Pernah ngga temen temen mengalami situasi dimana kalian baru saja mendapatkan sesuatu yg kalian sangat idamkan selama hidup, tapi tiba tiba muncul sebuah perasaan takut untuk kehilangan sesuatu itu? Ya gw rasa pastinya banyak orang yg pernah mengalami hal ini, termasuk gw sendiri. Semenjak perselisihan antara gw dan Vania kemarin, perasaan itu tiba tiba muncul dari dalam diri gw. Walaupun gw sedang dalam posisi kesel sama Vania, yg namanya takut kehilangan itu tetap ada.
Sebagai seorang pria gw mengakui, bahwa gw juga punya ego dalam diri gw. Gw juga ingin mendapat perhatian dari seseorang yg gw sayangi dan gw rasa gw punya hak untuk meminta itu dari Vania. Di sisi lain Vania juga punya hak untuk quality time bersama keluarganya yg sudah jarang ia temui semenjak tinggal di Jakarta, gw tau akan hal itu. Jadi gw merasa seharusnya ada pihak yg mengalah disaat saat seperti ini, dan harusnya saat itu gw mengalah terlebih dahulu.
Terlepas dari gw yg sudah menyadari akan kesalahan gw, ada sesuatu yg janggal menurut gw disini, konflik yg sedang kami hadapi ini. Gw kembali merenung memikirkan apa yg terjadi. Kalau dipikir pikir, sebetulnya masalah ini ngga parah parah amat. Hanya karena miskomunikasi dan kesalahan kata kata, kenapa Vania sampai harus bersikap seperti ini? Cuekin gw sampai berhari hari itu udah kaya model berantem anak kecil sih. Anak kecil aja bisa baikan lagi setelah berantem, ini kita udah masuk umur dewasa, tapi malah bersikap seperti ini, ga beres sih.. ini bukan berantem namanya, INI DRAMA!!! Jujur gw ga suka hubungan yg dibuat drama drama. You want drama? Go to the Opera.

Gw : Van, Aku ga enak kalau kita terus2an seperti ini, kaya sama2 musuhan gitu. Sepertinya lebih baik kalau kita.... (Gw mendadak berhenti ngomong)
Vania : Kalau kita apa?
Gw : Kalau kita selesaikan ini semua secara baik2, kita sama2 bukan anak kecil lagi. Terlepas dari sekarang kamu lagi sibuk atau gimana, baiknya kita tetap selesaikan dulu masalah ini. Habis ini kalau kamu mau fokus sama keluarga kamu lagi silahkan aku ga akan ganggu.
Vania : (Sejenak dia terdiam dalam telepon) Maksudnya selesaikan secara baik2? Kamu mau udahan gitu?
Gw : Aku ga bilang kalo kita mau udahan, maksudnya masalah ini kita selesaikan baik2. Kita bicarakan maunya gimana
Vania : Wen, aku lagi ga mau bahas dulu soal ini sama kamu. Nanti fokus aku terpecah, besok udah acara nikahan sepupu aku, kalo kamu mau dateng, dateng aja. Tempatnya sama kaya waktu itu, cuman di ballroom utama.

Kesel? Banget!!! Gw berniat baik waktu itu, gw datang dengan humble dan berniat untuk mencari solusi terbaik masalah ini. Tapi digantungin lagi, kenapa saat berhubungan dengan orang ini gw selalu dapet jawaban digantung2in dulu sih? Jadi kesel sendiri gw, hahaha.. tapi yasudahlah, gw udah diundang dan gw putuskan untuk dateng ke acara pernikahan itu sendiri.
Hari H pernikahan sepupu Vania, gw datang ke Hotel tempat acara dilangsungkan. Seperti biasa gw memberi kabar ke Vania kalau gw udah sampai lokasi. Vania kemudian membalas kalau dia akan segera ke lobby menjemput gw. Kali ini ia sendirian, Vania ngga menemui gw bersama adik atau papa mamanya.
Kali ini Vania mengenakan gaun pesta berwarna biru tua, memang Vania pernah bilang kalau ia menyukai warna yg bernuansa biru. Ia benar benar terlihat cantik dan anggun pada malam itu, bahkan lebih cantik dari sewaktu gw melihatnya di acara pertunangan kemarin. Ia terlihat sangat cocok dengan gaun yg dikenakannya, gw merasakan seperti ada aura kebahagiaan yg ia pancarkan saat itu dan membuat gw tersenyum sendiri saat melihatnya.
Diluar dugaan gw, Vania membalas senyuman gw. Ia juga tersenyum saat melihat gw, rasanya semua rasa kesal gw terhadap Vania selama ini sirna. Gw kembali mendapatkan senyuman darinya, senyuman yg bisa mencuri jiwa gw, senyuman yg pernah membuat gw jatuh cinta kepadanya.

Gw : Kamu cantik banget malam ini Van, belum pernah aku melihat kamu secantik ini
Vania : (Tersenyum sendiri) Bisaan aja, aku juga jarang jarang liat kamu serapih ini. Biasanya kamu kucel banget. Kamu keliatan oke kok malam ini. Yuk kita masuk ke dalem, kita dapet tempat khusus keluarga.

Kemudian gw dan Vania berjalan untuk memasuki ballroom utama, gw merasakan kehangatan dari Vania yg pernah gw kenal perlahan lahan gw rasakan lagi. Tapi hanya sekedar untuk menyentuh tangannya saja gw ga punya keberanian. Gw hanya bisa berjalan disampingnya, dan secara diam diam mengagumi dirinya tanpa bisa merasakan hangatnya genggaman tangannya.
Secara tiba2 gw merasakan ada yg menggenggam tangan gw, ternyata Vania. Bukan hanya menggenggam, ia bahkan melingkarkan tangannya di tangan gw. Oh Tuhan, betapa gw merindukan saat saat ini. Gw seperti merasakan saat2 dimana gw masih malu2 untuk menggandeng tangan Vania. Ternyata benar, dalam sebuah hubungan juga perlu yg namanya waktu untuk diri masing2, untuk merefresh kembali hubungan kita.
Acara berlangsung dengan meriah, gw bahkan bisa merasakan kebahagiaan dari kedua mempelai di atas panggung yang didekorasi sangat bagus. Berbeda dengan acara sebelumnya, kali ini gw sangat menikmati acara yg gw hadiri ini. Vania kemudian mengajak gw menyingkir dari Aula utama menuju ke ruangan khusus anggota keluarga.
Ia memperkenalkan gw ke banyak anggota keluarganya, gw senang sekali ternyata mereka menyambut gw dengan begitu hangat. Satu hal yg gw salut dengan keluarganya, mereka tidak pernah memandang status sosial, walaupun kebanyakan saudara Vania berasal dari keluarga yg berada, mereka memandang semua orang sama derajatnya.
Akhirnya gw pun makan malam bersama dengan Vania dan keluarganya, gw merasa seperti mendapat privilege bisa makan bersama dengan anggota keluarga yg lain. Secara gw belum menjadi bagian dari keluarga Vania tapi mereka tetap bersikeras untuk gw duduk makan bersama mereka. Setelah selesai acara, gw pun pamit kepada keluarga dari Vania untuk pulang.

Vania : Wen, besok kan papa mama udah balik ke Manado. Kamu waktu itu bilang mau ngomongin soal ini baik2 kan? Besok malam kita ketemuan lagi deh, cari tempat yg enak buat ngomongin masalah ini
Gw : Oke Van, besok jam 7 malam aku jemput kamu bisa?
Vania : Oke, sampai ketemu besok ya

Skip

Keesokan harinya, Vania mengantarkan orangtuanya ke bandara. Gw sudah bisa menduga, pasti berat rasanya Vania harus berpisah lagi dengan orangtuanya. Ia tidak akan bisa bertemu secara langsung lagi dengan orangtuanya sampai waktu yg tidak bisa ditentukan, orangtuanya jarang ke Jakarta kecuali untuk acara yg sangat penting. Sekali lagi, mengingat Vania masih begitu dekat dengan orangtuanya kembali membuat perasaan iri dan sedih gw muncul. Gw rindu nyokap, gw juga masih ingin memeluk nyokap gw. Gw rela memberikan apa saja untuk bisa ketemu nyokap gw sekali lagi.
Malam harinya sesuai janji gw menjemput Vania di rumahnya, kita kemudian mendatangi sebuah cafe yg terbilang cukup nyaman di kawasan Jakarta Barat. Gw sudah memutuskan, malam ini juga gw akan menyelesaikan semua permasalahan yg pernah ada dengan Vania.

Gw : Van, maafin aku ya soal waktu itu.. maafin perkataan aku. Aku sadar salah juga kalau aku ngelarang2 kamu buat quality time sama keluarga kamu. Aku keinget sama mama, kaya kata kata kamu aja, kalau ada kesempatan untuk aku ketemu mama, aku pasti akan ambil kesempatan itu
Vania : Aku udah maafin kamu, maaf juga kalau sikap aku selama ini ke kamu dingin banget. Aku juga kepikiran mama kamu, maksudnya, sebelumnya aku mohon maaf, aku ga mau menyesal. Selama mama aku masih hidup, aku pengen bahagiain dia dulu. Aku pengen habisin banyak waktu bersama dia dulu, kalau udah seperti kamu, mau kamu mampu untuk bahagiain pun tetep ga bisa kan?
Gw : Iya, maafin aku ya.. semoga kedepannya aku bisa lebih baik. Kamu masih mau lanjutin hubungan ini kan?
Vania : Iya aku mau kok, soalnya kamu udah lulus ujian aku juga
Gw : Ujian apa?
Vania : Selama ini aku udah bersikap dingin ke kamu, itu ujian buat kamu. Setelah kita berantem waktu itu, sebenernya besokannya aku udah mau baikan lagi sama kamu. Tapi tiba2 aku kepikiran buat ngetest kamu, bisa ga kamu betul2 kasih aku waktu sama keluarga aku. Bisa ga kamu beneran kasih aku apa yg aku butuhkan saat itu, ternyata kamu bisa juga. Jadi kamu lulus
Gw : (Tersenyum kecil) kamu kejam banget, ngetest aku sampe berminggu minggu gitu.
Vania : Itu masih belom seberapa Wen, selama berbulan2 kita udah bersama dan aku selalu fokus terus ke kamu, perhatian terus tertuju sama kamu, harusnya itu ga seberapa lah
Gw : Iya deh.. Sekarang kamu jangan cuekin aku lagi dong. Kan masalah kita udah clear
Vania : Hahahaha.. iya sayang.. lucu kamu kalo lagi memelas gitu.. oh iya mumpung kita lagi ngomong serius, aku juga mau bicarain sesuatu sama kamu
Gw : Aku belum siap, aku yakin kamu juga masih belum siap
Vania : Yeee.. pede amat, siapa juga yg mau minta di lamar sama kamu. Soal itu masih nanti..
Gw : yaudah jadi kamu mau ngomong soal apa?