Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

uclnAvatar border
TS
ucln 
Karma : Hurt No One
Karma : Hurt No One


Quote:





I never meant to hurt no one
Nobody ever tore me down like you
I think you knew it all along
And now you'll never see my face again
I never meant to hurt nobody
And will I ever see the sun again?
I wonder where the guilt had gone
I think of what I have become
And still
I never meant to hurt nobody
Now I'm taking what is mine

Letting go of my mistakes
Build a fire from what I've learned
And watch it fade away
Because I have no heart to break
I cannot fake it like before
I thought that I could stay the same
And now I know that I'm not sure
I even love me anymore

I never meant to hurt no one
Sometimes you gotta look the other way
It never should've lasted so long
Ashamed you'll never see my face again
I never meant to hurt nobody
I know I'll never be the same again
Now taking back what I have done
I think of what I have become
And still
I never meant to hurt nobody
Now I'm taking what is mine

Letting go of my mistakes
Build a fire from what I've learned
And watch it fade away
Because I have no heart to break
I cannot fake it like before
I thought that I could stay the same
And now I know that I'm not sure
I even love me anymore

I never meant to hurt nobody
Nobody ever tore me down like you
I never meant to hurt no one
Now I'm taking what is mine..




<< Cerita sebelumya



Quote:


Diubah oleh ucln 30-09-2020 12:48
qthing12
sukhhoi
jalakhideung
jalakhideung dan 55 lainnya memberi reputasi
-12
84.6K
610
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Tampilkan semua post
uclnAvatar border
TS
ucln 
#285
Part #26

Gue mendengar teriakkan Nyokap yang berulang kali memanggil nama gue dengan maksud membangunkan gue yang masih asik tertidur di kamar. Namun gue merasa enggan menjawab dan memutuskan untuk menutup telinga gue dengan bantal dan berniat meneruskan tidur gue. Masa iya disaat liburan sekolah seperti ini gue masih harus tetap bangun pagi juga. Batin gue sambal kembali mencoba sesegera mungkin untuk terlelap.

Nyatanya ga semudah itu. Nyokap masuk ke kamar gue dan menyalakan lampu, lalu mematikan kipas angin yang gue biarkan dalam posisi idle menyorot ke arah gue. Dan karna kamar gue sumpek kebanyakan barang, maka ga butuh waktu satu menit buat gue merasa kegerahan saat kipas angin itu dimatikan oleh Nyokap. Dan usaha Nyokap membangunkan gue dengan cara tersebut pun ternyata berjalan mulus baginya. Hal itu langsung membuat gue bangun dan duduk diatas kasur dengan rasa kesal.

“Cepet bangun, cuci muka. Mama tunggu di depan.” Ucap Nyokap sambil keluar dari kamar gue.

Gue menghela napas sejenak, kemudian menuruti perintah beliau.

Di ruang tamu, Nyokap dan Bokap gue tengah duduk dengan sebuah raport bersampul abu-abu bertuliskan logo sekolah gue tergeletak diatas meja. Adam melirik sejenak kearah gue saat gue hadir dan segera duduk bersama mereka. Gue tau banget maksud Nyokap gue mau sok-sokan ‘menghakimi’ gue seakan nilai raport gue jelek dan ga memuaskan atau ga sesuai hasil kesepakatan kami. Tapi gue tetep sok kalem, karna gue tau dari Astrid dan Nia bahwa gue dapet ranking 3 di kelas, yang mana itu adalah sesuai dengan kesepakatan gue dengan Nyokap.

“Gimana nih, hasilnya ga sesuai tarohan kita. Kamu kalah ya berarti.” Ucap Nyokap membuka omongan.

Gue hanya tertawa kecil mendengar ucapan Nyokap yang sesuai dengan tebakan gue. Lalu gue memutuskan berpura-pura kecewa dan memasang wajah memelas seakan ga siap untuk menerima konsekuensi dari kekalahan gue. Kemudian gue mengambil raport gue yang diletakkan diatas meja, lalu membukanya hingga ke lembaran yang berisi hasil nilai gue secara keseluruhan. Dimana pada bagian bawah tertulis gue mendapatkan peringkat ke 3 dari 40 siswa di kelas.

Baru saja gue tersenyum membaca hasil tersebut, Nyokap langsung memeluk gue dengan sedikit memaksa dan mencium pipi gue berulang kali. Selalu seperti itu lah Nyokap gue memperlakukan gue jika ia merasa senang atas apa yang gue lakukan. Seolah gue ini masih anak kecil yang sama ketika gue berhasil mendapat juara ke 2 lomba hafalan surat-surat pendek Al Quran saat kelas 1 SD dulu. Bokap dan Adam pun hanya tertawa sambil menggelengkan kepala. Sesekali Adam mengacak-acak rambut gue dan Bokap menepuk pundak gue. Sepertinya, begitulah cara mereka mengucapkan selamat atas ‘kemenangan’ gue kali ini. Meski pengetahuan mereka, semua yang gue dapatkan di dalam lembar kertas raport itu adalah hasil negosiasi terbaik yang pernah gue lakukan semasa SMA.

Setelah mendapat ucapan selamat dan pengakuan kemenangan taruhan dari Nyokap, gue bergegas mandi. Karna kali ini Nyokap melarang gue untuk makan sebelum gue mandi. Katanya makan pagi ini spesial untuk merayakan kemenangan gue meski hanya dengan menu seadanya. Selesai mandi dan makan, gue kembali ke kamar. Niatnya mau main PS sama Adam. Namun Nyokap kembali memanggil dan memberikan sebuah bungkusan kotak yang katanya ‘hadiah’ atas kemenangan gue. Sejujurnya gue menebak itu adalah sepatu karna dibungkus dengan kotak yang agak besar sebesar kotak sepatu. Namun saat gue buka, ada kotak yang lebih kecil lagi di dalamnya, yang ternyata adalah sebuah handphone N*kia dengan type 66**. Handphone yang saat itu gue tau belum lama di pasarkan di Indonesia. Handphone yang membuat gue merasa sepertinya ingin gue miliki karna memiliki fitur kamera dan tentu saja pemutar musik lengkap dengan earphone nya.

Gue tentu saja kegirangan menerima hadiah ini. Ah, rasanya uang jajan yang gue korbankan untuk ‘berdamai’ dengan Pak Umar di setiap ulangan dan ujian praktek itu ga ada apa-apanya jika digantikan dengan handphone yang diberikan Nyokap ke gue saat ini. Bokap gue kemudian memberikan sebuah kartu perdana dengan sampul plastik berwarna merah yang menjadi ciri khas operator seluler tersebut. Gue menerimanya dan membaca nomor telephone yang tertera diatas sampul yang artinya itu adalah nomor handphone gue. Adam kemudian dengan senang hati menawarkan bantuan untuk memasangkan kartu perdana tersebut dan mengaktifkannya di handphone gue. Selain karna Adam lebih mengerti caranya karna dia sudah lebih dulu memiliki dan menggunakan handphone, juga karna gue emang lebih suka tinggal pakai daripada harus repot mengutak atik handphone yang gue ga begitu ngerti cara mensetup awalnya itu.

Adam baru memberikan handphone itu ke gue setelah dia selesai melakukan setup yang menurutnya kini gue hanya tinggal memakainya saja. Adam juga sudah memasukkan beberapa lagu kesukaan gue ke dalam handphone gue dan gue tentu jadi semakin kegirangan karna bisa selalu mendengarkan lagu-lagu yang gue suka tanpa harus memutarnya melalui vcd di ruang tamu yang harus melalui perdebatan dulu dengan nyokap.

Setelah memegang penuh dan sedikit memahami cara menggunakan hp ini, Gue kemudian mengirim pesan atau sms ke Maul, berniat menanyakan nomor handphone Nia.

“Dam, sms gue ini tandanya udah masuk kan ya ke Maul? Kok kagak dibales?” tanya gue karna merasa terlalu lama menunggu balasan dari Maul.

“Mana gue tau. Ya tunggu aja sih ntar juga kalo dia baca sms lo pasti dia bales.”

“Ah kelamaan. Gue telpon aja kali ya?”

“Bodo amat.” Ucap Adam sambil mematikan PS dan TV lalu keluar dari kamar gue.

Tuutt..
Tuutt..

“Halo?” Suara Maul terdengar dari ujung sana.

“Ul, nomor Nia berapa kunyuk? Gue sms kagak dibales.”

“Ini siapa?”

“Gue Bagus. Buruan mana nomer Nia.”

“Lah, handphone baru nih kayanya. Kirimin pulsa dulu ntar gue bales sms lo. Lagian ngapa pake simp*ti sih kan mahal kalo gue bales sms lo.”

“Emang ngaruh ya? Handphone lo aja kali jelek jadi kalo sms mahal.” Ledek gue sambil mentertawakan Maul.

“Bags*t. ga ngaruh di handphone lah. Yaudah ntr gue smsin nomer Nia.”

Tuut.. tuut.. tuuutt..

Maul mematikan panggilan gue dan entah kenapa gue merasa kesal. Sialan itu anak, gue yang nelpon kan harusnya gue yang matiin duluan. Ucap gue sambil ngomong sendiri ke handphone.

Ga lama kemudian sebuah sms masuk dan muncul di layar handphone gue. Dengan isi pesan sms yang menggunakan bahasa sms, disingkat-singkat

Maul : nmr na nia g ad, ad na nmr na sisil, 08565xx1xx
Gue : sama aja, bangs*t.

Gue pun segera menyimpan nomor Nia dan mencoba mengirimkan sms iseng padanya.

Gue : Hai cewek, boleh kenalan?

Sebuah sms iseng yang konyol gue kirimkan dan terkirim ke nomor Nia. Namun gue menunggu hingga adzan maghrib tapi ga ada balasan darinya. Sepertinya itu anak masih tidur siang sampe gini hari. Pikir gue. Lalu gue meletakkan handphone di atas kasur dan bergegas menyusul Adam yang sejak tadi mengajak gue sholat bareng di msuhola.

Malamnya, saat gue lagi-lagi sedang kembali sibuk mengutak atik handphone gue, Adam menghampiri ke kamar gue dan mengajak gue nongkrong ke tempat temen-temen gue.

Oh ya, kalo di lingkungan rumah, gue punya 8 orang temen yang gue kenal sejak gue SD dan SMP. Yang sejak SD bernama Dwi. Seinget gue, selama 6 tahun masa SD itu gue selalu sekelas sama Dwi dan hampir selalu berangkat dan pulang sekolah bareng. Di masa SD itu juga, gue mengikuti sebuah kelompok belajar mengaji di luar sekolah, dan disana gue mengenal Anwar. Gue mengenalnya karna dia adalah saingan terberat gue yang memiliki kemampuan menghapal Surat-surat di Al Quran dengan sangat cepat dan tepat. Gue kemudian jadi sering bermain bersamanya karna rumahnya juga ga jauh dari rumah gue, lalu gue mengenalkannya dengan Dwi. Kemudian di masa SMP, gue berteman dengan Adi, Gunawan, dan Yanto. Rumah mereka ternyata ga jauh dari rumah Anwar. Dan bahkan mereka juga mengenal Anwar. Namun gue baru mengenal mereka karna gue satu sekolah dengan mereka bertiga di tingkat SMP. Dan dikemudian hari, dengan mereka bertiga gue awal mula belajar memainkan alat-alat musik lalu membentuk grup band bersama mereka di kelas 2 SMP. Dengan mereka bertiga, gue mendapatkan juara ke 4 band favorit dalam sebuah festival yang diadakan di suatu daerah di Jakarta Selatan saat malam sebelum ujian nasional tingkat SMP, yang kemudian membuat gue gagal dapet nilai bagus untuk masuk SMA negeri. Dalam perjalanan pertemanan kami, tentu saja gue juga mengenalkan Dwi pada mereka bertiga.

Kemudian ada 3 orang temen main Adam yang rumahnya masih di sekitaran rumah gue. Maka kami menggabungkan tongkrongan kami di suatu tempat, yaitu dirumah Yoga, temennya Adam. Disana biasanya tiap malem kami main nongkrong bareng. Kami bersepuluh (8 orang temen tambah gue dan Adam) tumbuh bareng dari SD dan SMP dan bersahabat sampai sekarang di masa SMA. Meski ga semuanya satu sekolah bareng, tapi kami selalu menyempatkan untuk main bersama atau sekedar nongkrong malem meski Cuma ngobrol atau main kartu sambil sok-sokan belajar ngerokok.

Malam itu gue mengikuti Adam main ke tempat sahabat kecil gue. Tentu saja karna gue ga terbiasa main bawa handphone maka gue meninggalkan handphone gue di rumah. Gue ga ngerti gimana caranya, namun kami bersembilan nyaris selalu hadir berbarengan ke rumah Yoga. Hampir tiap malam. Mungkin malah hanya gue yang paling jarang main akhir-akhir ini karna Nyokap selalu ngoceh kalo gue main sama mereka dianggapnya gue pasti mau main band. Dan malam itu, seperti biasa kami hanya ngobrol sambil main kartu dan merokok. Tentu saja ditemani dengan beberapa gelas kopi yang kami minum bergantian bersama.

Kemudian, gue ga inget awalnya gimana, tiba-tiba Dwi mengajak gue dan temen-temen yang lain untuk mengisi liburan sekolah dengan camping di sebuah pulau di deretan Kepulauan Seribu. Gue yang ga pernah camping dan juga ga pernah ke Kepulauan Seriubu tentu saja antusias untuk ikut. Tapi beberapa temen gue malah ga berminat. Selain memang akan memakan biaya yang ‘lumayan’, juga camping menurut mereka hanya menyusahkan diri sendiri. Ngapain ribet-ribet tidur di tenda kalo bisa tidur nyenyak diatas kasur? Begitu pemikiran mereka.

Setelah berdebat singkat. Maka ternyata hanya gue dan Dwi yang berencana untuk berangkat. Temen-temen gue yang lain pun meremehkan keseriusan kami berangkat dan menganggap hanya akan jadi wacana semata. Namun gue dan Dwi tetap serius merencanakan keberangkatan kami.

Menurut Dwi, dia punya kenalan teman di sebuah pulau disana, dari kakak kelasnya di SMA. Kemudian gue dan Dwi memutuskan akan berangkat hari selasa, 3 hari dari malam ini. Dwi bilang akan mengajak 3 orang temen sekolahnya. 1 cowok, 2 cewek. Maka gue pun meyampaikan akan mengajak Nia, yang gue bilang ke Dwi sebagai temen gue. Gatau kenapa waktu itu gue ga kepikiran buat ngajak Ryan dan Maul. Padahal harusnya dengan mereka berdua gue yakin akan seru kalo camping bareng.

Malam hari saat gue pulang ke rumah, Nyokap memberitahu bahwa tadi Nia menelpon gue. Beliau juga bilang tadi sempat ngobrol sama Nia dan sayangnya Nyokap gue memberitahukan ke Nia bahwa gue sekarang punya handphone. Bahkan Beliau sampai memberitahukan nomor handphone gue. Gue langsung bergegas ke kamar dan mengambil handphone gue. Ada beberapa panggilan tak terjawab dan beberapa pesan di kotak masuk.

Nia : Iiish, ini km y Gus? Untung gk langsung ak delete smsnya. Sok2 ngajak kenalan.
Nia : Gus? Km main kmn? Gk bawa hp?
Nia : Gus km gk ada pulsa apa gk bawa hp sih?
Nia : Ak tlp gk diangkat2

Gue tertawa kecil membaca seluruh pesan yang masuk dari Nia. Gue bahkan sempat harus mengeja kata per kata dalam membaca SMS Nia yang diketik singkat-singkat begitu. Baru saja gue berniat membalas smsnya, sebuah sms baru lagi-lagi dari Nia tiba-tiba masuk.

Nia : Gus ud plg blm?

Gue pun segera membalas sms tersebut sambil tertawa. Yang kemudian jadi saling berbalas sms dengannya.

Gue : bentar, gue bingung mau bales sms lo yang mana duluan.
Nia : Iish, gk usah dibls smua jg satu2. Ini km ud drmh?
Gue : drmh itu apaan sih maksudnya?
Nia : DIRUMAH
Gue : oh. Udah. Ini baru sampe rumah. Eh Ni, hari selasa gue sama temen gue mau camping di pulau seribu. Mau ikut ga?

Sms terakhir gue ga ada balasan apapun dari Nia. Gue menunggu lumayan lama sampe akhirnya malah ketiduran. Dan gue kaget sampe kebangun karna handphone gue berdering lumayan kenceng karna nada dering default untuk panggilan masuk nya lupa gue matiin seperti nada sms yang udah gue matiin duluan. Gue melihat ke layar handphone yang agak kekuningan dan mendapatkan sebuah nomor yang ga gue kenal. Tapi sepertinya bukan nomor handphone karna nomornya +622179*****

Gue menjawab panggilan tersebut tanpa mengucapkan apapun.

“Halo? Gus?”

Suara yang terdengar adalah suara Nia. Gue kembali melihat ke layar handphone gue dan merasa bingung. Kok suara Nia? Tapi nomornya ga muncul dengan nama Nia. Perasaan udah gue save nomornya. Di sms pun ada namanya Nia. Pikir gue dengan setengah sadar karna masih ngantuk.

“Ini siapa?” tanya gue.

“Hmm? Kamu tidur ya? Masa suara aku kamu ga ngenalin sih parah banget.”

“Ooh, enggak. Ini soalnya suaranya kecil. Hp nya rusak kali. Lo nelpon dari mana? Kok sms gue ga dibales tadi?”

“Iya, tau-tau pulsa aku abis. Aku kirain kamu yang ga bales lagi sms aku, ternyata sms balesan aku ga kekirim. Ini makanya aku nelpon pake telpon rumah.”

“Ooh kirain lo yang ketiduran. Terus gimana mau ikut ga selasa besok?”

“Mau sih. Tapi aku bilangnya apa ya sama Mama aku?”

“Bilang aja mau camping. Emang kenapa musti bohong?”

“Ya enggak kenapa-kenapa sih. Cuman kalo camping gitu pasti sama Mama aku ga dibolehin. Aku kan mana pernah ikut camping camping gitu Gus.”

“Terus gimana? Perlu gue yang ngomong ke Nyokap lo?”

“Emang kamu mau ngomong ke Mama? Maksudnya berani mintain izin?”

Setelah itu gue membuat janji akan kerumah Nia untuk meminta izin pada Nyokapnya bahwa gue akan mengajak Nia camping. Kemdian gue pamit untuk menghentikan obrolan lewat telepon karna emang udah terlalu malem, hampir jam 2 pagi. Mata gue juga udah berasa pengen minta dimeremin terus. Nia mengiyakan dan mengakhiri panggilan teleponnya.

Besoknya, sekitar jam 1 siang gue udah dirumah Nia. Setelah ngobrol basa basi sama Nyokapnya, gue pun meminta izin pada beliau bahwa gue akan mengajak anaknya camping. Ternyata beliau mengizinkan dan mempersilahkan. Namun berpesan agar gue menjaga Nia karna menurut beliau Nia ga akan kuat untuk tidur di tenda atau bahkan terkena angin malam. Gue mengiyakan tanda menyanggupi. Lalu gue dan Nia kembali turun ke lantai bawah, ke ruang tamu, untuk menuliskan keperluan apa saja yang gue ingin Nia siapkan untuk dibawa selama camping besok.
Diubah oleh ucln 05-08-2019 13:03
oktavp
mmuji1575
jenggalasunyi
jenggalasunyi dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.