- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]
...
TS
rendyprasetyyo
Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]
Quote:
SELAMAT DATANG DI CERITA KITA UNTUK SELAMANYA SERIES.
TENANG, CERITA KITA, APAPUN UJUNGNYA, AKAN DIKENANG SELAMANYA.
BASED ON TRUE STORY.
Seperti biasa, sebelum masuk ke inti cerita, ada beberapa hal yang harus gw jelasin dulu disini yah. Gak banyak kok dan sifatnya juga sepele, tapi demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan kedepannya hal-hal sedikit dan sepele ini tetep harus disampaikan
Pertama,dan yang paling penting, adalah cerita ini merupakan lanjutan dari cerita yang sudah gw tulis sebelumnya (Cerita kita untuk selamanya). 70% formatnya masih sama, cuma di cerita ini nanti ada beberapa tokoh baru dan latar baru juga. Anggap cerita ini fiksi supaya tidak ada asumsi-asumsi yang tidak diinginkan yang lahir dari anggapan kalau cerita ini non-fiksi, apa sih
ini cerita sebelumnya:
TENANG, CERITA KITA, APAPUN UJUNGNYA, AKAN DIKENANG SELAMANYA.
BASED ON TRUE STORY.
Seperti biasa, sebelum masuk ke inti cerita, ada beberapa hal yang harus gw jelasin dulu disini yah. Gak banyak kok dan sifatnya juga sepele, tapi demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan kedepannya hal-hal sedikit dan sepele ini tetep harus disampaikan

Pertama,dan yang paling penting, adalah cerita ini merupakan lanjutan dari cerita yang sudah gw tulis sebelumnya (Cerita kita untuk selamanya). 70% formatnya masih sama, cuma di cerita ini nanti ada beberapa tokoh baru dan latar baru juga. Anggap cerita ini fiksi supaya tidak ada asumsi-asumsi yang tidak diinginkan yang lahir dari anggapan kalau cerita ini non-fiksi, apa sih

ini cerita sebelumnya:
Cerita Kita Untuk Selamanya versi FULL SERIES (Series 1 dan 3) :
Kedua, Bibi masih ada? masih. bibi selalu ada didalam hati dan sanubari gw jadi dia masih dapet porsi dicerita ini, gak besar-besar amat tapi cukup, kalian ngertilah maksud gw apa.
Ketiga,karena cerita ini lanjutan dari cerita sebelumnya, jadi gw saranin kalian buat baca dulu cerita yang pertama sebelum lanjut ke cerita ini.
Ke-empat, poin ini masih gw tujukan untuk menjelaskan betapa apresiasi dari kalian itu berharga banget buat gw, jadi kalau berkenan selalu tinggalkan komen dan kalau suka jalan ceritanya bisa tinggalkan ratenya, it reaaallly means something guys for me, halah
Terakhir, sebelum baca cerita ini jangan lupa berdoa dulu, karena bakal ada adegan horror yang terjadi. jadi persiapkan diri kalian. Untuk genre, story lanjutan ini genre nya horror - romance - comedy
Jadwal update? Diusahakan tiap ada waktu luang.
Masih ada pertanyaan? we are good to go to first chapter?
Okeey, lets gooo.
------------------------------------
Ketiga,karena cerita ini lanjutan dari cerita sebelumnya, jadi gw saranin kalian buat baca dulu cerita yang pertama sebelum lanjut ke cerita ini.
Ke-empat, poin ini masih gw tujukan untuk menjelaskan betapa apresiasi dari kalian itu berharga banget buat gw, jadi kalau berkenan selalu tinggalkan komen dan kalau suka jalan ceritanya bisa tinggalkan ratenya, it reaaallly means something guys for me, halah

Terakhir, sebelum baca cerita ini jangan lupa berdoa dulu, karena bakal ada adegan horror yang terjadi. jadi persiapkan diri kalian. Untuk genre, story lanjutan ini genre nya horror - romance - comedy
Jadwal update? Diusahakan tiap ada waktu luang.
Masih ada pertanyaan? we are good to go to first chapter?
Okeey, lets gooo.

------------------------------------
Quote:
-------------------------------------------------------------------------------
CERITA KITA UNTUK SELAMANYA 2 : HARPOCRATES
KHATMANDU - PROLOG
PART I
DHAULAGIRI
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
DHAULAGIRI II
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
DHAULAGIRI III
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
PART II
MACHAPUCARE
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
MACHAPUCARE I
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
MACHAPUCARE II
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
PART III
ANNAPURNA
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59 - Truth or Dare Part I
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
ANNAPURNA I
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
ANNAPURNA II
Chapter 77
Chapter 78
Chapter 79
Chapter 80
Chapter 81
Chapter 82
Chapter 83
Chapter 84
PART IV
FINAL PART
Chapter 85
Chapter 86
Chapter 87
Chapter 88
Chapter 89
Chapter 90
Chapter 91
Chapter 92
Chapter 93
Chapter 94
Chapter 95
LAST PART
Chapter 96
Chapter 97
Chapter 98
Chapter 99
Chapter 100
Chapter 101
Chapter 102
Chapter 103
Chapter 104
Chapter 105
Chapter 106 - Truth or Dare Part II [END]
CERITA KITA UNTUK SELAMANYA 2 : HARPOCRATES
KHATMANDU - PROLOG
PART I
DHAULAGIRI
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
DHAULAGIRI II
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
DHAULAGIRI III
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
PART II
MACHAPUCARE
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
MACHAPUCARE I
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
MACHAPUCARE II
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
PART III
ANNAPURNA
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59 - Truth or Dare Part I
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
ANNAPURNA I
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
ANNAPURNA II
Chapter 77
Chapter 78
Chapter 79
Chapter 80
Chapter 81
Chapter 82
Chapter 83
Chapter 84
PART IV
FINAL PART
Chapter 85
Chapter 86
Chapter 87
Chapter 88
Chapter 89
Chapter 90
Chapter 91
Chapter 92
Chapter 93
Chapter 94
Chapter 95
LAST PART
Chapter 96
Chapter 97
Chapter 98
Chapter 99
Chapter 100
Chapter 101
Chapter 102
Chapter 103
Chapter 104
Chapter 105
Chapter 106 - Truth or Dare Part II [END]
----------------------------------------------------
![Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]](https://s.kaskus.id/images/2020/06/21/6035474_20200621091137.gif)
![Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]](https://s.kaskus.id/images/2020/06/21/6035474_20200621091137.gif)
Cerita Kita Untuk Selamanya versi FULL SERIES (Series 1 dan 3) :
BUDAYAKAN MENINGGALKAN JEJAK SUPAYA KITA BISA SALING KENAL


Polling
Poll ini sudah ditutup. - 8 suara
Perlu ditambah gak bre adegan BB17?
perlu
25%
sangat perlu
13%
bentar gw baca dulu
0%
sesempet yang nulis aja
63%
Diubah oleh rendyprasetyyo 08-07-2023 22:57
ugalugalih dan 33 lainnya memberi reputasi
34
134.9K
802
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
rendyprasetyyo
#717
Chapter 100
Gorephani
Hari ke-3 Tracking
Jam 19.00 waktu Asia Bagian Selatan
Pelataran penginapan
Hufft…
Gw menghembuskan asap rokok bercampur dengan embun keudara.
Malam ini langit ghorepani cerah.
“Hai ren.” vivi tiba-tiba menghampiri gue.
“Lisa mana? Budi?” gw bertanya ke vivi yang baru aja datang menghampiri gue di area pelataran penginapan di gorephani. Pelataran penginapan ini menghadap langsung ke puncak annapurna dan jaraknya cuma tinggal 30 - 45 menit berjalan kaki menuju ke poonhills, tempat tujuan akhir tracking ini.
Malam itu, di perjalanan menuju ghandruk, setelah bertemu penduduk lokal yang kebetulan lewat untuk melihat kondisi sekitar desa setelah hujan, gue dan lisa langsung menuju ghandruk dan beristirahat disalah satu penginapan disana. Paginya setelah berbincang-bincang dengan pemilik penginapan gue dan lisa baru sadar kalau sebelumnya vivi dan budi sempat makan siang dipenginapan ini sebelum melanjutkan perjalanan ke gorephani. Sebelum meninggalkan ghandruk, bisman sempat menitipkan pesan kepada sang pemilik penginapan untuk berjaga-jaga kalau seandainya gue dan lisa belum sampai setelah malam tiba meningat cuaca kemungkinan akan hujan.
Setelah beristirahat, pagi harinya gue dan lisa memerlukan banyak waktu untuk menjemur pakaian dan membereskan semua hasil perjalanan menembus hujan kemarin. Lisa sempat bercerita tentang banyak penampakan-penampakan aneh yang gue dan liat selama perjalanan ke pemilik penhinapan dan si pemilik penginapan menyarankan untuk menenangkan pikiran dan lagi-lagi mengajarkan gue dan lisa bagaimana teknik-teknik dasar meditasi. Teknik dasar untuk tidak khawatir akan pikiran pikiran negatif yang belum tentu terjadi dan fokus ke keadaan yang terjadi sekarang.
Gue dan lisa berhasil menyusul vivi dan budi sore harinya, mereka berdua sudah sejak siang sudah sampai di gorephani. Diperjalanan menuju ghorepani, lisa banyak diam, gak banyak kata lain yang dia ucapkan selain “gue capek” dan “kita makan dulu”.beberapa kali gue coba untuk menanyakan keadaan dia tapi hasilnya nol dan gue tau kalau bukan porsi gue untuk memaksa dia memberi jawaban. Dan begitupun setelah sampai di ghorepani, dia lebih banyak diam dikamar tanpa mengeluarkan banyak kata-kata.
“Lisa lagi dikamar, istirahat.” vivi menjawab sambil membuka bungkus makanan kecil yang dia bawa dari dalam penginapan. “Budi sama bisman belum pulang, tadi sore katanya mau liat sunset duluan dipoonhill. Lu diajak kan katanya gak mau dengan alasan kecapekan”
“Iya” gw menjawab singkat sambil menghembuskan asap rokok. “Kemaren hujan-hujanan vi di ghandruk. Bener-bener itu pengalaman bakal keinget seumur hidup sumpah. Tadi gue juga udah nitipin baju buat dicuci ke yang punya penginapan, baju kotor udah banyak banget. Barengan sama budi juga sebelum dia berangkat.”
“Tadi lisa udah cerita sih dikit kalau dia kena asma terus dighandruk sempet hujan-hujanan” vivi menjawab sambil menatap wajah gue. “Lu ngejagain lisa kan? Lu gak apa-apain dia kan?”
“Maksudnya apa-apain?” gw jawab dia singkat. “Jagain lah, gue gak punya siapa-siapa lagi kalau lisa kenapa-napa. Gue kan juga sendiri. Gue udah biasa sendiri sih, tapi disituasi kayak gini ngebiarin lisa, yang notabene-nya seorang cewek, ngalamin sesuatu ya gue gak bisa tinggal diam.”
“Ren” vivi menjawab sambil mendekatkan posisi duduk kearah gue. “Gue gak ngerti apa-apa tentang hubungan kalian berdua, gue dan lo juga gak terlalu deket banget, tapi se-enggaknya bisa gak sih lo gak se-jutek itu ke dia? Se-enggaknya untuk sisa-sisa hari dinepal aja”
“Gw? Jutek?” gw membalas sambil menatap kearah vivi. Tutup kepala bercorak warna-warni dikepala vivi terlihat redup oleh cahaya lampu ruang tamu penginapan dibelakangnya. Didalam ruang tamu terdengar suara bule bercakapan dan tadi sekilas gue liat banyak botol minuman diatas mejanya. Sementara bagian pelataran sekarang sepi, cuma ada gue dan vivi dan satu cewek lain yang duduk yang sekarang posisinya ada disudut pelataran. “Gue gak pernah jutek, gue juga udah kayak gini dari kuliah dulu. Lisa tau kok. Bentar deh, emang dia cerita apaan aja ke elo?”
“Dia cerita banyak lah” vivi menjawab. “Cerita semuanya, cerita tentang gimana kejutekan lo ke dia selama perjalan”
“Hufft, gw udah nyangka bakal jadi kayak gini” gw menjawab dengan nada lemah sambil mengembuskan asap rokok kesekian kalinya. “Yang lu denger itu cerita dari sudut pandang dia, lu juga harus denger cerita dari sudut pandang gue. Gak boleh setengah-setengah gitu dong.”
Gue tau, gue sepenuhnya sadar kalau ada dua orang cewek ngobrol dan topik obrolannya adalah tentang gimana perlakuan cowok ke mereka, respon yang bakal terjadi adalah temen ngobrol cewek tersebut bakal benci banget atau respect banget ke cowok yang diceritain. Ngeliat respon vivi barusan gue tau kalau mungkin sekarang dia ada diposisi benci banget ke gue.
“Gak ren, buat gue cerita lisa cukup” vivi menjawab tegas. “Gue malah gak percaya ke apapun yang bakal lu ceritain. Lagian gue cewek, gue ngerti perasaan cewek lain gimana”
“Terus ngapain lo kesini?” gw menjawab sambil mengalihkan kembali pandangan kearah depan, tempat bayang-bayang puncak annapurna harusnya terlihat. “Ya udah gue emang jutek, tapi yang perlu diinget gue jutek ke semuanya, gak cuma dia aja.”
“Nah ini dia masalah lo” vivi membalas dengan nada sedikit naik. “Lo ngerasa lo bisa hidup sendiri? Lo ngerasa seneng ngejutekin orang yang udah baik sama lo? Lo pengen semua orang jahat ke lo, ya? Ren, kita gak terlalu deket, gw dan lo belum masuk tahap sedeket ini seharusnya, tapi gue paksain semuanya karena gw tahu lo salah dan itu gak bisa dibiarin.”
“Pufft.. Denger ya vi” gw jawab setelah menghembuskan asap rokok terakhir dan membuang sisa rokok ketanah. “Gue gak sejahat yang ada dipikiran lo. Gue cuma gak suka ikut campur urusan orang, sok-sok perhatian ke orang, atau ngasih-ngasih nasihat ke orang, jadi gw juga gak suka orang ikut campur urusan gue. Nyokap gue ngajarin kalau sebisa mungkin jangan sampe nyusahin orang lain, sebisa mungkin gue harus mandiri. Gue gak mau banyak berurusan sama orang karena lo tau kenapa? Semakin gue banyak berurusan sama orang lain, semakin hidup gue banyak drama, gue gak mau. Gue mending sendiri, pergi ketempat yang bener-bener asing, bergaul dengan masyarakat disana daripada harus berdrama dengan orang-orang yang gak sepaham sama gue”
Vivi diam beberapa saat. Gw gak sejahat yang dia pikir. Gw masih baik kok keorang lain cuma gue tahu batas-batasannya harus sampe mana. Gue gak pernah mau ikut campur dan nanya-nanya urusan orang lain gimana, selama gak bersinggungan sama gue gak bakal gue bikin pusing. Gue cuma pengen vivi tahu itu.
“Ren” vivi tiba-tiba berkata sambil mengarahkan pandangan kedepan, searah dengan arah pandang gue. “Lo gak selamanya bisa kayak gitu. Bakal ada masanya lo butuh seseorang buat sekedar cerita, lo bakal butuh kuping orang lain yang bersedia mendengarkan lo disaat lo stak gak bisa ngapa-ngapain.”
“Gw punya kok” gw jawab singkat, tanpa jeda. “Lo, lisa, budi, sama temen-temen seangkatan gue. Udah itu aja cukup buat gue”
“Tapi kenyataannya lo gak memperlihatkan hal itu ke lisa” vivi menjawab lagi. “Dia ngerasa kalau dia gak penting dihidup lo, padahal cuma lo yang dia harepin bisa bantu dia nyelesaiin masalah dia.”
“Gue udah bantu lisa, vi” gw jawab perkataan vivi. “Gue udah dengerin semua cerita dia, gw ngerasain apa yang dia rasain kok. Gue udah coba buat ngasih solusi dan ngasih tahu dia kalau hidup itu masih misteri dan kita masih gak tau kedepan bakal gimana. Gue udah coba semaksimal yang gue bisa”
“Bantu lebih gak bisa?” vivi menjawab dengan nada suara berbeda sekarang. “Ren, lu masih bisa bantu pake cara lain”
“Cara lain gimana?” gue menjawab perkataan vivi dengan nada yang sama yang dia gunakan barusan. “Emang gak ada cara lain lagi selain ngedengerin dia dan coba kasih jalan keluar berdasarkan perspektif gue.”
“Lo gak peka ya emang” dengan menghela nafas panjang vivi menjawab perkataan gue. “Dia cuma pengen lo bisa nemenin dia terus seenggaknya sampai dia terbiasa dengan keadaan dia sekarang.”
“Maksudlo sampai kita balik lagi kejakarta nanti?” gw menjawab singkat. “Gue masih harus nyamperin dia dan nemenin dia?”
“Iya kalau emang lu nangkepnya gitu ya gak apa-apa” vivi menjawab. “Ren, lo orang tergak peduli yang gue kenal. Bagus sih kadang, buat sekedar penenang cewek-cewek yang lagi dilanda masalah kayak lisa”
“Jangan mulai vi” gw menjawab sambil mengeluarkan rokok lagi sekarang. “Gw gak sebaik yang ada dipikiran lo”
“Tapi emang gitu kenyataannya” vivi menjawab. “Lo udah klarifikasi sendiri kan tadi kalau lu emang gak pedulian sama urusan orang. Gak ada yang lebih siap buat bantu orang lain yang punya masalah kayak lisa selain lo”
“Pufft…” gw menjawab sambil menyemburkan asap rokok lagi. “Gue gak janji nanti gue coba buat bantu dia lagi. Jadi ini aja alasan lo kesini? Cuma buat berdebat masalah kejutekan gue? Lisa juga udah sering ngomong kayak gitu juga.”
“Gak” vivi menjawab singkat.”sebenernya gue pengen ngomongin sesuatu yang lain tapi…”
“Rendy.. Vivi..” tiba-tiba suara budi terdengar dari dalam ruang tamu memanggil gue dan vivi yang ada diluar. “Kalian ngapain, ayo makan dulu.”
“Makan dulu tuh kata budi” vivi tiba-tiba berkata. “Gimana? Nanti kita lanjutin lagi ngobrolnya”
“Yaudah duluan aja” gw jawab singkat. “Gw mau ngabisin rokok dulu, pesenin gue nasi goreng aja nanti gue nyusul”
“Oke” vivi menjawab sambil berdiri dan berjalan kearah ruang tamu. Malam semakin gelap. Tapi alih-alih puncak annapurna beberapa saat terlihat karena untuk sesaat tidak ditutupi awan malam. Puncak gunung bersalju itu semakin dekat darisini, gw taksir gue udah ada diketinggian 3500 m sekarang.
Dan besok setelah perjalanan yang berat gw dan yang lain akhirnya sampe ke tujuan akhir. Poonhill.
Gorephani
Hari ke-3 Tracking
Jam 19.00 waktu Asia Bagian Selatan
Pelataran penginapan
Hufft…
Gw menghembuskan asap rokok bercampur dengan embun keudara.
Malam ini langit ghorepani cerah.
“Hai ren.” vivi tiba-tiba menghampiri gue.
“Lisa mana? Budi?” gw bertanya ke vivi yang baru aja datang menghampiri gue di area pelataran penginapan di gorephani. Pelataran penginapan ini menghadap langsung ke puncak annapurna dan jaraknya cuma tinggal 30 - 45 menit berjalan kaki menuju ke poonhills, tempat tujuan akhir tracking ini.
Malam itu, di perjalanan menuju ghandruk, setelah bertemu penduduk lokal yang kebetulan lewat untuk melihat kondisi sekitar desa setelah hujan, gue dan lisa langsung menuju ghandruk dan beristirahat disalah satu penginapan disana. Paginya setelah berbincang-bincang dengan pemilik penginapan gue dan lisa baru sadar kalau sebelumnya vivi dan budi sempat makan siang dipenginapan ini sebelum melanjutkan perjalanan ke gorephani. Sebelum meninggalkan ghandruk, bisman sempat menitipkan pesan kepada sang pemilik penginapan untuk berjaga-jaga kalau seandainya gue dan lisa belum sampai setelah malam tiba meningat cuaca kemungkinan akan hujan.
Setelah beristirahat, pagi harinya gue dan lisa memerlukan banyak waktu untuk menjemur pakaian dan membereskan semua hasil perjalanan menembus hujan kemarin. Lisa sempat bercerita tentang banyak penampakan-penampakan aneh yang gue dan liat selama perjalanan ke pemilik penhinapan dan si pemilik penginapan menyarankan untuk menenangkan pikiran dan lagi-lagi mengajarkan gue dan lisa bagaimana teknik-teknik dasar meditasi. Teknik dasar untuk tidak khawatir akan pikiran pikiran negatif yang belum tentu terjadi dan fokus ke keadaan yang terjadi sekarang.
Gue dan lisa berhasil menyusul vivi dan budi sore harinya, mereka berdua sudah sejak siang sudah sampai di gorephani. Diperjalanan menuju ghorepani, lisa banyak diam, gak banyak kata lain yang dia ucapkan selain “gue capek” dan “kita makan dulu”.beberapa kali gue coba untuk menanyakan keadaan dia tapi hasilnya nol dan gue tau kalau bukan porsi gue untuk memaksa dia memberi jawaban. Dan begitupun setelah sampai di ghorepani, dia lebih banyak diam dikamar tanpa mengeluarkan banyak kata-kata.
“Lisa lagi dikamar, istirahat.” vivi menjawab sambil membuka bungkus makanan kecil yang dia bawa dari dalam penginapan. “Budi sama bisman belum pulang, tadi sore katanya mau liat sunset duluan dipoonhill. Lu diajak kan katanya gak mau dengan alasan kecapekan”
“Iya” gw menjawab singkat sambil menghembuskan asap rokok. “Kemaren hujan-hujanan vi di ghandruk. Bener-bener itu pengalaman bakal keinget seumur hidup sumpah. Tadi gue juga udah nitipin baju buat dicuci ke yang punya penginapan, baju kotor udah banyak banget. Barengan sama budi juga sebelum dia berangkat.”
“Tadi lisa udah cerita sih dikit kalau dia kena asma terus dighandruk sempet hujan-hujanan” vivi menjawab sambil menatap wajah gue. “Lu ngejagain lisa kan? Lu gak apa-apain dia kan?”
“Maksudnya apa-apain?” gw jawab dia singkat. “Jagain lah, gue gak punya siapa-siapa lagi kalau lisa kenapa-napa. Gue kan juga sendiri. Gue udah biasa sendiri sih, tapi disituasi kayak gini ngebiarin lisa, yang notabene-nya seorang cewek, ngalamin sesuatu ya gue gak bisa tinggal diam.”
“Ren” vivi menjawab sambil mendekatkan posisi duduk kearah gue. “Gue gak ngerti apa-apa tentang hubungan kalian berdua, gue dan lo juga gak terlalu deket banget, tapi se-enggaknya bisa gak sih lo gak se-jutek itu ke dia? Se-enggaknya untuk sisa-sisa hari dinepal aja”
“Gw? Jutek?” gw membalas sambil menatap kearah vivi. Tutup kepala bercorak warna-warni dikepala vivi terlihat redup oleh cahaya lampu ruang tamu penginapan dibelakangnya. Didalam ruang tamu terdengar suara bule bercakapan dan tadi sekilas gue liat banyak botol minuman diatas mejanya. Sementara bagian pelataran sekarang sepi, cuma ada gue dan vivi dan satu cewek lain yang duduk yang sekarang posisinya ada disudut pelataran. “Gue gak pernah jutek, gue juga udah kayak gini dari kuliah dulu. Lisa tau kok. Bentar deh, emang dia cerita apaan aja ke elo?”
“Dia cerita banyak lah” vivi menjawab. “Cerita semuanya, cerita tentang gimana kejutekan lo ke dia selama perjalan”
“Hufft, gw udah nyangka bakal jadi kayak gini” gw menjawab dengan nada lemah sambil mengembuskan asap rokok kesekian kalinya. “Yang lu denger itu cerita dari sudut pandang dia, lu juga harus denger cerita dari sudut pandang gue. Gak boleh setengah-setengah gitu dong.”
Gue tau, gue sepenuhnya sadar kalau ada dua orang cewek ngobrol dan topik obrolannya adalah tentang gimana perlakuan cowok ke mereka, respon yang bakal terjadi adalah temen ngobrol cewek tersebut bakal benci banget atau respect banget ke cowok yang diceritain. Ngeliat respon vivi barusan gue tau kalau mungkin sekarang dia ada diposisi benci banget ke gue.
“Gak ren, buat gue cerita lisa cukup” vivi menjawab tegas. “Gue malah gak percaya ke apapun yang bakal lu ceritain. Lagian gue cewek, gue ngerti perasaan cewek lain gimana”
“Terus ngapain lo kesini?” gw menjawab sambil mengalihkan kembali pandangan kearah depan, tempat bayang-bayang puncak annapurna harusnya terlihat. “Ya udah gue emang jutek, tapi yang perlu diinget gue jutek ke semuanya, gak cuma dia aja.”
“Nah ini dia masalah lo” vivi membalas dengan nada sedikit naik. “Lo ngerasa lo bisa hidup sendiri? Lo ngerasa seneng ngejutekin orang yang udah baik sama lo? Lo pengen semua orang jahat ke lo, ya? Ren, kita gak terlalu deket, gw dan lo belum masuk tahap sedeket ini seharusnya, tapi gue paksain semuanya karena gw tahu lo salah dan itu gak bisa dibiarin.”
“Pufft.. Denger ya vi” gw jawab setelah menghembuskan asap rokok terakhir dan membuang sisa rokok ketanah. “Gue gak sejahat yang ada dipikiran lo. Gue cuma gak suka ikut campur urusan orang, sok-sok perhatian ke orang, atau ngasih-ngasih nasihat ke orang, jadi gw juga gak suka orang ikut campur urusan gue. Nyokap gue ngajarin kalau sebisa mungkin jangan sampe nyusahin orang lain, sebisa mungkin gue harus mandiri. Gue gak mau banyak berurusan sama orang karena lo tau kenapa? Semakin gue banyak berurusan sama orang lain, semakin hidup gue banyak drama, gue gak mau. Gue mending sendiri, pergi ketempat yang bener-bener asing, bergaul dengan masyarakat disana daripada harus berdrama dengan orang-orang yang gak sepaham sama gue”
Vivi diam beberapa saat. Gw gak sejahat yang dia pikir. Gw masih baik kok keorang lain cuma gue tahu batas-batasannya harus sampe mana. Gue gak pernah mau ikut campur dan nanya-nanya urusan orang lain gimana, selama gak bersinggungan sama gue gak bakal gue bikin pusing. Gue cuma pengen vivi tahu itu.
“Ren” vivi tiba-tiba berkata sambil mengarahkan pandangan kedepan, searah dengan arah pandang gue. “Lo gak selamanya bisa kayak gitu. Bakal ada masanya lo butuh seseorang buat sekedar cerita, lo bakal butuh kuping orang lain yang bersedia mendengarkan lo disaat lo stak gak bisa ngapa-ngapain.”
“Gw punya kok” gw jawab singkat, tanpa jeda. “Lo, lisa, budi, sama temen-temen seangkatan gue. Udah itu aja cukup buat gue”
“Tapi kenyataannya lo gak memperlihatkan hal itu ke lisa” vivi menjawab lagi. “Dia ngerasa kalau dia gak penting dihidup lo, padahal cuma lo yang dia harepin bisa bantu dia nyelesaiin masalah dia.”
“Gue udah bantu lisa, vi” gw jawab perkataan vivi. “Gue udah dengerin semua cerita dia, gw ngerasain apa yang dia rasain kok. Gue udah coba buat ngasih solusi dan ngasih tahu dia kalau hidup itu masih misteri dan kita masih gak tau kedepan bakal gimana. Gue udah coba semaksimal yang gue bisa”
“Bantu lebih gak bisa?” vivi menjawab dengan nada suara berbeda sekarang. “Ren, lu masih bisa bantu pake cara lain”
“Cara lain gimana?” gue menjawab perkataan vivi dengan nada yang sama yang dia gunakan barusan. “Emang gak ada cara lain lagi selain ngedengerin dia dan coba kasih jalan keluar berdasarkan perspektif gue.”
“Lo gak peka ya emang” dengan menghela nafas panjang vivi menjawab perkataan gue. “Dia cuma pengen lo bisa nemenin dia terus seenggaknya sampai dia terbiasa dengan keadaan dia sekarang.”
“Maksudlo sampai kita balik lagi kejakarta nanti?” gw menjawab singkat. “Gue masih harus nyamperin dia dan nemenin dia?”
“Iya kalau emang lu nangkepnya gitu ya gak apa-apa” vivi menjawab. “Ren, lo orang tergak peduli yang gue kenal. Bagus sih kadang, buat sekedar penenang cewek-cewek yang lagi dilanda masalah kayak lisa”
“Jangan mulai vi” gw menjawab sambil mengeluarkan rokok lagi sekarang. “Gw gak sebaik yang ada dipikiran lo”
“Tapi emang gitu kenyataannya” vivi menjawab. “Lo udah klarifikasi sendiri kan tadi kalau lu emang gak pedulian sama urusan orang. Gak ada yang lebih siap buat bantu orang lain yang punya masalah kayak lisa selain lo”
“Pufft…” gw menjawab sambil menyemburkan asap rokok lagi. “Gue gak janji nanti gue coba buat bantu dia lagi. Jadi ini aja alasan lo kesini? Cuma buat berdebat masalah kejutekan gue? Lisa juga udah sering ngomong kayak gitu juga.”
“Gak” vivi menjawab singkat.”sebenernya gue pengen ngomongin sesuatu yang lain tapi…”
“Rendy.. Vivi..” tiba-tiba suara budi terdengar dari dalam ruang tamu memanggil gue dan vivi yang ada diluar. “Kalian ngapain, ayo makan dulu.”
“Makan dulu tuh kata budi” vivi tiba-tiba berkata. “Gimana? Nanti kita lanjutin lagi ngobrolnya”
“Yaudah duluan aja” gw jawab singkat. “Gw mau ngabisin rokok dulu, pesenin gue nasi goreng aja nanti gue nyusul”
“Oke” vivi menjawab sambil berdiri dan berjalan kearah ruang tamu. Malam semakin gelap. Tapi alih-alih puncak annapurna beberapa saat terlihat karena untuk sesaat tidak ditutupi awan malam. Puncak gunung bersalju itu semakin dekat darisini, gw taksir gue udah ada diketinggian 3500 m sekarang.
Dan besok setelah perjalanan yang berat gw dan yang lain akhirnya sampe ke tujuan akhir. Poonhill.
regmekujo dan rendicf memberi reputasi
2
![Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]](https://s.kaskus.id/images/2020/05/16/6035474_202005160112400749.png)
Cerita kita untuk selamanya: HARPOCRATES [A SEKUEL]