai pipi, tengkuk, dada, sembari sedikit menjilati p*ting ane. Baru ane arahkan makin turun, eh dia malah naik lagi. Katanya mau ciuman bibir yang pakai lidah. Gila ini anak dirusak pemikirannya sama Anin, pikir ane. Tapi ya ane nggak rugi, malah rejeki nomplok ini sih. Hahaha.
Lidah kami bertemu, akhirnya ane memegang kendali, sekaligus sesekali mengajarkan teori dengan melepas ciuman, lalu ngomong dikit tentang teorinya, kemudian dilanjutkan lagi dengan prakteknya. Ane mulai turun menciumi lehernya, dari kanan kekiri dan sebaliknya. Kemudian turun sedikit lagi sampai kedadanya. Ketika ane menciumi dadanya dan mau membuka pembungkusnya, dia menjambak ane dengan keras sambil menggelengkan kepala. Ah, kentang anjir!
Sesi ciuman yang cukup lama ini akhirnya selesai. Si rocky nggak diapa-apain, disentuh pun tidak. Ane pun nggak bisa meraba-raba karena dia selalu melarangnya. Jadi hanya konsentrasi ke ciuman saja. Sumpah kentang banget. Tapi ane suka. Karena mungkin ini adalah lampu hijau untuk ane. Kalau ane jadiin pacar ya pasti bisa lebih lah. Hahaha. Ane berencana untuk menembak dia saat itu juga. Tapi..
“Ja, jangan bilang siapa-siapa ya. termasuk Anin.” Ujarnya memelas manja.
“Lah, ya iyalah. Nggak perlu diajarin gue juga tahu. Hehehe.” Kata ane.
Dia hanya tersenyum. Ingin rasanya ane cium lagi, tapi sudah cukup dulu sesinya. Kasihan dia. Baru pertama kali soalnya katanya. Ane seperti terhipnotis. Akhirnya ane beres-beres, berpakaian dan pamit pulang. Sebelum pulang tidak lupa ane mendaratkan ciuman tipis dibibirnya, dan dia balas dengan lembut.
“Gue balik ya. sampai ketemu dikampus. Jangan kebawa ngimpi ya. hahaha.” Ujar ane sambil tersenyum.
Dia hanya mengacungkan jari tengahnya saja. Tanpa berkata-kata, hanya tersenyum senang. Ane kentang parah, Nggak jadi berbuat yang iya-iya, nggak jadi nembak juga. Bodoh. haha.
itkgid dan 33 lainnya memberi reputasi
34
Zalina, 95% mirip Tala Ashe
Anin, 85% mirip Beby Cesara
Keket, 95% mirip, ane nggak kenal siapa ini, nemu di google
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/08/30/10668384_20190830043503.jpg)
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/08/30/10668384_20190830043009.jpg)
Mulustrasi Ara, waktu masih SMA, 96% mirip![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/09/12/10668384_201909120424500824.png)
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/09/13/10668384_201909130223080915.png)
serta apresiasi cendol