- Beranda
- Stories from the Heart
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]
...
TS
yanagi92055
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]
Selamat Datang di Thread Ane Gan/Sis
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2020/05/20/10668384_20200520011303.jpg)
Kali ini ane ingin sekali bercerita tentang seluk beluk perjalanan cinta ane yang mana sudah lama banget mau ane ceritakan, karena ane cukup mual juga kalau memendam kisah-kisah ini terlalu lama, ada yang mengganjal dihati, hitung-hitung sebagai penebusan dosa..hehe.. Mohon maaf juga sebelumnya karena ane masih nubie, mohon bimbingannya ya gan sis agar trit menjadi lebih menarik untuk dibaca.
Terima kasih Gan Sis telah mendukung dan membaca Trit ini sehingga bisa menjadi HT di bidang STORY. Semoga kedepannya ane selalu bisa memperbaiki tulisan ini dengan baik sehingga semakin enak dibaca.
Spoiler for INDEX:
Spoiler for "You":
Spoiler for MULUSTRASI:
Spoiler for Peraturan:
Selamat membaca kisah ane yang menurut ane seru ini ya gan/sis.
Menurut ane, lagu ini kurang lebih mewakili diri ane di masa lalu gan sis
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Diubah oleh yanagi92055 20-05-2020 13:13
DayatMadridista dan 113 lainnya memberi reputasi
106
465.7K
4.3K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
yanagi92055
#14
Awal Kehidupan Kampus_Part 3
Akhirnya rangkaian ospek fakultas akan berakhir. Pada hari terakhir ospek itu ada semacam award yang akan memilih peserta-peserta ospek yang dirasa punya perbedaan dan lain sebagainya. Nggak penting. Ane dan Tanto sudah siap dari habis subuh. Sehabis salat subuh berjamaah di Kostan bersama dua orang penghuni lainnya, yaitu Adi S dan Adi F, kami mempersiapkan diri untuk berangkat ke medan laga. Diperjalanan menuju ke lokasi kami bertemu dengan Zalina. Dia kelihatan culun banget. Pakai kemeja putih kebesaran dengan rok panjang hitam itu mengingatkan ane seperti orang-orang yang lagi ditraining untuk kerja ditempat baru ya. haha.
“Hai.” Sapa ane ke Zalina
“Hai, Ja. Udah siap?” Balas dia.
“Siap dong. Lo gimana, udah siap semua perbekalan dan segalanya?” tanya ane lagi.
“Beres semua udah. Pokoknya tinggal tempur aja ini. Haha.” Katanya sambil tertawa kecil. How cute.
“Gue Adi F.” tiba-tiba si Adi F menyelak obrolan kami.
“Zalina.” Kata dia sambil menyodorkan tangannya.
“Gue dari regu 19, lo sekelompok sama dua kampret ini ya? Sungguh nggak beruntung lo ya. hahaha.” Ujar Adi F sambil meledek ane dan Tanto.
“Hahaha. Iya bener, tapi lumayan lah ada dua orang yang mukanya rada bener dikit dikelompok gue, jadinya gue nggak bosen.” Kata Zalina santai.
Apa? Mukanya bener? Muka kayak gimana nih yang masuk kategori “bener” menurut dia. Ane inisiatif nanya.
“Lin, siapa yang maksud lo mukanya rada bener?” Tanya ane.
“iya siapa sih? Kan diregu kita cuman ada gue sama Ija doang yang lagi bareng lo, berarti kita dong? Hahaha.” Timpal Tanto.
“Iyalah b*go, siapa lagi.” Balas Zalina santai tanpa melihat ke arah kami berdua.
Ane sama Tanto langsung nyengir penuh kemenangan ke arah Adi F, si bocah asal Lombok yang super pintar otaknya, tapi kelakuannya rada absurd. Badannya nggak terlalu tinggi, hampir setinggi Zalina, rambutnya kriting sampai susah disisir, kulitnya sawo matang, dan kalau lagi ngelawak nggak pernah lucu. Tapi nasib anak ini kini luar biasa, sudah memimpin perusahaan di umurnya yang masih muda, dengan jerih payahnya sendiri, bukan meminta orangtuanya. Salut.
Adi S. yang sedari tadi juga ikut berjalan bersama kami tidak banyak bicara, padahal ini bakat melawaknya sangat natural, entah apa yang dia pikirkan saat itu. Dia adalah seorang mahasiswa asal Indramayu, tingginya 180-an cm, tegap, berisi dan kekar, kulit sawo matang banget, karena dia adalah seorang anak nelayan dan kehidupannya memang dihabiskan dipesisir pantai. Anak ini juga memiliki otak yang super encer, tapi terkadang oportunis. Kuliahnya ditopang dari beasiswa prestasi yang didapatkannya. Sungguh hebat teman-teman ane ini gan sis.
Ane sebetulnya juga nggak dodol-dodol amat sekolah, buktinya ane bisa masuk ke Kampus ini kan. Tapi begitu sampai disini, ane jadi berasa gobl*k sendiri gan sis, karena disini orang pintar aja nggak cukup. Banyak yang super-super otaknya, dikumpulkan dari seluruh penjuru negeri, para pemuda pemudi berbakat ini kemudian memperkaya ilmunya demi mensejahterakan bangsa ini, dimulai dari menaikkan derajat keluarganya dahulu, kemudian dirinya sendiri, lalu baru berbuat untuk bangsa ini. Kampus ane merupakan kampus ramah orang yang kurang mampu. Karena waktu itu biaya kuliah masih terjangkau, juga banyak sekali penawaran beasiswa pendidikan yang meringankan beban mahasiswa. Akhirnya teman-teman ane banyak sekali yang berkuliah disini mengandalkan otaknya, karena mereka dari kalangan bawah biasanya gan sis. Hebat perjuangan mereka.
Sesampainya di medan laga, ane berkumpul bersama regu ane ditempat yang sudah disediakan, yaitu nama regu sudah ada dipatok tertentu yang ditancapkan ditanah. Kami menuju kesana dengan didampingi beberapa senior panitia, ada yang biasa aja, ada yang tampangnya bengis kayak singa, ada juga yang jelalatan karena melihat Zalina dan mungkin Vira. Vira ini termasuk lucu juga gan kalau dilihat-lihat. Nggak terlalu tinggi, mukanya bulat, mata dibalik kacamatanya bulat lucu kayak loli, udah gitu cerewet banget gan sis. Sayang sekali dia sudah punya pacar ketika itu, dia LDR-an sama pacarnya di Kebumen, Jawa Tengah sana, sementara dia merantau ke kampus ane.
Kami sudah bersiap ditempat yang sudah ditentukan. Kami sudah nothing to lose untuk rangkaian ospek yang memuakkan dan membosankan ini. Akhirnya kami disuruh untuk mengelilingi fakultas kami dengan pemberhentian di tempat-tempat tertentu. Ada pos lah istilahnya. Kami sudah pasrah untuk dikerjai, dimarah-marahi nggak jelas, dan pada akhirnya ada perjuangan fisik yang membuat Vira sempat pingsan karena kelelahan. Ane sebagai ketua regu merasa bertanggungjawab. Ane berinisiatif untuk menggendong Vira ke pos kesehatan, yang ternyata jaraknya lumayan jauh dari tempat Vira pingsan. Sementara ane membawa Vira, rekan-rekan regu ane lainnya melanjutkan perjalanan mereka, yang kali ini dipimpin oleh teman ane bernama Berli, menggantikan ane. Vira ternyata cukup berat gan sis. Ane berpikir anaknya kecil ini, pasti nggak susah lah buat diangkat. Memang pas diangkat ga susah, pas digendongnya gempor gan sis.
Ternyata ditengah perjalanan menuju ke pos kesehatan Vira sudah siuman.
“Lo pingsan Vir, sebentar gue angkut ke poskes ya.” Ane memberitahu Vira
“Dimana ini Ja? Aduh kepala gue puyeng banget.” Kata Vira dengan logat jawanya yang cukup medhok.
“Udah lo tenang aja ya. sampai di poskes baru deh lo banyakin tu nanya-nanyanya.” Kata ane lagi.
“Makasih ya Ja. Tapi kok lo sendirian? Yang lain ga ada yang bantu?” Tanyanya lagi.
“Yang lain udah gue suruh duluan aja. Karena gue pikir lo ringan jadi bisa gue angkat sendiri, ternyata lo berat juga ya. gempor gue.” Sahut ane.
“Maaf ya, gue emang keliatannya aja kecil, padahal berat badan gue emang lumayan kok, makanya gue mau diet. Hehehe.” Kata Vira
“Bagus deh, biar ngurangin beban hidup gue. Hahaha.” Ujar ane asal.
Vira cuman nyengir aja dan tiba-tiba tangan kanannya yang tadi ada di posisi terlempar-lempar kebawah meraih tengkuk ane. Otomatis ane kaget. Tapi nggak apa-apa, soalnya ane pikir ane juga berat bawa dia, kalau dia nggantungin tangannya ditengkuk ane, jadinya lebih ringan.
Sesampainya di pos kesehatan ane kaget ternyata sudah ada Zalina disitu. Tapi ane konsentrasi buat nurunin Vira dan melapor kejadian yang dia alami tadi. Zalina diam saja nggak berbuat apa-apa. Dia hanya memandangi ane saja dari mulai menurunkan Vira sampai selesai melaporkan kronologi, terus juga menjelaskan data diri Vira.
“Lin, lo ngapain ada disini? Harusnya kan lo gabung sama anak-anak tadi.” tanya ane.
“Nggak ngapa-ngapain, gue cuman mastiin Vira lo bawa kesini, bukan ke semak-semak.” Jawabnya.
“Dih kok lo mikir negatif gitu sih ke gue Lin? Gue salah apa sih sama lo?” Tanya ane kesal
“Lo nggak salah kok, gue cuman takut aja kan dikata.” Jawab Zalina lagi.
“gue bukan orang maniak yang nyari kesempatan dalam kesempitan Lin asal lo tau. Gue begini karena tanggungjawab gue sebagai ketua regu!” Ucap ane agak emosi.
“GUE TAU!” kata Zalina sedikit membentak, lalu pergi begitu saja. Ekspresinya membuat ane bingung.
Ternyata ada salah seorang senior yang melihat kejadian ini. Senior ini dua tahun diatas ane. Dia dari jurusan teknik. Badannya kecil kurus, nggak terlalu tinggi, mungkin sekitar 160-an cm juga, kulitnya coklat, mukanya kusam, matanya agak beler kaya orang mabuk, dan ditangannya juga ada rokok yang sudah dibakar. Nggak terlalu ganteng, bahkan lebih pas seperti gelandangan. Kemejanya lusuh, dan memakai celana jeans yang robek dibagian lutut. Pakai sendal pula ini orang.
“Ngapain ribut disini lo?” Tanyanya.
“Nggak bang, salah paham aja itu.” Jawab ane.
“regu berapa lo?” tanyanya lagi.
“Regu 8 bang.” Jawab ane.
“Hati-hati lo ya.” dia memperingatkan.
“Oh iya bang, gue akan hati-hati.” Kata ane.
Dia pergi begitu saja. Ane berpikir, ini orang mabuk apa gimana? Dateng nggak jelas darimana, tiba-tiba ngajak ngobrol dan bilang hati-hati. Apaan ini orang maksudnya.
“Hai.” Sapa ane ke Zalina
“Hai, Ja. Udah siap?” Balas dia.
“Siap dong. Lo gimana, udah siap semua perbekalan dan segalanya?” tanya ane lagi.
“Beres semua udah. Pokoknya tinggal tempur aja ini. Haha.” Katanya sambil tertawa kecil. How cute.
“Gue Adi F.” tiba-tiba si Adi F menyelak obrolan kami.
“Zalina.” Kata dia sambil menyodorkan tangannya.
“Gue dari regu 19, lo sekelompok sama dua kampret ini ya? Sungguh nggak beruntung lo ya. hahaha.” Ujar Adi F sambil meledek ane dan Tanto.
“Hahaha. Iya bener, tapi lumayan lah ada dua orang yang mukanya rada bener dikit dikelompok gue, jadinya gue nggak bosen.” Kata Zalina santai.
Apa? Mukanya bener? Muka kayak gimana nih yang masuk kategori “bener” menurut dia. Ane inisiatif nanya.
“Lin, siapa yang maksud lo mukanya rada bener?” Tanya ane.
“iya siapa sih? Kan diregu kita cuman ada gue sama Ija doang yang lagi bareng lo, berarti kita dong? Hahaha.” Timpal Tanto.
“Iyalah b*go, siapa lagi.” Balas Zalina santai tanpa melihat ke arah kami berdua.
Ane sama Tanto langsung nyengir penuh kemenangan ke arah Adi F, si bocah asal Lombok yang super pintar otaknya, tapi kelakuannya rada absurd. Badannya nggak terlalu tinggi, hampir setinggi Zalina, rambutnya kriting sampai susah disisir, kulitnya sawo matang, dan kalau lagi ngelawak nggak pernah lucu. Tapi nasib anak ini kini luar biasa, sudah memimpin perusahaan di umurnya yang masih muda, dengan jerih payahnya sendiri, bukan meminta orangtuanya. Salut.
Adi S. yang sedari tadi juga ikut berjalan bersama kami tidak banyak bicara, padahal ini bakat melawaknya sangat natural, entah apa yang dia pikirkan saat itu. Dia adalah seorang mahasiswa asal Indramayu, tingginya 180-an cm, tegap, berisi dan kekar, kulit sawo matang banget, karena dia adalah seorang anak nelayan dan kehidupannya memang dihabiskan dipesisir pantai. Anak ini juga memiliki otak yang super encer, tapi terkadang oportunis. Kuliahnya ditopang dari beasiswa prestasi yang didapatkannya. Sungguh hebat teman-teman ane ini gan sis.
Ane sebetulnya juga nggak dodol-dodol amat sekolah, buktinya ane bisa masuk ke Kampus ini kan. Tapi begitu sampai disini, ane jadi berasa gobl*k sendiri gan sis, karena disini orang pintar aja nggak cukup. Banyak yang super-super otaknya, dikumpulkan dari seluruh penjuru negeri, para pemuda pemudi berbakat ini kemudian memperkaya ilmunya demi mensejahterakan bangsa ini, dimulai dari menaikkan derajat keluarganya dahulu, kemudian dirinya sendiri, lalu baru berbuat untuk bangsa ini. Kampus ane merupakan kampus ramah orang yang kurang mampu. Karena waktu itu biaya kuliah masih terjangkau, juga banyak sekali penawaran beasiswa pendidikan yang meringankan beban mahasiswa. Akhirnya teman-teman ane banyak sekali yang berkuliah disini mengandalkan otaknya, karena mereka dari kalangan bawah biasanya gan sis. Hebat perjuangan mereka.
Sesampainya di medan laga, ane berkumpul bersama regu ane ditempat yang sudah disediakan, yaitu nama regu sudah ada dipatok tertentu yang ditancapkan ditanah. Kami menuju kesana dengan didampingi beberapa senior panitia, ada yang biasa aja, ada yang tampangnya bengis kayak singa, ada juga yang jelalatan karena melihat Zalina dan mungkin Vira. Vira ini termasuk lucu juga gan kalau dilihat-lihat. Nggak terlalu tinggi, mukanya bulat, mata dibalik kacamatanya bulat lucu kayak loli, udah gitu cerewet banget gan sis. Sayang sekali dia sudah punya pacar ketika itu, dia LDR-an sama pacarnya di Kebumen, Jawa Tengah sana, sementara dia merantau ke kampus ane.
Kami sudah bersiap ditempat yang sudah ditentukan. Kami sudah nothing to lose untuk rangkaian ospek yang memuakkan dan membosankan ini. Akhirnya kami disuruh untuk mengelilingi fakultas kami dengan pemberhentian di tempat-tempat tertentu. Ada pos lah istilahnya. Kami sudah pasrah untuk dikerjai, dimarah-marahi nggak jelas, dan pada akhirnya ada perjuangan fisik yang membuat Vira sempat pingsan karena kelelahan. Ane sebagai ketua regu merasa bertanggungjawab. Ane berinisiatif untuk menggendong Vira ke pos kesehatan, yang ternyata jaraknya lumayan jauh dari tempat Vira pingsan. Sementara ane membawa Vira, rekan-rekan regu ane lainnya melanjutkan perjalanan mereka, yang kali ini dipimpin oleh teman ane bernama Berli, menggantikan ane. Vira ternyata cukup berat gan sis. Ane berpikir anaknya kecil ini, pasti nggak susah lah buat diangkat. Memang pas diangkat ga susah, pas digendongnya gempor gan sis.
Ternyata ditengah perjalanan menuju ke pos kesehatan Vira sudah siuman.
“Lo pingsan Vir, sebentar gue angkut ke poskes ya.” Ane memberitahu Vira
“Dimana ini Ja? Aduh kepala gue puyeng banget.” Kata Vira dengan logat jawanya yang cukup medhok.
“Udah lo tenang aja ya. sampai di poskes baru deh lo banyakin tu nanya-nanyanya.” Kata ane lagi.
“Makasih ya Ja. Tapi kok lo sendirian? Yang lain ga ada yang bantu?” Tanyanya lagi.
“Yang lain udah gue suruh duluan aja. Karena gue pikir lo ringan jadi bisa gue angkat sendiri, ternyata lo berat juga ya. gempor gue.” Sahut ane.
“Maaf ya, gue emang keliatannya aja kecil, padahal berat badan gue emang lumayan kok, makanya gue mau diet. Hehehe.” Kata Vira
“Bagus deh, biar ngurangin beban hidup gue. Hahaha.” Ujar ane asal.
Vira cuman nyengir aja dan tiba-tiba tangan kanannya yang tadi ada di posisi terlempar-lempar kebawah meraih tengkuk ane. Otomatis ane kaget. Tapi nggak apa-apa, soalnya ane pikir ane juga berat bawa dia, kalau dia nggantungin tangannya ditengkuk ane, jadinya lebih ringan.
Sesampainya di pos kesehatan ane kaget ternyata sudah ada Zalina disitu. Tapi ane konsentrasi buat nurunin Vira dan melapor kejadian yang dia alami tadi. Zalina diam saja nggak berbuat apa-apa. Dia hanya memandangi ane saja dari mulai menurunkan Vira sampai selesai melaporkan kronologi, terus juga menjelaskan data diri Vira.
“Lin, lo ngapain ada disini? Harusnya kan lo gabung sama anak-anak tadi.” tanya ane.
“Nggak ngapa-ngapain, gue cuman mastiin Vira lo bawa kesini, bukan ke semak-semak.” Jawabnya.
“Dih kok lo mikir negatif gitu sih ke gue Lin? Gue salah apa sih sama lo?” Tanya ane kesal
“Lo nggak salah kok, gue cuman takut aja kan dikata.” Jawab Zalina lagi.
“gue bukan orang maniak yang nyari kesempatan dalam kesempitan Lin asal lo tau. Gue begini karena tanggungjawab gue sebagai ketua regu!” Ucap ane agak emosi.
“GUE TAU!” kata Zalina sedikit membentak, lalu pergi begitu saja. Ekspresinya membuat ane bingung.
Ternyata ada salah seorang senior yang melihat kejadian ini. Senior ini dua tahun diatas ane. Dia dari jurusan teknik. Badannya kecil kurus, nggak terlalu tinggi, mungkin sekitar 160-an cm juga, kulitnya coklat, mukanya kusam, matanya agak beler kaya orang mabuk, dan ditangannya juga ada rokok yang sudah dibakar. Nggak terlalu ganteng, bahkan lebih pas seperti gelandangan. Kemejanya lusuh, dan memakai celana jeans yang robek dibagian lutut. Pakai sendal pula ini orang.
“Ngapain ribut disini lo?” Tanyanya.
“Nggak bang, salah paham aja itu.” Jawab ane.
“regu berapa lo?” tanyanya lagi.
“Regu 8 bang.” Jawab ane.
“Hati-hati lo ya.” dia memperingatkan.
“Oh iya bang, gue akan hati-hati.” Kata ane.
Dia pergi begitu saja. Ane berpikir, ini orang mabuk apa gimana? Dateng nggak jelas darimana, tiba-tiba ngajak ngobrol dan bilang hati-hati. Apaan ini orang maksudnya.
Diubah oleh yanagi92055 13-08-2019 00:24
itkgid dan 28 lainnya memberi reputasi
29
Tutup
Zalina, 95% mirip Tala Ashe
Anin, 85% mirip Beby Cesara
Keket, 95% mirip, ane nggak kenal siapa ini, nemu di google
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/08/30/10668384_20190830043503.jpg)
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/08/30/10668384_20190830043009.jpg)
Mulustrasi Ara, waktu masih SMA, 96% mirip![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/09/12/10668384_201909120424500824.png)
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/09/13/10668384_201909130223080915.png)
serta apresiasi cendol