- Beranda
- Stories from the Heart
SELASA KLIWON
...
TS
kaliankenalsaya
SELASA KLIWON
Selamat datang di Thread pertama saya. Silahkan di Nikmati cerita ber-genre horror yg saya suguhkan. Mohon maaf cerita akan saya post ulang dan di buat index demi kenyamanan para pembaca sekalian. Mudah-mudahan terhibur dengan cerita yg saya suguhkan. Silahkan di nantikan kelanjutan cerita yg saya buat. Terima kasih.
Quote:
Diubah oleh kaliankenalsaya 15-08-2019 15:02
evywahyuni dan 14 lainnya memberi reputasi
15
8.9K
Kutip
51
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•42.3KAnggota
Tampilkan semua post
ariefdias
#10
Quote:
Original Posted By kaliankenalsaya►Emely terkejut mendengar suara sosok itu. Segera ia tau bahwa sosok itu berada di balik rumput beberapa meter di belakang mereka. Emely memperhatikan orang itu. Terasa aneh baginya.
Pria muda dengan potongan rambut berponi, mata kecil dan hidung mancung, dan bibir tipis. sekilas tidak ada yg aneh, yang baginya aneh, sebelumnya dia tidak pernah melihat pria tampan di desa nya. apa mungkin pria ini berbeda desa dengan emely. emely masih menatap pria tersebut dengan tatapan terkejut juga tertarik. Namun, pria tersebut seperti nya sadar, jika emely terus menerus memperhatikan nya.
"Kalau kau tau apa yg kami lakukan disini, kenapa masih bertanya, bodoh!" Ketus Girwanda
Emely kembali menoleh kepada Girwanda yg memberikan pernyataan seketus itu. Sambil menoleh kembali ke arah pria asing tersebut, Emely merasa ada kemiripan di antara girwanda dan pria asing itu.
"Kau kenal dia? cara bicara mu sekasar itu?"
"Menurut mu? haha coba pakai instingmu" Ledek Girwanda.
"Aku tau itu kau Sev, Kemari. Kau jadi tukang intip rupanya ya?"
Yang di sebut namanya melangkah menghampiri keduanya. Menghadapi Girwanda, sedikit tendangan di kepala secara telak ia berikan. Girwanda Cepat menghindar, sambil tangan kirinya menangkap kaki kanan pria tersebut. Pria itu tak mampu menopang tubuh nya akibat genggaman dan tekukan Girwanda pada pergelangan kaki kanan nya. Sehingga pria itu jatuh terjengkang ke belakang.
"Bahkan sampai kau jadi arwah nanti, kau tak kan mampu mengalahkan kemampuan ku dalam hal bela diri!"
Girwanda mengulurkan tangan, membantu pria itu untuk bangun dari posisi nya. Sambil membersihkan punggung nya yg kotor dengan tanah dan rumput, Pria itu melirik nakal ke arah Emely dan kembali melirik ke arah Girwanda dengan senyuman mewakili pertanyaan nakal apa yg telah mereka perbuat selama di bukit.
Emely merasa terganggu dengan tatapan pria tersebut dan segera beralih menatap Girwanda. Girwanda yg menjadi korban tatap-tatapan, Segera mencairkan suasana dengan cara memperkenalkan kedua nya.
"Em, ini adik ku, Sevanda, Dan, Ini Emely, teman baru ku dari Desa Bambu Mukti sebelah Utara"
Sevanda dan Emely saling berjabat tangan, Emely kaget merasakan tangan dingin Sevanda yg menyentak tangan nya. Sambil senyum penuh makna, Sevanda kembali menatap Girwanda.
"Aku sevanda, Adik dari Girwanda. Oh ya, kak, Kalau begitu, Aku pergi dulu, aku masih ada kesibukan. Aku hanya membuntuti mu sebentar, Tadi aku lihat kau di pertigaan jalan bersama Emely, ku fikir dia adalah pasangan barumu... Ah sudah lah kak, Oh ya Em, kapan-kapan main lah ke rumah ku, di desa Alas Bumi sebelah timur desa mu. Sampai jumpa lagi"
Selepas pergi nya Sevanda, Emely menatap Girwanda. Membandingkan wajah Girwanda dan Sevanda. Ada kemiripan, Banyak perbedaan. Sama tampan sama rupawan. Perbedaan, perilaku lah yg paling mencolok di antara kedua nya.
"Dia adikmu? Kau tak cerita kau punya Adik!
"Kenapa kau bingung? Iya aku lupa cerita. Aku dan dia tak tinggal serumah. Aku jarang sekali bertemu dia, hanya hari-hari tertentu saja"
"Oh baiklah, Tapi kalian berdua berbeda ya, kau pendiam, bahkan bagiku kau terkesan menjaga sikapmu, sedang adikmu, seperti nya lebih aktif dan konyol di banding kau! Hanya firasatku saja sih,"
"Ah, bukan apa-apa, hal seperti itu kan sering terjadi, perbedaan kakak dan adik bukan masalah besar, setiap individu memang punya cara masing-masing. Aku lebih suka diam, dan bermain dengan fikiran ku sendiri, sedangkan adik ku, dia memang aktif dan bisa bermain sepanjang hari karena menyukai pengalaman baru, Unik nya, kami berdua sebagai laki-laki, Suka menelusuri hal-hal yg membuat kami tertarik,"
"Dalam hal apa?"
"Banyak Em, apa saja. Banyak hal yg menarik di bukit ini, di desa ini, bahkan di satu tanah wilayah ini yg melingkupi beberapa desa. Setiap makhluk hidup punya ketertarikan sendiri, Seperti kau, kau tertarik bukan padaku?"
Mendengar penuturan Girwanda emely merasa sedikit gatal telinga nya, Sedikit terusik dengan segala ucapan Girwanda, Bagaimana tidak, bagaimana Girwanda tau kalau Emely memang tertarik dengan Girwanda sejak awal pertemuan, Wajah tampan Girwanda telah membius jiwa Emely seketika, di tambah nada bicara nya yang lemah lembut, membuat Emely semakin nyaman berada di dekat Girwanda. Sesegera mungkin Emely memulihkan semua perasaan nya. Ini baru waktu yg singkat, tapi kenapa Girwanda seperti memiliki sejuta magnet di tubuhnya yang dengan mudah menarik perhatian emely.
"Pikiran ngawur, mana mungkin aku tertarik hanya dalam waktu singkat. Mengenalmu saja baru sebiji jagung, kau terlalu percaya diri!"
"Em, Tak baik menyangkal perasaan, aku berani bertaruh, kau memang betul tertarik padaku"
"Apa taruhan nya?" Tantang Emely
"Nyawaku, Em!
"Ah kau, ucapan mu seperti pujangga, seperti nya kau pandai merayu wanita"
"Benar Em, Aku dapat membaca fikiranmu, Mata mu menyiratkan satu hal tentang aku, Kau benar tertarik bukan?" Girwanda tersenyum nakal pada emely,
"Tidak!"
"Ya sudah, besok juga kau yg merasakan sakit nya menahan rasa cinta hahaha
Hari beranjak sore, Kabut-kabut tipis mulai berterbaran mengelilingi bukit, Suhu yg tadi nya hangat karena matahari, harus kembali dingin, karna matahari akan segera beranjak pergi. Namun udara yg dingin itu, tak membuat kedua insan ini berniat untuk berpaling, mereka terlanjur aman dan mereka terlanjur nyaman dalam dekapan semesta yg penuh keindahan.
"Girwanda, baru menginjak sore, tapi kenapa bukit ini sudah begitu gelap, apa tidak sebaiknya kita pulang sekarang? Aku khawatir kita tersesat"
"Jangan Takut, Aku masih hapal jalan pulangnya, Tapi.. Yasudah kalau kau takut, satu jam lagi kita pulang, menurutku sebaiknya, kita jalan kaki saja, jalanan malam disini sangat gelap, saat turun nanti, jalanan sangat terjal, aku malah khawatir dengan ontel ku, aku takut dia jebol rem nya, Hahaha"
"Baiklah, baiklah, kita betul-betul menghabiskan waktu berdua"
"Kenapa? Kau senang ya, besok kita habiskan waktu berdua lagi
Satu jam berlalu, Mereka memutuskan untuk pulang, Berjalan menuruni bukit, Sambil menuntun Ontel nya Girwanda mencabuti bunga-bunga yg tumbuh liar di sepanjang jalan. Dan menaruh nya di kantung mantel hitam yg ia gunakan. Perjalanan masih panjang, udara semakin dingin, perbukitan semakin gelap tertutup kabut yg semakin menebal. Jalanan sepi tiada seorang lagi yg melewati selain mereka berdua. Emely melamun sambil menikmati jalan yang ia lalui, Ia teringat tentang sajen yg ia lihat beberapa hari yg lalu saat perjalanan pulang melewati hutan barat bersama bapaknya. Emely masih saja penasaran siapa yg menaruh sesaji disana, dan untuk apa. Girwanda memperhatikan Emely dari belakang, Dia tau apa yg emely pikirkan. Sangat jelas tergambar,
"Kau memikirkan apa? Kau sedih ya setelah ini berpisah dengan aku?
"Bukan, aku hanya bingung, kenapa ada sesaji di hutan sebelah barat, aku hanya penasaran, Nda"
Dalam batin girwanda, Emely sebenarnya anak yg jujur, hanya saja dia tipe perempuan yg menutupi perasaannya, bukan rasa penasaran nya. Bagi girwanda, keberadaan sajen itu bukan hal baru lagi, sebagai pria yg senang bermain, dia paham betul seluk beluk perhutanan dan wilayah besar tanah ini. Girwanda juga paham, apa-apa saja yg dapat membahayakan diri emely jika dia bertindak terlalu jauh demi rasa penasaran nya.
"Oh itu, Dalam budaya kita, sesaji bukan hal aneh kan, jangan di buat pusing, berpikir positif saja, itu hanya sebagai bentuk untuk menghormati"
"Menghormati siapa?"
"Entah, bisa siapapun, sesuai kepercayaan setiap orang, bisa menghormati alam, atau bahkan menghormati leluhur, atau sebagai sedekah, mana tau ada seorang pengemis yang nyasar ke bukit ini, dan kelaparan, jadilah sajen itu dia makan, hahaha"
"Kau ini, Malah di jadikan candaan, aku serius tau, aku betul-betul penasaran"
"Sudah Lupakan, Hal seremeh itu jangan dibuat pusing, bukan urusanmu juga kan, masing-masing saja lah
Menuruni separuh badan bukit, udara perlahan kembali hangat, di bandingkan tadi. Girwanda masih saja menuntun ontel tua nya sambil bersenandung merdu. Memecah kesunyian di antara keduanya. Entah kidung apa yg di lantunkan, yg jelas emely merasa hati nya semakin tabah saat mendengar nya.
Mereka terus berjalan, menuruni terjalnya bukit. Menuju desa Bambu Mukti. Tanpa di sadari, ada salah satu sosok yg sejak di atas tadi mengintai perjalanan mereka dari awal hingga akhir. Emely memang tidak akan sadar, tapi tidak dengan Girwanda, Sejak awal ia tau siapa yg sejak tadi mengintai segala kegiatan nya. Dia tau, bahwa sosok ini bukan orang biasa, ada kekuatan besar yg menyelimuti sosok ini. Sesegera mungkin Girwanda membawa emely pergi bukan tanpa alasan, girwanda sendiri khawatir jika gadis polos ini di sakiti,
"Percepat perjalanan kita, aku sudah lelah hari ini. Kau naik lah ke belakang, ku bonceng, aku ingin segera tiba dirumah."
"Iya nda, aku juga lelah sekali hari ini, hati-hati kau, jalanan sangat gelap sekali ketika memasuki malam, aku saja tidak dapat membedakan mana saluran air dan mana jalan
"Tapi kau harus janji, setelah ini kau bebenah diri dan masuk rumah, Jangan keluar sampai subuh tiba"
"Kenapa memang? Kau terlihat serius? Ada apa?"
"Bukan apa-apa, dasar gadis bodoh! Nanti kau masuk angin, paham?"
Girwanda segera mengayuh sepedanya dengan cepat, padahal jalanan sangat menurun tanpa dikayuh pun roda sepeda nya dapat berputar sendiri. Tapi tetap saja, Girwanda tak mau ambil resiko sekecil apapun. Baginya kali ini, Sepeda tua nya bukan lah prioritas utama. melainkan penumpang di belakangnya, yg bisa kapan saja di lukai tanpa pandang waktu.
Pria muda dengan potongan rambut berponi, mata kecil dan hidung mancung, dan bibir tipis. sekilas tidak ada yg aneh, yang baginya aneh, sebelumnya dia tidak pernah melihat pria tampan di desa nya. apa mungkin pria ini berbeda desa dengan emely. emely masih menatap pria tersebut dengan tatapan terkejut juga tertarik. Namun, pria tersebut seperti nya sadar, jika emely terus menerus memperhatikan nya.
"Kalau kau tau apa yg kami lakukan disini, kenapa masih bertanya, bodoh!" Ketus Girwanda
Emely kembali menoleh kepada Girwanda yg memberikan pernyataan seketus itu. Sambil menoleh kembali ke arah pria asing tersebut, Emely merasa ada kemiripan di antara girwanda dan pria asing itu.
"Kau kenal dia? cara bicara mu sekasar itu?"
"Menurut mu? haha coba pakai instingmu" Ledek Girwanda.
"Aku tau itu kau Sev, Kemari. Kau jadi tukang intip rupanya ya?"
Yang di sebut namanya melangkah menghampiri keduanya. Menghadapi Girwanda, sedikit tendangan di kepala secara telak ia berikan. Girwanda Cepat menghindar, sambil tangan kirinya menangkap kaki kanan pria tersebut. Pria itu tak mampu menopang tubuh nya akibat genggaman dan tekukan Girwanda pada pergelangan kaki kanan nya. Sehingga pria itu jatuh terjengkang ke belakang.
"Bahkan sampai kau jadi arwah nanti, kau tak kan mampu mengalahkan kemampuan ku dalam hal bela diri!"
Girwanda mengulurkan tangan, membantu pria itu untuk bangun dari posisi nya. Sambil membersihkan punggung nya yg kotor dengan tanah dan rumput, Pria itu melirik nakal ke arah Emely dan kembali melirik ke arah Girwanda dengan senyuman mewakili pertanyaan nakal apa yg telah mereka perbuat selama di bukit.
Emely merasa terganggu dengan tatapan pria tersebut dan segera beralih menatap Girwanda. Girwanda yg menjadi korban tatap-tatapan, Segera mencairkan suasana dengan cara memperkenalkan kedua nya.
"Em, ini adik ku, Sevanda, Dan, Ini Emely, teman baru ku dari Desa Bambu Mukti sebelah Utara"
Sevanda dan Emely saling berjabat tangan, Emely kaget merasakan tangan dingin Sevanda yg menyentak tangan nya. Sambil senyum penuh makna, Sevanda kembali menatap Girwanda.
"Aku sevanda, Adik dari Girwanda. Oh ya, kak, Kalau begitu, Aku pergi dulu, aku masih ada kesibukan. Aku hanya membuntuti mu sebentar, Tadi aku lihat kau di pertigaan jalan bersama Emely, ku fikir dia adalah pasangan barumu... Ah sudah lah kak, Oh ya Em, kapan-kapan main lah ke rumah ku, di desa Alas Bumi sebelah timur desa mu. Sampai jumpa lagi"
Selepas pergi nya Sevanda, Emely menatap Girwanda. Membandingkan wajah Girwanda dan Sevanda. Ada kemiripan, Banyak perbedaan. Sama tampan sama rupawan. Perbedaan, perilaku lah yg paling mencolok di antara kedua nya.
"Dia adikmu? Kau tak cerita kau punya Adik!
"Kenapa kau bingung? Iya aku lupa cerita. Aku dan dia tak tinggal serumah. Aku jarang sekali bertemu dia, hanya hari-hari tertentu saja"
"Oh baiklah, Tapi kalian berdua berbeda ya, kau pendiam, bahkan bagiku kau terkesan menjaga sikapmu, sedang adikmu, seperti nya lebih aktif dan konyol di banding kau! Hanya firasatku saja sih,"
"Ah, bukan apa-apa, hal seperti itu kan sering terjadi, perbedaan kakak dan adik bukan masalah besar, setiap individu memang punya cara masing-masing. Aku lebih suka diam, dan bermain dengan fikiran ku sendiri, sedangkan adik ku, dia memang aktif dan bisa bermain sepanjang hari karena menyukai pengalaman baru, Unik nya, kami berdua sebagai laki-laki, Suka menelusuri hal-hal yg membuat kami tertarik,"
"Dalam hal apa?"
"Banyak Em, apa saja. Banyak hal yg menarik di bukit ini, di desa ini, bahkan di satu tanah wilayah ini yg melingkupi beberapa desa. Setiap makhluk hidup punya ketertarikan sendiri, Seperti kau, kau tertarik bukan padaku?"
Mendengar penuturan Girwanda emely merasa sedikit gatal telinga nya, Sedikit terusik dengan segala ucapan Girwanda, Bagaimana tidak, bagaimana Girwanda tau kalau Emely memang tertarik dengan Girwanda sejak awal pertemuan, Wajah tampan Girwanda telah membius jiwa Emely seketika, di tambah nada bicara nya yang lemah lembut, membuat Emely semakin nyaman berada di dekat Girwanda. Sesegera mungkin Emely memulihkan semua perasaan nya. Ini baru waktu yg singkat, tapi kenapa Girwanda seperti memiliki sejuta magnet di tubuhnya yang dengan mudah menarik perhatian emely.
"Pikiran ngawur, mana mungkin aku tertarik hanya dalam waktu singkat. Mengenalmu saja baru sebiji jagung, kau terlalu percaya diri!"
"Em, Tak baik menyangkal perasaan, aku berani bertaruh, kau memang betul tertarik padaku"
"Apa taruhan nya?" Tantang Emely
"Nyawaku, Em!
"Ah kau, ucapan mu seperti pujangga, seperti nya kau pandai merayu wanita"
"Benar Em, Aku dapat membaca fikiranmu, Mata mu menyiratkan satu hal tentang aku, Kau benar tertarik bukan?" Girwanda tersenyum nakal pada emely,
"Tidak!"
"Ya sudah, besok juga kau yg merasakan sakit nya menahan rasa cinta hahaha
Hari beranjak sore, Kabut-kabut tipis mulai berterbaran mengelilingi bukit, Suhu yg tadi nya hangat karena matahari, harus kembali dingin, karna matahari akan segera beranjak pergi. Namun udara yg dingin itu, tak membuat kedua insan ini berniat untuk berpaling, mereka terlanjur aman dan mereka terlanjur nyaman dalam dekapan semesta yg penuh keindahan.
"Girwanda, baru menginjak sore, tapi kenapa bukit ini sudah begitu gelap, apa tidak sebaiknya kita pulang sekarang? Aku khawatir kita tersesat"
"Jangan Takut, Aku masih hapal jalan pulangnya, Tapi.. Yasudah kalau kau takut, satu jam lagi kita pulang, menurutku sebaiknya, kita jalan kaki saja, jalanan malam disini sangat gelap, saat turun nanti, jalanan sangat terjal, aku malah khawatir dengan ontel ku, aku takut dia jebol rem nya, Hahaha"
"Baiklah, baiklah, kita betul-betul menghabiskan waktu berdua"
"Kenapa? Kau senang ya, besok kita habiskan waktu berdua lagi
Satu jam berlalu, Mereka memutuskan untuk pulang, Berjalan menuruni bukit, Sambil menuntun Ontel nya Girwanda mencabuti bunga-bunga yg tumbuh liar di sepanjang jalan. Dan menaruh nya di kantung mantel hitam yg ia gunakan. Perjalanan masih panjang, udara semakin dingin, perbukitan semakin gelap tertutup kabut yg semakin menebal. Jalanan sepi tiada seorang lagi yg melewati selain mereka berdua. Emely melamun sambil menikmati jalan yang ia lalui, Ia teringat tentang sajen yg ia lihat beberapa hari yg lalu saat perjalanan pulang melewati hutan barat bersama bapaknya. Emely masih saja penasaran siapa yg menaruh sesaji disana, dan untuk apa. Girwanda memperhatikan Emely dari belakang, Dia tau apa yg emely pikirkan. Sangat jelas tergambar,
"Kau memikirkan apa? Kau sedih ya setelah ini berpisah dengan aku?
"Bukan, aku hanya bingung, kenapa ada sesaji di hutan sebelah barat, aku hanya penasaran, Nda"
Dalam batin girwanda, Emely sebenarnya anak yg jujur, hanya saja dia tipe perempuan yg menutupi perasaannya, bukan rasa penasaran nya. Bagi girwanda, keberadaan sajen itu bukan hal baru lagi, sebagai pria yg senang bermain, dia paham betul seluk beluk perhutanan dan wilayah besar tanah ini. Girwanda juga paham, apa-apa saja yg dapat membahayakan diri emely jika dia bertindak terlalu jauh demi rasa penasaran nya.
"Oh itu, Dalam budaya kita, sesaji bukan hal aneh kan, jangan di buat pusing, berpikir positif saja, itu hanya sebagai bentuk untuk menghormati"
"Menghormati siapa?"
"Entah, bisa siapapun, sesuai kepercayaan setiap orang, bisa menghormati alam, atau bahkan menghormati leluhur, atau sebagai sedekah, mana tau ada seorang pengemis yang nyasar ke bukit ini, dan kelaparan, jadilah sajen itu dia makan, hahaha"
"Kau ini, Malah di jadikan candaan, aku serius tau, aku betul-betul penasaran"
"Sudah Lupakan, Hal seremeh itu jangan dibuat pusing, bukan urusanmu juga kan, masing-masing saja lah
Menuruni separuh badan bukit, udara perlahan kembali hangat, di bandingkan tadi. Girwanda masih saja menuntun ontel tua nya sambil bersenandung merdu. Memecah kesunyian di antara keduanya. Entah kidung apa yg di lantunkan, yg jelas emely merasa hati nya semakin tabah saat mendengar nya.
Mereka terus berjalan, menuruni terjalnya bukit. Menuju desa Bambu Mukti. Tanpa di sadari, ada salah satu sosok yg sejak di atas tadi mengintai perjalanan mereka dari awal hingga akhir. Emely memang tidak akan sadar, tapi tidak dengan Girwanda, Sejak awal ia tau siapa yg sejak tadi mengintai segala kegiatan nya. Dia tau, bahwa sosok ini bukan orang biasa, ada kekuatan besar yg menyelimuti sosok ini. Sesegera mungkin Girwanda membawa emely pergi bukan tanpa alasan, girwanda sendiri khawatir jika gadis polos ini di sakiti,
"Percepat perjalanan kita, aku sudah lelah hari ini. Kau naik lah ke belakang, ku bonceng, aku ingin segera tiba dirumah."
"Iya nda, aku juga lelah sekali hari ini, hati-hati kau, jalanan sangat gelap sekali ketika memasuki malam, aku saja tidak dapat membedakan mana saluran air dan mana jalan
"Tapi kau harus janji, setelah ini kau bebenah diri dan masuk rumah, Jangan keluar sampai subuh tiba"
"Kenapa memang? Kau terlihat serius? Ada apa?"
"Bukan apa-apa, dasar gadis bodoh! Nanti kau masuk angin, paham?"
Girwanda segera mengayuh sepedanya dengan cepat, padahal jalanan sangat menurun tanpa dikayuh pun roda sepeda nya dapat berputar sendiri. Tapi tetap saja, Girwanda tak mau ambil resiko sekecil apapun. Baginya kali ini, Sepeda tua nya bukan lah prioritas utama. melainkan penumpang di belakangnya, yg bisa kapan saja di lukai tanpa pandang waktu.
Jossss..dopost donk.. he-he-he
dewa67 dan 3 lainnya memberi reputasi
0
Kutip
Balas
Tutup