freedomzzAvatar border
TS
freedomzz
Fenomena Hijrah Marak, Bahayakah untuk NKRI?
Fenomena "hijrah" tengah menjadi tren akhir-akhir ini, khususnya di kalangan umat Islam. Wacana hijrah ini telah menyasar berbagai kalangan, mulai dari orang awam hingga artis.

Mereka yang sebelumnya terkenal sekuler ataupun glamour tiba-tiba berubah menjadi sosok yang agamis. Pengajian-pengajian pun menjadi marak digelar di kota-kota besar.

Lantas, apakah fenomena ini berbahaya bagi bangunan bangsa Indonesia? Jawabannya bisa ya dan tidak.

Hal itu lantaran ada dua varian kelompok masyarakat yang menganggap dirinya hijrah saat ini. Hal ini berdasarkan pengamatan Sekretaris Pengurus Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah, David Krisna Alka.

Pertama, hijrah yang dilatarbelakangi dan bermotif kosmopolitan atau gaya hidup urban. Kedua, hijrah yang dilatari dan bermotif ideologi transnasional.

Hijrah yang dilatarbelakangi dan bermotif kosmopolitan atau gaya hidup urban umumnya tidak mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Tren ini, menurut David, hanya sebuah respons atas modernitas dalam gaya hidup, yang menurut pelakunya tidak sesuai dengan nilai-nilai keislaman dan juga tidak mencerminkan budaya timur.

Sedangkan fenomena hijrah yang cukup plural adalah tren hijrah yang dilatari dan bermotif ideologi transnasional. Nah, varian hijrah inilah dinilai dapat mengancam NKRI karena sudah sampai pada titik ideologi.

Namun untuk memahami fenomena itu secara utuh, kita perlu ada riset sosio-antro-politis untuk memetakan fenomena hijrah secara lebih komprehensif, akurat, dan presisi. Sehingga pendekatan dalam menghadapi masyarakat yang melakukan hijrah berada pada kondisi yang tepat dan terarah.

Pasalnya, jika negara salah dalam memahami dan mengatasi fenomena tren hijrah, maka akan memicu resistensi terhadap kehadiran negara, bahkan bisa sampai pada titik anti NKRI.

Oleh sebab itu, NU dan Muhammadiyah sesungguhnya harus menjadi tulang punggung hijrah dalam nafas keislaman dan keindonesiaan.

Kata hijrah muncul di surat Al-Baqarah ayat 218 yang artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, (dan) orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharap rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun (lagi) Maha Penyayang"

Dengan begitu, hijrah memiliki definisi berpindah dari perilaku buruk ke perilaku yang baik dan didasarkan pada keinginan menjalankan ketaatan kepada Allah SWT.

Senada dengan itu, Presiden Joko Widodo berulang kali mengingatkan bahwa hijrah harus dimaknai dan diisi dengan artikulasi yang bersifat positif.

Salah satunya gaya hidup hijrah dapat dijadikan peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi syariah, sebab Indonesia berpotensi menjadi negara yang hijrah menuju 'Indonesia Emas 2045'.

Di sini, kita seharusnya sepakat bahwa kita harus hijrah maju menuju bangsa optimis, bukan menuju zaman jahiliyah.

Meskipun kita tak menampik bahwa fenomena hijrah saat ini dapat menjadi jalan masuk ke terorisme. Inilah yang harus ditolak agar tidak meracuni pikiran.

Oleh karena itu, kaum yang melakukan hijrah harus ditemani, harus dibina dengan agama. Pemerintah juga harus memberikan pemahaman agar tidak terjadi tindakan diskriminatif, judgemental, dan tidak mendiskriminasi kelompok agama yang tidak ekspresif.

Jadi atas fenomena kaum yang hijrah ini jangan dimusuhi. Mereka justru harus dikawani, diisi dan diajak untuk bersinergi membangun negeri. Jangan sampai mereka salah arah. Setuju?
Diubah oleh freedomzz 28-07-2019 13:05
slarkkk
Ririma
farhan.faf
farhan.faf dan 10 lainnya memberi reputasi
9
9.5K
105
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.7KThread40.8KAnggota
Tampilkan semua post
SVDragunovaAvatar border
SVDragunova
#5
sangat berbahaya gan. Kita bahas 1 ajaran syariat aja dulu.

wanita keluar tanpa pendamping muhrim (kerja/pendidikan) Itu sebenarnya dilarang dalam syariat, makanya aneh bagi yg teriak2 pakaian syariat utk kaum wanita tapi masih pergi kerja tanpa pendamping suami.. akhirnya banyk muslimah pake cadar tapi masih kerja jadi pegawai / karyawan krn campur2 budaya etos kerja yg sudah di bentuk di Indonesia vs Ajaran syariat.

Wanita dilarang keluar rumah/kerja/pendidikan, dsb. secara langsung menekan produktivitas suatu negara. ekonomi suatu negara akan lambat berputar, krn hanya laki2 yg menjadi penggerak ekonomi. bayangkan 1 rumah tangga, laki2 dan perempuan sama2 kerja, gaji sama2 dapat 3 juta otomatis pendapatan 6 juta. Dgn duit 6 juta lebih bnyak kebutuhan bisa dibeli. Dibanding cuma laki2 sj yg kerja sesuai ajaran islam, maka penghasilan 3 juta akan menyebabkan daya beli dan konsumsi rumah tangga drastis berkurang. Jangankan itu, kios2 tetangga dalam satu RT aja jadi kurang laku krn pendapatan masyarakat sekitar berkurang.. dalam skala makro dijamin negara akan lamban signifikan perputaran ekonominya, kemiskinan dimana2 (krn kurangnya kemampuan konsumsi).. krn SETENGAH SDM yg ada tdk diberdayakan maksimal oleh suatu negara.

Sudah lihatkan kenapa ekonomi negara2 muslim ketinggalan dgn negara kafir ? Itu masih satu penyebab syariat lohh..

Untung aja ekonomi saudi, qatar, uea masih kuat krn jualan minyak. Sisanyaa ? Hancur.
Diubah oleh SVDragunova 28-07-2019 13:14
akun.baru
GondalGandul11
KurohinaM1911
KurohinaM1911 dan 28 lainnya memberi reputasi
27
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.