Hari itu liburan kuliah, aku sudah bersiap distasiun menunggu kereta senja yogya, karena aku akan liburan disana, walau mungkin itu akan mengingatkanku pada peristiwa tahun lalu, yang membuat aku meneteskan air mata,,, ya gempa yogya yang membuatku kehilangan seseorang yg spesial waktu itu.


Perjalanan ditempuh dalam waktu 8 sampai 10 jam, karena kereta bisnis, kemungkinan subuh baru sampai.


Setelah tiba aku sudah dijemput iparku, dan lamgsung menuju rumah sewa mereka, rumah plus gudang, karena saat itu kakaku dan suami sedang usaha komoditi pertanian.


“Wow...!! “ itulah kata pertama yang kuucap setelah melewati daerah yg terdampak parah saat gempa waktu itu, kenapa wow karena aku kaget melihat jelas residual energi kejadian saat itu seolah aku ada disana saat bencana terjadi.


Saat memasuki wilayah rumah kaka ku, lagi lagi aku dibuat terkejut karena melewati sebuah pohon beringin yang secara tak kasat mata akan terlihat bangunan megah dan penuh penghuni sepertinya itu istana dari koloni jin disekitarnya.


Akhirnya kami tiba juga, kesan pertama yang aku lihat adalah, gelap karena minim penerangan.. Tapi udaranya sejuk maybe karena dikelilingi persawahan, tapi lumayan nyaman plus iseng, Pandanganku tertuju kekanan, aku melihat banyak cahaya kecil berterbangan warna kuning, dan itulah rupanya yg disebut kunang kunang, karena aku tidak pernah melihatnya dikota tempat ku tumbuh besar,maklum aku orang kota heheh, dan baru kali itu aku melihat kunang kunang,tapi kalo mata berkunang kunang pernah beberapa kali aku alami.


Malam itu setelah aku sampai aku tidak bisa tidur walau lelah diperjalanan, dan aku putuskan untuk sholat 2 rakaat dan dzikir sekalian bersopan santun pada tempat baru istilahnya, walau selama ini aku sering keyogya tapi biasanya bukan didaerah yg saat itu aku tempati, dan saat dzikir akhirnya aku mengalami kejadian yang mungkin sudah terbaca oleh anda semua para pembaca setia.


Yap kejadian yang berhubungan dengan dunia dimensi sebelah, dibelakang rumah itu atau jika aku sedang menghadap barat (kiblat), berarti TKP ada disebelah kananku, aku melihat menembus dinding dan terlihat kebun jati yg cukup besar yang seketika berubah menjadi bangunan besar setelah sebelumnya kabut tebal menutupi perkebunan jati itu, dan begitu kabut menghilang bangunan besar itu terlihat tapi bukan istana hanya layaknya rumah orang kaya yg besar.


Tanpa menunggu lagi, aku otomatis membaca amalan sehingga aku bisa berkomunikasi langsung kepada kepala koloni di rumah itu, makhluk besar berjubah itu pun kaget saat aku mulai memasuki frekuensi batinnya,


“hohoho rupanya ada anak adam yang masuk wilayahku,” katanya setelah dia tau aku yang memasuki frekuensinya,


“Kulo nuwon, maaf mengganggu anda..” kataku,


“aku hanya memperkenalkan diri dengan tujuan meminta izin karena telah memasuki wilayah anda, agar tidak terjadi kesalah pahaman, biar bagaimanapun kita sama sama makhluk ciptaan Tuhan, jadi sudah sewajarnya saling menjaga kesopanan agar bisa bertetangga dengan damai..” lanjutku,


“hahaha… bagus sekali anak adam, kau masih tau sopan santun, baiklah kuterima niat baikmu dengan minta izin karena akan sering berada disekitar wilayahku, dan akan aku pastikan tak ada dari kami yang akan mengganggumu dan keluargamu, dan jika ada dari kami yang mengganggumu, silahkan kau yang langsung menghukumnya.. Aku tidak akan masalah..” katanya,


“asal kau tau sebelum kau datang, bahkan sebelum saudaramu itu tinggal disini aku sudah diberi tau bahwa akan ada orang baru yang tinggal disini, tak kusangka orang baru itu punya ilmu yang hebat juga.. Hahaha..” lanjutnya,


“kau salah,,, aku tidak punya apa apa, semua berkat Tuhanku dan juga Tuhanmu, sang hyang widiwasa.. ALLAH SWT.” kataku,


“hahaha baiklah baiklah, terima kasih karena kau sudah meminta izin langsung kepadaku walaupun tudak juga tidak apa apa, tapi aku sangat hargai itu… hahhaa selamat datang diwilayahku… ingat baik baik namaku yaitu......... (maaf ga bisa disebutkan, maybe para master dan sepuh disini sudah tau siapa, hehehe).” katanya menutup pembicaraan.


“Alhamdulillah… “ kataku.