BIASA kerja mendadak nganggur memang sangat menyiksa bagi Hidayat, 65, pensiunan guru di Kaltim. Solusi idealnya seharusnya olahraga, tapi dia malah memilih olah asmara dengan dua ponakannya.



Sejak 2 tahun lalu kakak beradik yang masih 16 dan 14 sampai kemudian 2 ABG itu mengadu pada orangtuanya.



Nganggur di rumah setelah pensiun memang bisa menyiksa perasaan. Maka untuk mengisi waktu ada yang buka usaha, banyak yang jaya setelah pensiun.



Paling celaka yang saat berdinas banyak pakai dana haram, maka setelah pensiun malah terkena stroke. Bila berjalan kaki diseret, bibir ngeces terus macam anak balita, sungguh kasihan dilihatnya.



Hidayat dari Kabupaten Berau (Kaltim), memang tidak sampai sebegitunya. Dia tetap sehat wal afiat, rosa-rosa macam Mbah Marijan dalam usia kepala enam.



Meski menjelang tua, urusan nafkah batin bagi istrinya tak pernah ditinggalkan, meski sekedar “ikan asin” sebagaimana kata artis.



Pensiun boleh kehilangam tunjangan sertifikasi Rp 4 jutaan, tapi urusam nafkah batin bagi istri, jangan sampai. Celakanya, di rumah hanya ketemu “sayur lodeh” melulu, Hidayat jenuh juga.



Mulailah dia melirik ponakan sendiri, dua dara belia itu, yang rumahnya memang berdekatan. “Mangga muda dirujak enak, apa lagi gadis muda….,” kata batin Hidayat yang belum dapat hidayah itu.



Dengan mengiming-iming mau dibelikan HP android, mulailah dia merayu si gadis 16 tahun. ABG sekarang memang kecanduan HP canggih buat WA-nan, maka gadis itu pun dijadikan ajang pelampiasan nafsu. Mulailah pensiunan pak guru itu menelateni ponakan untuk penak-penakan.



Lain kesempatan adik gadis itu juga ditelateni. Dengan modus operandi yang sama, dara 14 tahun ini digauli paman sendiri.



Maka sejak itu Hidayat benar-benar panen raya dalam bidang selangkangan. Secara bergantian dia menggauli ponakan sendiri, yang notabene anak dari kakak sendiri.



Tapi rupanya dua ABG ini tersiksa juga dijadikan budak nafsu oleh paman sendiri, sehingga belum lama ini dia mengadu pada orangtuanya.



Tentu saja ayah si gadis itu mencak-mencak, meski sesungguhnya tak pernah kursus pencaksilat, ke Tapak Suci sekalipun. Kok tega-teganya pada ponakan sendiri berbuat seperti itu.



“Kalau mau jadi buaya darat jangan tanggung-tanggung, bonbin Gembiraloka siap menampungnya,” kata ayah Situ-Situn, sepertinya pernah tinggal di Yogya.



Hidayat lalu dilaporkan ke polisi Polsek Tanjungredep, dan segera ditahan. Dalam pemeriksaan dia mengakui bahwa telah berbuat tidak senonoh pada ponakan sendiri. Tapi itu semua dilakukan karena khilaf.



Khilaf kok berulangkali, memangnya bisa didaur ulang?



SUMBER
SUMBER