TS
biadabcuk
You

BODOH
Nilai yang berupa tulisan dapat membuat mereka menilai kemampuan otak seseorang.
PRESTASI
Sebuah trofi dapat membuat mereka tersenyum, bangga dari hasil yang mereka capai
CINTA
Itulah yang gue butuhkan, gue akan lakukan apapun itu untuk mendapatkan cinta, gue nggak butuh nilai, gue nggak butuh trofi, karena bagi gue cintalah segalanya.
Salah..
Iya gue salah, motivasi gue untuk mendapatkan cinta ternyata salah, gue terlalu melukai mereka dengan cinta gue, hingga akhirnya sesosok malaikat bagi gue, membuat gue sadar.
Cinta adalah kasih dan sayang
Kasih adalah keindahan dan sayang adalah ketulusan
Hingga akhirnya gue paham, kasih membuat gue hilang arah, dan sayang membuat gue tau arah.
INDEX
PART 1 SALAH
PART 2 SEPI
PART 3 TEMAN
PART 4INDAHNYA HIDUP
PART 5 SALSA
PART 6 RUMIT
PART 7 KELUARGA KECIL
PART 8 WANITA
FLASHBACK
PART 9CIUMAN
PART10 LIBURAN
PART 11 JOMBLO KAMPRET
PART 12 ROHIS
PART 13 ELUSAN SAKTI
PART 14 MEREKA
PART 15 KATROK
PART 16
PART 17 AYE AYE
16+
PART 18 DUA WANITA
PART 19 WANITA
PART 20 RUTINITAS
PART 21 PERNYATAAN
PART 22 MINGGAT
PART 23 WANITA LAGI
PART 24 LIA PONAKAN SEREM
PART 25 HIDUP KEMBALI
PART 26 GUNUNG UNGARAN BAGIAN 1
PART 27 GUNUNG UNGARAN BAGIAN 2
PART 28 GUNUNG UNGARAN BAGIAN 3
PART 29 PESONA GUNUNG UNGARAN
PART 30 PULANG DAN TRAGEDI
POV Ratna
PART 31 MULAI BERBICARA
PART 32 TANGIS NADIA
PART 33 BIRU MUDA
PART 34 BERSAMAMU
PART 35 BERSAMAMU
KEHIDUPAN BARU
LEMBARAN BARU
PART 36 ES TEH MANIS
PART 37 MATA
PART 38 TANGIS RATNA
PART 38 APALAH AKU
PART 39 HARI
PART 40 HELM
PART 41 MALAM YANG INDAH
PART 42 ROTI DAN SENYUMMU
PART 43 MUDIK
PART 44 PAGI
PART 45 MEREKA
PART 46 CURHAT INDRI
PART 47 LIA
PART 48 BRIAN
PART 49 KENTANG
PART 50 PERANG
PART 50 VOKALIS
PART 51 JAZ
PART 52 ULANG TAHUN
PART 53 Bingung
PART 54 SECERCAH KEPASTIAN
Diubah oleh biadabcuk 06-06-2023 20:06
nwansaa dan 73 lainnya memberi reputasi
72
123.5K
797
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
biadabcuk
#321
Tangis Nadia
"kenapa sayang"
Bunda panik saat gue membanting hanfone. Semua yang ada di kamar eksekutip ini pun kaget melihat gue.
"Lu gila ya, lu nggak nghargain bunda banget sih" ucap mbak Ratna kesel
"Udah nggak papa" bunda mengambilkan gue air putih
"Diminum dulu, kamu kenapa sayang kok tiba tiba hanfone nya di banting"
"Nggak papa Bun, kesel aja tombolnya banyak"
"Yaudah, nanti bunda beli'in lagi yang layar semua"
"Nggak usah Bun, besok aja kalau andi udah pengen lagi"
Gue tau sebenarnya bunda paham kenapa gue sampai segitunya. Bunda secara tidak langsung mengerti keadaan gue.
Mbak Ratna keliatan bingung dengan keadaan sekarang.
Gue masa bodoh dengan semua itu, emosi gue masih meluap saat gue mendengar suara pria, suara seorang pria di hanfone Nabila.
Nyesek banget saat rencana yang gue susun dengan kepintaran gue yang mentok ini harus sirna oleh suara garangan di hanpone seseorang yang gue harap bisa memberi momen spesial buat dia saat gue belum mengalami kecelakaan ini.
Setelah itu gue cuman diem.
Beberapa hari gue di rumah sakit gue mulai bosen, meskipun semua kebutuhan gue terpenuhi. mata gue selalu mendapatkan pemandangan yahuud dari suster suster imut. Sekejam kejamnya gue mendapat hukuman dari guru, sepuluh kali muter lapangan gue jabanin. Namun kala menemui benda tajam kecil lancip, gue rasa manusia terkejam di dunia ini bukanlah guru BP yang ngasih hukuman bagi para siswa bandel. Melainkan suster cantik pembawa jarum suntik.
Setiap kali suster cantik datang
Suster : Sebentar ya Bu saya tubles dulu mas Andi nya
Bunda :Oh silahkan mbak
Gue : nggak bosen apa mbak nyakitin orang Mulu
Suster : ini agar proses penyembuhan bisa lebih cepat
Gue : kalau gitu lamaan aja deh sembuhnya, nggak papa saya yang penting nggak di suntik
Suster : ini sudah sesuai prosedur dari dokter
Gue : sesuai prosedur kok yang nyuntik cakep cakep.
Suster cuma ketawa
Gue berharap dia lupa
Terus nyuntik diri sendiri
Bunda : udah kamu ini, cuma sebentar kok, biar cepet sembuh
Gue : kan Andi cuman nanya Bun
Bunda : nanya kamu kelamaan pasien nya nggak cuman kamu doang.
Gue : bunda jahat.
Gue pura pura tidur, bunda malah ngakak elegan, pak Anto ngakak tanpa sopan. Sembuh gue coret dari kk lu pak, liat anaknya susah malah seneng.
Bunda : langsung di suntik aja mbak, itu paling pura pura.
Suster : maaf bu tapii
Bunda : mbaknya baru nanganin anak saya ya, yang kemarin nggak mbaknya ini
Bunda : iya Bu, saya di suruh kesini sama temen kata temen saya pasien yang ini susah, digalakin juga susah
Lha kok malah curhat, dal njengat dal, biar tuh cewek minggat.
*Kecil bos*
*Tapi imut dal*
*Bodoamat*
*Kalau yang kemarin dal*
*Otomatis bos*
*Weddoss*
Bunda : sayaaang bangun gih, mbaknya kasian lho nungguin
Gue melek
Cublesss.. wauuuung syakkitt cuuk.
Beberapa saat kemudian Tante intan sama salsa datang. Bunda cerita saat saat gue di cublesss cublesss suster cantik
Tante intan : tuh sayang, mas Andi kalah sama kamu, kemarin kamu di suntik nggak takut kan
Salsa : enggak mah, temen salsa ada yang lari lho mah
Bunda : masak sih, terus yang lari di tangkap nggak
Salsa : iya, pas mau di suntik nangis kenceng hihihi
Panaaas ndeees, secara tidak langsung gue di hina di depan salsa. Untung rudal udah tumpul, coba kalau masih lancip.
*Luluh lantah boss*
*Terkulai lemas tanpa bekas*
*Ngapain lu potong *
*Jangan protes lu, nongol aja, mau dua kali lu*
*Yee kagak boss, sekali aja cukup dah*
*Sama Tante intan cukup sekali dal*
*Tidaaaaak*
Beberapa saat kemudian Anis datang sama kak citra. Dag Dig dug sirr...
Tatapan menghina wanita centil mengarah ke kedua bola mata gue.
Anis : ngomongin apaan sih Tante
Bunda : Andi ini lho dari kemarin tiap mau di suntik lamaa banget, susternya di goda'in lah, pura pura pingsan lah, tanya ini itulah.
Kak citra nggak banyak bicara itulah kenapa gue bilang dia itu
GUE BANGET
*Semua lu sikat bos*
*nggak semuanya, Satu aja kandas cuk*
*Siapa tau yang ngangkat ponakannya*
*Bodoamat*
All : hahahaha
hari ini setelah kurang lebih dua Minggu gue di rawat di rumah sakit gue di bolehin pulang.
Tubuh gue serasa mati separo, dimana bagian kiri gue tangan dan kaki gue berbalut buntalan putih tebal, bisa di sebut gip atau apalah itu.
Menaiki kursi roda di bantu mbak Ratna sebagai kusirnya kita pun berjalan ke tempat parkir.
Saat gue mau di angkat oleh ayah kedalam mobil, seseorang wanita memakai pakaian ala ala wadon kantoran menghampiri kami.
Bunda pun menghampiri wadon tersebut
"Tante, maaf saya boleh ngobrol sama Andi" ucap seseorang cewek
"Tante sudah bilang kan sayang"
"Tapi tante"
"Yaudah, kalau gitu ngobrolnya di rumah saja ya ndok(ucapan lembut untuk seseorang wanita), kamu ngikutin dari belakang"
"Tuh orang ngapain juga mau ketemu, padahal kan udah clear masalahnya" mbak Ratna ngomel ngomel sendiri
"Emang dia siapa sih"
"Pokoknya lu nggak boleh naksir sama dia"
"Gue normal, dia cakep"
"Sama gue cakepan mana"
"Cakepan dia"
Cekkittt
"Issshhhh bunda ni lho andiii"
"Ngapain lu ngadu, harusnya gue. Sakit nih"
Bu Dian dan pak Anto cuma bisa haha haha.
Sesampainya di rumah mbak Ratna langsung menuju ke kamarnya.
Kumat kan dia. Dikit dikit ngambeg
"Kayaknya Ratna suka sama kamu deh nak"
"Males Bun, tua"
"Nggak boleh gitu, dia yang ngrawat kamu lho"
"Bukan berarti Andi harus nurut sama dia kan Bun, Andi pengen bebas Bun nggak ada yang ngatur"
"Besok pas bunda nemenin ayah siapa lagi yang jagain kamu kalau bukan Ratna"
Buener juga ya.. terus gimana gue mandinya. Kerjaan ayah nggak bisa di tinggal lama, masak gue musti basuh badan doang nggak mandi, truusss
*Suruh mandi'in Tante intan bos, kan udah apal gerakan nya*
*Boleh tuh*
*Cakep booss sehat maning sooon*
Gue berbicara sama bunda sambil bunda mendorong kursi roda ini kedalam rumah
Permisi..
"Iya silahkan masuk" ucap bunda
"Bentar ya bunda buatin minum, nak itu temenin ngobrol dulu mbaknya"
Gue cuma bisa memandangi ciptaan Tuhan satu ini, betapa molek tubuhnya, betapa sedap di pandang gembolan nya, betapa angan biadab gue menerawang saat malam pertama
EHEMM...
"Udah ngambegnya"
Mbak Ratna mendekat, mendekatkan badan nya di belakang gue. Mbak Ratna berbisik
"Cepet bilang kalau cakepan gue daripada dia"
Ternyata belum lega kalau belum mendapatkan apa yang dia mau sekalipun itu hanya pujian the best women.
"Silahkan duduk mbak"
Nadia duduk menawan di sofa ruang keluarga.
"Issshhhh cepet"
"Iya sakit ahh, nyubitin Mulu, sini" gue suruh mbak Ratna mendekat, mbak Ratna malah duduk ngadep gue.
Njirrr posisi macam apa ini, berhadapan dengan tuan rudal keramat.
Okelah. Sambil gue pegang dagunya.
"RATNA SAMA MBAKNYA CANTIKAN RATNA, "
Mbak mbak yang belum gue ketahui namanya cuma senyum senyum doang.
"Kekencengen begoo"
"Apanya yang kenceng"
"Suara lu"
"APA APAAN TO INI, mbak Nadia bukanya di ajak ngobrol malah mesra mesraan sendiri" ucap bunda sambil menaruh teh hangat di meja.
"Ini Bun..." Mulut gue tiba tiba di tutup sama mbak Ratna
"Nggak mesra mesraan kok bunda, Andi nih sukanya boong"
"Boong apanya"
"Tadi"
"Hahaha, kamu ini ndook ndook, sini bantu bunda aja di dapur masak"
"Cakep, besok besok kan gue nggak bisa masak, ganti'in lu ya"
"Yeee males banget wleee" mbak ratna ke dapur sama bunda.
"Maaf ya mbak dianggurin"
"Nggak papa kok mas"
"Jangan panggil mas deh, masih EHEMM muda"
"Hahaha, jangan panggil saya mbak juga saya juga masih muda"
"Taulah saya hahaha"
"Saya Nadia, orang yang nabrak kamu"
deghhHH.. gue cuman diem.. gue teringat betapa kecewanya gue saat gue menelfon Nabila, andai gue nggak mengalami kecelakaan ini mungkin gue bisa menyatakan cinta gue. Menyatakan cinta dengan cara amazing yang gue buat Dipuncak gunung Ungaran.
Rasanya gue males buat melanjutkan obrolan ini.
Gue pun memutar roda ini.
"Maafin gue ndi, sebenarnya gue udah di suruh bunda lu buat nggak ketemu lu, tapi gue nggak bisa, gue selalu mikirin lu"
Gue masih diem
"Maafin gue ndi maafin gue, gue bener bener merasa bersalah, saat di mobil gue ngelamun gue nggak fokus sama jalan, gue habis mergokin tunangan gue sama cewek lain pikiran gue bener bener kosong" Nadia malah meneteskan air mata
Ini yang bikin seorang biadab tak kuasa lama lama mendiamkan seorang hawa.. bbrrrrr
°kulit putih, rambut se ketiak warna coklat tua semir pastinya, hidung mancung, badan lazies, bibir merah manis, masak iya gue diemin mubadir atuh, masak iya gue bikin nangis, harusnya kan gue bikin kejang kejang°
"Sebenarnya bukan urusan gue tau semua tentang lu, gue pun sama, gue udah nyiapin diri buat nembak calon cewek gue nantinya"
"Maafin gue ndi, maafin gue"
Gue deketin Nadia, memutarkan roda kursi ini kearahnya. Gue sentuh kepalanya dengan tangan kanan gue.
"Gue minta maaf kalau bikin lu nangis" sambil gue acak acar rambutnya
Gue tuang teh goceng kedalam gelas.
"Diminum dulu" gue kasihkan dia teh goceng
"Makasih, hiks hiks"
"Kita anggap impas ya, lu habis mergokin cowok lu, gue gagal nyata'in cinta gue, hahaha, accident banget ya"
Nadia tersenyum tipis sambil mengusap air mata di wajahnya.
Bunda panik saat gue membanting hanfone. Semua yang ada di kamar eksekutip ini pun kaget melihat gue.
"Lu gila ya, lu nggak nghargain bunda banget sih" ucap mbak Ratna kesel
"Udah nggak papa" bunda mengambilkan gue air putih
"Diminum dulu, kamu kenapa sayang kok tiba tiba hanfone nya di banting"
"Nggak papa Bun, kesel aja tombolnya banyak"
"Yaudah, nanti bunda beli'in lagi yang layar semua"
"Nggak usah Bun, besok aja kalau andi udah pengen lagi"
Gue tau sebenarnya bunda paham kenapa gue sampai segitunya. Bunda secara tidak langsung mengerti keadaan gue.
Quote:
Mbak Ratna keliatan bingung dengan keadaan sekarang.
Gue masa bodoh dengan semua itu, emosi gue masih meluap saat gue mendengar suara pria, suara seorang pria di hanfone Nabila.
Nyesek banget saat rencana yang gue susun dengan kepintaran gue yang mentok ini harus sirna oleh suara garangan di hanpone seseorang yang gue harap bisa memberi momen spesial buat dia saat gue belum mengalami kecelakaan ini.
Setelah itu gue cuman diem.
Beberapa hari gue di rumah sakit gue mulai bosen, meskipun semua kebutuhan gue terpenuhi. mata gue selalu mendapatkan pemandangan yahuud dari suster suster imut. Sekejam kejamnya gue mendapat hukuman dari guru, sepuluh kali muter lapangan gue jabanin. Namun kala menemui benda tajam kecil lancip, gue rasa manusia terkejam di dunia ini bukanlah guru BP yang ngasih hukuman bagi para siswa bandel. Melainkan suster cantik pembawa jarum suntik.
Setiap kali suster cantik datang
Suster : Sebentar ya Bu saya tubles dulu mas Andi nya
Bunda :Oh silahkan mbak
Gue : nggak bosen apa mbak nyakitin orang Mulu
Suster : ini agar proses penyembuhan bisa lebih cepat
Gue : kalau gitu lamaan aja deh sembuhnya, nggak papa saya yang penting nggak di suntik
Suster : ini sudah sesuai prosedur dari dokter
Gue : sesuai prosedur kok yang nyuntik cakep cakep.
Suster cuma ketawa
Gue berharap dia lupa
Terus nyuntik diri sendiri
Bunda : udah kamu ini, cuma sebentar kok, biar cepet sembuh
Gue : kan Andi cuman nanya Bun
Bunda : nanya kamu kelamaan pasien nya nggak cuman kamu doang.
Gue : bunda jahat.
Gue pura pura tidur, bunda malah ngakak elegan, pak Anto ngakak tanpa sopan. Sembuh gue coret dari kk lu pak, liat anaknya susah malah seneng.
Bunda : langsung di suntik aja mbak, itu paling pura pura.
Suster : maaf bu tapii
Bunda : mbaknya baru nanganin anak saya ya, yang kemarin nggak mbaknya ini
Bunda : iya Bu, saya di suruh kesini sama temen kata temen saya pasien yang ini susah, digalakin juga susah
Lha kok malah curhat, dal njengat dal, biar tuh cewek minggat.
*Kecil bos*
*Tapi imut dal*
*Bodoamat*
*Kalau yang kemarin dal*
*Otomatis bos*
*Weddoss*
Bunda : sayaaang bangun gih, mbaknya kasian lho nungguin
Gue melek
Cublesss.. wauuuung syakkitt cuuk.
Beberapa saat kemudian Tante intan sama salsa datang. Bunda cerita saat saat gue di cublesss cublesss suster cantik
Tante intan : tuh sayang, mas Andi kalah sama kamu, kemarin kamu di suntik nggak takut kan
Salsa : enggak mah, temen salsa ada yang lari lho mah
Bunda : masak sih, terus yang lari di tangkap nggak
Salsa : iya, pas mau di suntik nangis kenceng hihihi
Panaaas ndeees, secara tidak langsung gue di hina di depan salsa. Untung rudal udah tumpul, coba kalau masih lancip.
*Luluh lantah boss*
*Terkulai lemas tanpa bekas*
*Ngapain lu potong *
*Jangan protes lu, nongol aja, mau dua kali lu*
*Yee kagak boss, sekali aja cukup dah*
*Sama Tante intan cukup sekali dal*
*Tidaaaaak*
Beberapa saat kemudian Anis datang sama kak citra. Dag Dig dug sirr...
Tatapan menghina wanita centil mengarah ke kedua bola mata gue.
Anis : ngomongin apaan sih Tante
Bunda : Andi ini lho dari kemarin tiap mau di suntik lamaa banget, susternya di goda'in lah, pura pura pingsan lah, tanya ini itulah.
Kak citra nggak banyak bicara itulah kenapa gue bilang dia itu
GUE BANGET
*Semua lu sikat bos*
*nggak semuanya, Satu aja kandas cuk*
*Siapa tau yang ngangkat ponakannya*
*Bodoamat*
All : hahahaha
hari ini setelah kurang lebih dua Minggu gue di rawat di rumah sakit gue di bolehin pulang.
Tubuh gue serasa mati separo, dimana bagian kiri gue tangan dan kaki gue berbalut buntalan putih tebal, bisa di sebut gip atau apalah itu.
Menaiki kursi roda di bantu mbak Ratna sebagai kusirnya kita pun berjalan ke tempat parkir.
Saat gue mau di angkat oleh ayah kedalam mobil, seseorang wanita memakai pakaian ala ala wadon kantoran menghampiri kami.
Bunda pun menghampiri wadon tersebut
"Tante, maaf saya boleh ngobrol sama Andi" ucap seseorang cewek
"Tante sudah bilang kan sayang"
"Tapi tante"
"Yaudah, kalau gitu ngobrolnya di rumah saja ya ndok(ucapan lembut untuk seseorang wanita), kamu ngikutin dari belakang"
"Tuh orang ngapain juga mau ketemu, padahal kan udah clear masalahnya" mbak Ratna ngomel ngomel sendiri
"Emang dia siapa sih"
"Pokoknya lu nggak boleh naksir sama dia"
"Gue normal, dia cakep"
"Sama gue cakepan mana"
"Cakepan dia"
Cekkittt
"Issshhhh bunda ni lho andiii"
"Ngapain lu ngadu, harusnya gue. Sakit nih"
Bu Dian dan pak Anto cuma bisa haha haha.
Sesampainya di rumah mbak Ratna langsung menuju ke kamarnya.
Kumat kan dia. Dikit dikit ngambeg
"Kayaknya Ratna suka sama kamu deh nak"
"Males Bun, tua"
"Nggak boleh gitu, dia yang ngrawat kamu lho"
"Bukan berarti Andi harus nurut sama dia kan Bun, Andi pengen bebas Bun nggak ada yang ngatur"
"Besok pas bunda nemenin ayah siapa lagi yang jagain kamu kalau bukan Ratna"
Buener juga ya.. terus gimana gue mandinya. Kerjaan ayah nggak bisa di tinggal lama, masak gue musti basuh badan doang nggak mandi, truusss
*Suruh mandi'in Tante intan bos, kan udah apal gerakan nya*
*Boleh tuh*
*Cakep booss sehat maning sooon*
Gue berbicara sama bunda sambil bunda mendorong kursi roda ini kedalam rumah
Permisi..
"Iya silahkan masuk" ucap bunda
"Bentar ya bunda buatin minum, nak itu temenin ngobrol dulu mbaknya"
Gue cuma bisa memandangi ciptaan Tuhan satu ini, betapa molek tubuhnya, betapa sedap di pandang gembolan nya, betapa angan biadab gue menerawang saat malam pertama
EHEMM...
"Udah ngambegnya"
Mbak Ratna mendekat, mendekatkan badan nya di belakang gue. Mbak Ratna berbisik
"Cepet bilang kalau cakepan gue daripada dia"
Ternyata belum lega kalau belum mendapatkan apa yang dia mau sekalipun itu hanya pujian the best women.
"Silahkan duduk mbak"
Nadia duduk menawan di sofa ruang keluarga.
"Issshhhh cepet"
"Iya sakit ahh, nyubitin Mulu, sini" gue suruh mbak Ratna mendekat, mbak Ratna malah duduk ngadep gue.
Njirrr posisi macam apa ini, berhadapan dengan tuan rudal keramat.
Okelah. Sambil gue pegang dagunya.
"RATNA SAMA MBAKNYA CANTIKAN RATNA, "
Mbak mbak yang belum gue ketahui namanya cuma senyum senyum doang.
"Kekencengen begoo"
"Apanya yang kenceng"
"Suara lu"
"APA APAAN TO INI, mbak Nadia bukanya di ajak ngobrol malah mesra mesraan sendiri" ucap bunda sambil menaruh teh hangat di meja.
"Ini Bun..." Mulut gue tiba tiba di tutup sama mbak Ratna
"Nggak mesra mesraan kok bunda, Andi nih sukanya boong"
"Boong apanya"
"Tadi"
"Hahaha, kamu ini ndook ndook, sini bantu bunda aja di dapur masak"
"Cakep, besok besok kan gue nggak bisa masak, ganti'in lu ya"
"Yeee males banget wleee" mbak ratna ke dapur sama bunda.
"Maaf ya mbak dianggurin"
"Nggak papa kok mas"
"Jangan panggil mas deh, masih EHEMM muda"
"Hahaha, jangan panggil saya mbak juga saya juga masih muda"
"Taulah saya hahaha"
"Saya Nadia, orang yang nabrak kamu"
deghhHH.. gue cuman diem.. gue teringat betapa kecewanya gue saat gue menelfon Nabila, andai gue nggak mengalami kecelakaan ini mungkin gue bisa menyatakan cinta gue. Menyatakan cinta dengan cara amazing yang gue buat Dipuncak gunung Ungaran.
Rasanya gue males buat melanjutkan obrolan ini.
Gue pun memutar roda ini.
"Maafin gue ndi, sebenarnya gue udah di suruh bunda lu buat nggak ketemu lu, tapi gue nggak bisa, gue selalu mikirin lu"
Gue masih diem
"Maafin gue ndi maafin gue, gue bener bener merasa bersalah, saat di mobil gue ngelamun gue nggak fokus sama jalan, gue habis mergokin tunangan gue sama cewek lain pikiran gue bener bener kosong" Nadia malah meneteskan air mata
Ini yang bikin seorang biadab tak kuasa lama lama mendiamkan seorang hawa.. bbrrrrr
°kulit putih, rambut se ketiak warna coklat tua semir pastinya, hidung mancung, badan lazies, bibir merah manis, masak iya gue diemin mubadir atuh, masak iya gue bikin nangis, harusnya kan gue bikin kejang kejang°
"Sebenarnya bukan urusan gue tau semua tentang lu, gue pun sama, gue udah nyiapin diri buat nembak calon cewek gue nantinya"
"Maafin gue ndi, maafin gue"
Gue deketin Nadia, memutarkan roda kursi ini kearahnya. Gue sentuh kepalanya dengan tangan kanan gue.
"Gue minta maaf kalau bikin lu nangis" sambil gue acak acar rambutnya
Gue tuang teh goceng kedalam gelas.
"Diminum dulu" gue kasihkan dia teh goceng
"Makasih, hiks hiks"
"Kita anggap impas ya, lu habis mergokin cowok lu, gue gagal nyata'in cinta gue, hahaha, accident banget ya"
Nadia tersenyum tipis sambil mengusap air mata di wajahnya.
Diubah oleh biadabcuk 14-07-2019 20:24
noejbr dan 11 lainnya memberi reputasi
12