- Beranda
- Stories from the Heart
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]
...
TS
yanagi92055
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]
Selamat Datang di Thread Ane Gan/Sis
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2020/05/20/10668384_20200520011303.jpg)
Kali ini ane ingin sekali bercerita tentang seluk beluk perjalanan cinta ane yang mana sudah lama banget mau ane ceritakan, karena ane cukup mual juga kalau memendam kisah-kisah ini terlalu lama, ada yang mengganjal dihati, hitung-hitung sebagai penebusan dosa..hehe.. Mohon maaf juga sebelumnya karena ane masih nubie, mohon bimbingannya ya gan sis agar trit menjadi lebih menarik untuk dibaca.
Terima kasih Gan Sis telah mendukung dan membaca Trit ini sehingga bisa menjadi HT di bidang STORY. Semoga kedepannya ane selalu bisa memperbaiki tulisan ini dengan baik sehingga semakin enak dibaca.
Spoiler for INDEX:
Spoiler for "You":
Spoiler for MULUSTRASI:
Spoiler for Peraturan:
Selamat membaca kisah ane yang menurut ane seru ini ya gan/sis.
Menurut ane, lagu ini kurang lebih mewakili diri ane di masa lalu gan sis
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Diubah oleh yanagi92055 20-05-2020 13:13
DayatMadridista dan 113 lainnya memberi reputasi
106
465.4K
4.3K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
yanagi92055
#7
Permission Granted!
Present Day
“hhmmmmmhh……usshhh!!” Ane mengerang, tubuh ane sudah cukup basah dengan keringat, dan ane semakin terpojok ke dinding kamar.
“hmmm…mmmm…clak!!!” tiba-tiba dia nyengir. “Enak?” Katanya.
“Pake nanya lagi, udah lanjutin, elah!” Ane yang udah kena tanggung protes keras.
Dia melanjutkan kegiatannya dibawah sana. Ane berdiri sambil gemetaran dan dia terus beraksi, kepalanya maju mundur seperti pajangan yang ada dimobil-mobil. Ketika udah hampir teriak karena mau sampai di titik akhir, tiba-tiba dia menggigit.
“addoooooh, anjir….sakit banget tauk!!! Ah gila kamu ya!!” hardik ane, sambil menjambak rambutnya berlawanan dengan tubuh ane, menjauhkannya dari tubuh ane sehingga dia pun berteriak.
“aduduuh, apaan sih, kok kasar pake jambak-jambak?” Protes dia.
“Ya kamu lagian, ngapain pake nggigit segala, anjir sakit banget ini. Masih on fire digigit itu bikin sesak napas, ngilu juga tau nggak kamu!” kata ane lagi.
“Itu balesannya yank! Enak nggak digigit begitu? Waktu tempo hari kamu juga pernah gigit aku pas lagi main disini!” dia menunjuk satu titik berwarna berbeda dengan kulit putih dadanya yang bagus, mulus dan berkeringat itu.
“Lah namanya gemes mau gimana lagi??” Kata ane polos.
“Yaudah kita impas kan?” Balas dia.
“Iya-iya..maafin aku ya.” Kata ane sambil membantunya berdiri.
Ane dan dia termasuk orang-orang yang cukup tinggi di bidang kelamin masing-masing, dengan tinggi ane 178 cm, cukup tinggi untuk laki-laki dan dia 165 cm, cukup tinggi untuk perempuan di negara kita tercinta ini. Dengan konfigurasi tinggi badan seperti ini, maka mudah bagi kami untuk saling berpelukan, beradu mulut dan lidah, serta penetrasi pada posisi berdiri. Dialah orang yang paling ane sayangi. Di waktu sekarang, diwaktu tulisan ini dibuat. Kalau di forum STFH biasanya mendeskripsikan pasangan atau orang yang dicintai itu pasti cantik, lucu, indah dipandang mata, juga disukai banyak orang. Baik yang true story maupun fiksi. Tapi ane bisa pastikan orang yang ane sayang ini emang beneran cantik, semampai, dan dibayangan orang-orang “wah bening banget ini pasti". Ya, memang gitu keadaannya.
“gimana, mau lanjut pertempuran kita? Waktu kita nggak lama loh.” tanya dia ke ane.
“Lah ya iyalah, masa cuman blow-blow doang, lu kira salon!” Balas ane nggak terima.
“Bacot aja lu ah. Sini….!” Kata dia sambil lanjut berjinjit sedikit dan nggak pakai babibu langsung hajar aja bibir ane.
Ane belum siap, tapi karena tadi kentang, yasudah pertempuran bibir pun tak terhindarkan. Berlanjut ke segmen yang semua orang tunggu-tunggu. Saking semangatnya, keringat dan air liur dari hasil saling menjilat satu sama lain bercampur. AC kamar kost yang dingin tiba-tiba terasa sangat panas. Gerah. Akhirnya kami saling melucuti satu persatu pakaian yang melekat di tubuh. Wow, luar biasa sekali pemandangan surga dunia didepan ane, walaupun sudah pernah lihat sebelumnya, tapi malam itu terasa sangat spesial. Ane mulai kegilaan kami dari bawah dulu, pelan-pelan sampai dia keenakan dan nggak bisa berkata-kata, jilatan, ciuman, dan gigitan tipis yang ane daratkan dihampir seluruh tubuhnya membuatnya semakin nggak kekontrol. Akhirnya dia balas yang sama.
Kemudian selesai sesi foreplay, you know lah. Dia banyak main diatas, menguasai ane. Staminanya luar biasa. Tapi untungnya ane pun punya stamina besar. Seimbang dong. Kondisi kamar sudah kacau balau karena kami bermain dihampir setiap sudut ruangan. Posisinya juga macam-macam. pokoknya gila banget deh, sampai 13 kali dalam waktu kurang dari 8 jam. Tapi klimaksnya yang ane khawatirkan gan sis. Khilaf euy. Terucaplah susunan kalimat yang absurd, aneh, tapi sangatlah populer di kalangan milenials, “keluar didalam.” Aneh nggak sih? Keluar, tapi didalam? Apa pulak itu.
“Kok kamu gitu sih?” katanya heran.
“Maaf yank, khilaf. Maafin aku, soalnya kan kita bakalan lama banget LDR-nya, aku kebawa suasana banget yank, padahal tadi sebelum-sebelumnya kan selalu diluar. Tapi kalau jadipun, aku siap. Karena aku emang berjuang pontang panting banting tulang, nyebrang pulau, lintas samudra, itu ya buat perjuangin kamu untuk jadi pendamping hidup aku.” Ane menjelaskan.
“Tapi kamu tahu sendiri kondisiku yank, apa kata keluargaku nanti? Kamu tau kan keluarga aku siapa didaerah ini? Aku mau nikah sama kamu, tapi nggak gitu caranya yank.” Dia masih memprotes.
“Maafin aku yank.” Kata ane seraya memeluknya. Dia menangis.
“2 hari lagi kamu bakal balik lagi ke Pulau Jawa sana dan dalam waktu yang sangat lama, kalau ini bener-bener jadi, aku harus berjuang ditemenin siapa ngehadapinnya?” Katanya.
Diskusi ini kemudian mengarah ke perhitungan masa subur, dan jika kalkulasi kami tidak salah, maka dia sedang tidak dalam kondisi subur. Ane dan dia lega, walaupun tidak sepenuhnya.
“Kamu janji kan, kamu udah insyaf, kamu nggak kaya dulu lagi. Kamu tu beruntung tau nggak sih nggak pernah sampai ada yang jadi. Kita itu sama-sama bukan orang baik, makanya kita dipertemukan dengan cara unik, jangan rusak ini semua ya sayang. Aku nggak tahu lagi siapa yang akan menerima keadaanku yang seperti ini kalau bukan kamu.” Katanya lagi sembari menyeka air matanya, dan ane melihat dirinya begitu lembut dan manis ketika dalam ekspresi seperti itu. Pingin ane karungin terus bawa pulang aja rasanya.
“Iya aku ngerti banget yank. Kamu harus tenang, kendalikan diri kamu dulu.” Ujar ane sambil menyuguhkan segelas air putih.
“Kamu udah lega kan cerita masa lalu kamu udah kamu ceritain di forum? Jadi beban kamu harusnya udah banyak yang keangkat, apalagi sekarang kamu juga udah ada aku, kurang apa lagi?" Kata ane lagi.
“Iya yank, lega banget. Apalagi respon readersnya juga baik, seru, ada yang kasih masukan, ada yang kasih kritik juga, ada yang ngedoain, ada yang PM, bahkan sampe ada yang ngebet banget mau kenal lebih dekat sama aku. Haha.” Kata dia sembari mulai kembali ke raut ceria yang ane selalu dambakan untuk dilihat dari dekat.
“Nah gitu dong, ceria lagi. Udah, kita yakin dan optimis, kita akan menikah dengan cara yang normal.” Kata ane berusaha meyakinkannya.
“Iya sayang.” Katanya singkat sambil memeluk ane. Pelukan hangat yang selalu ane tunggu-tunggu karena pasti ada bonus sumpelan yang berasa banget didada ane. Hahaha. Ngeres aja teruuuss. Setan emang ya.
Lalu ane pun berusaha menaikkan kembali moodnya yang sempat rusak tadi. Sedikit cuddling, melayani apa yang dia mau seperti mau saja disuruh beli mie goreng malam-malam, padahal ketika itu sudah pukul 02.00 WITA, nggak ada pula yang jualan, dan menemaninya sampai tertidur lelap.
“I love you, Nda.” Bisik ane sambil mencium keningnya.
Ane pun tidur disampingnya dalam keadaan damai.
--
Esok harinya, karena dia masih cuti kerja, ane banyak menghabiskan waktu bercanda, makan, ribut-ributan kecil, eksplorasi rumahnya untuk mengetahui spot-spot asyik buat “bayar jatah” dan menonton film-film favorit kami berdua dan juga mendengarkan musik-musik kesukaan. Benar-benar terasa indah gan sis. Haha. Tapi keindahan tersebut akan segera berakhir. Ane harus pulang dan kembali ke rutinitas pekerjaan di Jawa. Perjuangan ane untuk rutin menyambanginya di Pulau Kalimantan memang berat, tapi ya ane coba lakukan, walaupun pendapatan ane bekerja pun belum besar-besar amat. Hahaha. Cintaku berat di ongkos ini sih.
“Hmm yank, gimana, boleh nggak aku nulis kisahku?” Tanya ane ke dia.
“Silakan aja yank, kalau itu bikin kamu lega nantinya.” Ujar dia mendukung.
“Yakin kamu? Kisah aku lebih gila dari kamu loh. Kita udah pernah bahas ini panjang lebar” Tanya ane lagi berusaha meyakinkan.
“Hmm, iya aku ngerti. Mungkin awalnya aku tolak banget. Tapi sekarang aku dukung kamu kok yank. Jadi gimana, mau kapan mulai? Aku tau kok kamu udah bikin draft-draft tulisannya.” Kata dia, cukup terkejut juga ane, tahu darimana dia.
“Dih, kok tau-tauan ini aku udah buat draft? Kamu lihat dimana?” tanya ane keheranan karena dia bukan orang yang suka bongkar-bongkar barang ane, apalagi lihat isi laptop atau HP. Saling percaya aja, kata dia selalu.
“Namanya cewek itu pasti tahu macam-macam lah soal orang yang disayanginya.” Katanya sambil tertawa kecil, gila ini manis banget asli pas ketawa-ketawa kecil gini gan sis. Hahaha.
“Jadi bener nih ya, boleh ya, tapi nanti ada part kita juga nggak apa-apa? Ada ++ nya juga nggak apa-apa?” kata ane lagi.
“Boleh, kan kemarin juga kamu udah puasin aku banget, jadi apa sih yang nggak buat kamu” katanya sambil mengerling sok centil ke ane.
“Makasih sayang. Nanti aku diskusiin juga ya buat nulisnya sama kamu via chat kek, medsos kek, VC atau VCS kek, biar kata kita LDR juga kan mesti tetap lancar komunikasinya yank.” Balas ane.
“Apaan itu ada VCS?” selak dia.
“lah kan, tipikal banget ini, dijelasin panjang lebar tentang cara komunikasi kita, taunya yang difokusin satu doang. Hahaha. Geblek.” Hina ane.
“itu penting yank, biar kamu ga mesum terus pikirannya.” Timpal dia.
“Iya sayang. Namanya juga usaha. Nanti kalo si rocky kelaparan kan ga ada yang kasih makan yank, teknologi digital belum sampe keranah itu penemuannya” kata ane asal.
“ada tangan lu b*go!” jawab dia asal juga.
“Dih, apaan sih, pake tangan juga kalo ga ada bahannya ya mana bisa nyembur, elah lu ah.” Bela ane.
“Yaudah deh ah, nggak usah dibahas. Nanti malah ga pernah fokus kamu disana. Urusan itu gampang, tunggu aja kejutan-kejutan dari aku.” Katanya lagi.
Begitulah gan sis, ane akhirnya diizinkan untuk menulis kisah petualangan masa lalu yang menurut ane seru ini. Jadinya fokus ceritanya ya bukan ke perjalanan cinta ane dan Dia gan. Permission granted ladies and gentlemen! Awalnya dia nggak setuju banget, tapi karena kami cukup intens membahas ini, akhirnya ibu polda itu menyetujui. Bahkan mendukung ane dengan berdiskusi masalah tata bahasa, diksi maupun alur atau timeline cerita, dia juga bantu ane ingat-ingat kejadiannya. Tapi tenang saja, ane selalu punya buku semacam diary, isinya ya macam-macam pengalaman hidup ane, dari mulai masa sekolah, kuliah, kerja, cari jodoh dan segala macamnya. Jadi cerita ini kurang lebihnya mengacu ke catatan ane dan memori ane tentang kejadian-kejadian yang tertulis didalamnya. Ane pun berpisah dengannya sementara waktu, dan kami hanya bisa berkomunikasi via chat atau media sosial lainnya untuk saat ini.
Here we go…..
“hhmmmmmhh……usshhh!!” Ane mengerang, tubuh ane sudah cukup basah dengan keringat, dan ane semakin terpojok ke dinding kamar.
“hmmm…mmmm…clak!!!” tiba-tiba dia nyengir. “Enak?” Katanya.
“Pake nanya lagi, udah lanjutin, elah!” Ane yang udah kena tanggung protes keras.
Dia melanjutkan kegiatannya dibawah sana. Ane berdiri sambil gemetaran dan dia terus beraksi, kepalanya maju mundur seperti pajangan yang ada dimobil-mobil. Ketika udah hampir teriak karena mau sampai di titik akhir, tiba-tiba dia menggigit.
“addoooooh, anjir….sakit banget tauk!!! Ah gila kamu ya!!” hardik ane, sambil menjambak rambutnya berlawanan dengan tubuh ane, menjauhkannya dari tubuh ane sehingga dia pun berteriak.
“aduduuh, apaan sih, kok kasar pake jambak-jambak?” Protes dia.
“Ya kamu lagian, ngapain pake nggigit segala, anjir sakit banget ini. Masih on fire digigit itu bikin sesak napas, ngilu juga tau nggak kamu!” kata ane lagi.
“Itu balesannya yank! Enak nggak digigit begitu? Waktu tempo hari kamu juga pernah gigit aku pas lagi main disini!” dia menunjuk satu titik berwarna berbeda dengan kulit putih dadanya yang bagus, mulus dan berkeringat itu.
“Lah namanya gemes mau gimana lagi??” Kata ane polos.
“Yaudah kita impas kan?” Balas dia.
“Iya-iya..maafin aku ya.” Kata ane sambil membantunya berdiri.
Ane dan dia termasuk orang-orang yang cukup tinggi di bidang kelamin masing-masing, dengan tinggi ane 178 cm, cukup tinggi untuk laki-laki dan dia 165 cm, cukup tinggi untuk perempuan di negara kita tercinta ini. Dengan konfigurasi tinggi badan seperti ini, maka mudah bagi kami untuk saling berpelukan, beradu mulut dan lidah, serta penetrasi pada posisi berdiri. Dialah orang yang paling ane sayangi. Di waktu sekarang, diwaktu tulisan ini dibuat. Kalau di forum STFH biasanya mendeskripsikan pasangan atau orang yang dicintai itu pasti cantik, lucu, indah dipandang mata, juga disukai banyak orang. Baik yang true story maupun fiksi. Tapi ane bisa pastikan orang yang ane sayang ini emang beneran cantik, semampai, dan dibayangan orang-orang “wah bening banget ini pasti". Ya, memang gitu keadaannya.
“gimana, mau lanjut pertempuran kita? Waktu kita nggak lama loh.” tanya dia ke ane.
“Lah ya iyalah, masa cuman blow-blow doang, lu kira salon!” Balas ane nggak terima.
“Bacot aja lu ah. Sini….!” Kata dia sambil lanjut berjinjit sedikit dan nggak pakai babibu langsung hajar aja bibir ane.
Ane belum siap, tapi karena tadi kentang, yasudah pertempuran bibir pun tak terhindarkan. Berlanjut ke segmen yang semua orang tunggu-tunggu. Saking semangatnya, keringat dan air liur dari hasil saling menjilat satu sama lain bercampur. AC kamar kost yang dingin tiba-tiba terasa sangat panas. Gerah. Akhirnya kami saling melucuti satu persatu pakaian yang melekat di tubuh. Wow, luar biasa sekali pemandangan surga dunia didepan ane, walaupun sudah pernah lihat sebelumnya, tapi malam itu terasa sangat spesial. Ane mulai kegilaan kami dari bawah dulu, pelan-pelan sampai dia keenakan dan nggak bisa berkata-kata, jilatan, ciuman, dan gigitan tipis yang ane daratkan dihampir seluruh tubuhnya membuatnya semakin nggak kekontrol. Akhirnya dia balas yang sama.
Kemudian selesai sesi foreplay, you know lah. Dia banyak main diatas, menguasai ane. Staminanya luar biasa. Tapi untungnya ane pun punya stamina besar. Seimbang dong. Kondisi kamar sudah kacau balau karena kami bermain dihampir setiap sudut ruangan. Posisinya juga macam-macam. pokoknya gila banget deh, sampai 13 kali dalam waktu kurang dari 8 jam. Tapi klimaksnya yang ane khawatirkan gan sis. Khilaf euy. Terucaplah susunan kalimat yang absurd, aneh, tapi sangatlah populer di kalangan milenials, “keluar didalam.” Aneh nggak sih? Keluar, tapi didalam? Apa pulak itu.
“Kok kamu gitu sih?” katanya heran.
“Maaf yank, khilaf. Maafin aku, soalnya kan kita bakalan lama banget LDR-nya, aku kebawa suasana banget yank, padahal tadi sebelum-sebelumnya kan selalu diluar. Tapi kalau jadipun, aku siap. Karena aku emang berjuang pontang panting banting tulang, nyebrang pulau, lintas samudra, itu ya buat perjuangin kamu untuk jadi pendamping hidup aku.” Ane menjelaskan.
“Tapi kamu tahu sendiri kondisiku yank, apa kata keluargaku nanti? Kamu tau kan keluarga aku siapa didaerah ini? Aku mau nikah sama kamu, tapi nggak gitu caranya yank.” Dia masih memprotes.
“Maafin aku yank.” Kata ane seraya memeluknya. Dia menangis.
“2 hari lagi kamu bakal balik lagi ke Pulau Jawa sana dan dalam waktu yang sangat lama, kalau ini bener-bener jadi, aku harus berjuang ditemenin siapa ngehadapinnya?” Katanya.
Diskusi ini kemudian mengarah ke perhitungan masa subur, dan jika kalkulasi kami tidak salah, maka dia sedang tidak dalam kondisi subur. Ane dan dia lega, walaupun tidak sepenuhnya.
“Kamu janji kan, kamu udah insyaf, kamu nggak kaya dulu lagi. Kamu tu beruntung tau nggak sih nggak pernah sampai ada yang jadi. Kita itu sama-sama bukan orang baik, makanya kita dipertemukan dengan cara unik, jangan rusak ini semua ya sayang. Aku nggak tahu lagi siapa yang akan menerima keadaanku yang seperti ini kalau bukan kamu.” Katanya lagi sembari menyeka air matanya, dan ane melihat dirinya begitu lembut dan manis ketika dalam ekspresi seperti itu. Pingin ane karungin terus bawa pulang aja rasanya.
“Iya aku ngerti banget yank. Kamu harus tenang, kendalikan diri kamu dulu.” Ujar ane sambil menyuguhkan segelas air putih.
“Kamu udah lega kan cerita masa lalu kamu udah kamu ceritain di forum? Jadi beban kamu harusnya udah banyak yang keangkat, apalagi sekarang kamu juga udah ada aku, kurang apa lagi?" Kata ane lagi.
“Iya yank, lega banget. Apalagi respon readersnya juga baik, seru, ada yang kasih masukan, ada yang kasih kritik juga, ada yang ngedoain, ada yang PM, bahkan sampe ada yang ngebet banget mau kenal lebih dekat sama aku. Haha.” Kata dia sembari mulai kembali ke raut ceria yang ane selalu dambakan untuk dilihat dari dekat.
“Nah gitu dong, ceria lagi. Udah, kita yakin dan optimis, kita akan menikah dengan cara yang normal.” Kata ane berusaha meyakinkannya.
“Iya sayang.” Katanya singkat sambil memeluk ane. Pelukan hangat yang selalu ane tunggu-tunggu karena pasti ada bonus sumpelan yang berasa banget didada ane. Hahaha. Ngeres aja teruuuss. Setan emang ya.
Lalu ane pun berusaha menaikkan kembali moodnya yang sempat rusak tadi. Sedikit cuddling, melayani apa yang dia mau seperti mau saja disuruh beli mie goreng malam-malam, padahal ketika itu sudah pukul 02.00 WITA, nggak ada pula yang jualan, dan menemaninya sampai tertidur lelap.
“I love you, Nda.” Bisik ane sambil mencium keningnya.
Ane pun tidur disampingnya dalam keadaan damai.
--
Esok harinya, karena dia masih cuti kerja, ane banyak menghabiskan waktu bercanda, makan, ribut-ributan kecil, eksplorasi rumahnya untuk mengetahui spot-spot asyik buat “bayar jatah” dan menonton film-film favorit kami berdua dan juga mendengarkan musik-musik kesukaan. Benar-benar terasa indah gan sis. Haha. Tapi keindahan tersebut akan segera berakhir. Ane harus pulang dan kembali ke rutinitas pekerjaan di Jawa. Perjuangan ane untuk rutin menyambanginya di Pulau Kalimantan memang berat, tapi ya ane coba lakukan, walaupun pendapatan ane bekerja pun belum besar-besar amat. Hahaha. Cintaku berat di ongkos ini sih.
“Hmm yank, gimana, boleh nggak aku nulis kisahku?” Tanya ane ke dia.
“Silakan aja yank, kalau itu bikin kamu lega nantinya.” Ujar dia mendukung.
“Yakin kamu? Kisah aku lebih gila dari kamu loh. Kita udah pernah bahas ini panjang lebar” Tanya ane lagi berusaha meyakinkan.
“Hmm, iya aku ngerti. Mungkin awalnya aku tolak banget. Tapi sekarang aku dukung kamu kok yank. Jadi gimana, mau kapan mulai? Aku tau kok kamu udah bikin draft-draft tulisannya.” Kata dia, cukup terkejut juga ane, tahu darimana dia.
“Dih, kok tau-tauan ini aku udah buat draft? Kamu lihat dimana?” tanya ane keheranan karena dia bukan orang yang suka bongkar-bongkar barang ane, apalagi lihat isi laptop atau HP. Saling percaya aja, kata dia selalu.
“Namanya cewek itu pasti tahu macam-macam lah soal orang yang disayanginya.” Katanya sambil tertawa kecil, gila ini manis banget asli pas ketawa-ketawa kecil gini gan sis. Hahaha.
“Jadi bener nih ya, boleh ya, tapi nanti ada part kita juga nggak apa-apa? Ada ++ nya juga nggak apa-apa?” kata ane lagi.
“Boleh, kan kemarin juga kamu udah puasin aku banget, jadi apa sih yang nggak buat kamu” katanya sambil mengerling sok centil ke ane.
“Makasih sayang. Nanti aku diskusiin juga ya buat nulisnya sama kamu via chat kek, medsos kek, VC atau VCS kek, biar kata kita LDR juga kan mesti tetap lancar komunikasinya yank.” Balas ane.
“Apaan itu ada VCS?” selak dia.
“lah kan, tipikal banget ini, dijelasin panjang lebar tentang cara komunikasi kita, taunya yang difokusin satu doang. Hahaha. Geblek.” Hina ane.
“itu penting yank, biar kamu ga mesum terus pikirannya.” Timpal dia.
“Iya sayang. Namanya juga usaha. Nanti kalo si rocky kelaparan kan ga ada yang kasih makan yank, teknologi digital belum sampe keranah itu penemuannya” kata ane asal.
“ada tangan lu b*go!” jawab dia asal juga.
“Dih, apaan sih, pake tangan juga kalo ga ada bahannya ya mana bisa nyembur, elah lu ah.” Bela ane.
“Yaudah deh ah, nggak usah dibahas. Nanti malah ga pernah fokus kamu disana. Urusan itu gampang, tunggu aja kejutan-kejutan dari aku.” Katanya lagi.
Begitulah gan sis, ane akhirnya diizinkan untuk menulis kisah petualangan masa lalu yang menurut ane seru ini. Jadinya fokus ceritanya ya bukan ke perjalanan cinta ane dan Dia gan. Permission granted ladies and gentlemen! Awalnya dia nggak setuju banget, tapi karena kami cukup intens membahas ini, akhirnya ibu polda itu menyetujui. Bahkan mendukung ane dengan berdiskusi masalah tata bahasa, diksi maupun alur atau timeline cerita, dia juga bantu ane ingat-ingat kejadiannya. Tapi tenang saja, ane selalu punya buku semacam diary, isinya ya macam-macam pengalaman hidup ane, dari mulai masa sekolah, kuliah, kerja, cari jodoh dan segala macamnya. Jadi cerita ini kurang lebihnya mengacu ke catatan ane dan memori ane tentang kejadian-kejadian yang tertulis didalamnya. Ane pun berpisah dengannya sementara waktu, dan kami hanya bisa berkomunikasi via chat atau media sosial lainnya untuk saat ini.
Here we go…..
Diubah oleh yanagi92055 06-09-2019 08:28
hendra024 dan 25 lainnya memberi reputasi
26
Tutup
Zalina, 95% mirip Tala Ashe
Anin, 85% mirip Beby Cesara
Keket, 95% mirip, ane nggak kenal siapa ini, nemu di google
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/08/30/10668384_20190830043503.jpg)
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/08/30/10668384_20190830043009.jpg)
Mulustrasi Ara, waktu masih SMA, 96% mirip![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/09/12/10668384_201909120424500824.png)
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]](https://s.kaskus.id/images/2019/09/13/10668384_201909130223080915.png)
serta apresiasi cendol