Mereka berempat duduk bersama di salah satu angkringan. Beralaskan tikar lusuh sembari berbincang-bincang ringan bertemankan kopi jos dan aneka jajanan. Kopi jos itu masih hangat karena baru diantarkan oleh pemilik angkringan.

Perbincangan malam ini pun dimulai seperti malam-malam biasa ketika ngopi di warung kopi. Namun, suasana kali ini agak berbeda karena ramainya Jogja malam ini yang menambah nuansa. Suara merdu para pengamen jalanan yang silih mampir membuat diskusi kian menarik. Apalagi jika ada banci dengan ciri khasnya ‘ewer-ewer’ yang melintas sembari berpose genit manja – lebih terkesan menjijikkan.

“Gengs, hidup kita gini-gini aja ya. Kalian semua kagak jenuh?” salah satu dari mereka mulai memantik diskusi tentang kehidupan.
“Jujur, aku jenuh. Apalagi kita udah dewasa. Rasa-rasanya kita udah lama jomblo ya. Kalian nggak ada rencana untuk membuat komitmen dengan seseorang?” jawab salah satu dari mereka.

Mendadak, suasana di antara mereka menjadi hening. Mereka merenung dan bertanya kepada diri mereka masing-masing. Terutama Ipul, dia yang saat ini paling membutuhkan dukungan.