- Beranda
- Stories from the Heart
Misteri Suara Tanpa Wujud
...
TS
evywahyuni
Misteri Suara Tanpa Wujud
Kisah Misteri Bagian Pertama
Happy reading

Malam itu pekat tak berbintang, hujan sejak sore sudah mulai sedikit reda, menyisakan gerimis halus ... membawa kesejukan. Namun, membuat sekujur tubuh merinding juga.
Bagaimana tidak, aku hanya sendirian di rumah kala itu. Ayah dan ibu sedang ke luar kota menjenguk kakak yang habis lahiran. Kebetulan aku tak ikut, karena sering mabuk darat juga karena perjalanan ke rumah saudariku itu terbilang cukup memakan waktu lama. Bisa pegal pinggangku kelamaan duduk dalam mobil.
Malam itu, lepas makan semangkuk indomie kaldu dicampur cabe lima biji plus perasan jeruk nipis sebelah, cukup membuat badan sedikit hangat. Makanan penggugah selera itu selalu menjadi makanan pengusir dingin kala malam tiba dengan segudang hawa dingin yang mencekam.
Musim hujan selalu membawa berkah bagi Mpok Iin, penjual indomie langgananku di sudut jalan depan. Stok jualannya selalu laris olehku, pecinta mie kaldu.
Setelah habis melahap semangkuk makanan andalan, segera bergegas ke ruang belakang rumah. Dapur maksudnya. Membawa mangkuk ke wastafel dapur, mencucinya dengan beberapa perabot yang tadi kupakai memasak.
Suara keran air mengisi keheningan dapur, air mengucur pelan membasuh semua perabotan yang terlebih dulu sudah kusabuni. Lalu meletakkannya di dalam keranjang tempat menitiskan sisa-sisa air bilasan.
Aku tak menyadari seiring dengan bunyi air keran ternyata ada suara lain yang ikut memecah hening. Bulu kudukku tiba-tiba merinding, tetapi kupikir itu hanya desir angin yang masuk di celah-celah ventilasi.
Setelah menyelesaikan aktifitas mencuci piring dan teman-temannya. Aku segera mematikan keran dan ke luar dari ruang dapur. Mumpung sendiri, tak lupa kuraih toples cemilan di atas meja dapur. Berisi kerupuk bawang kiriman saudara-kakak laki-lakiku dari pulau seberang.
Melangkah menuju ruang tengah, tetiba aku mendengar suara dengkuran! Aku menoleh ke belakang, ishh ... suara siapa itu? Bukankah aku cuma sendiri di rumah? Tak habis pikir, kembali kulangkahkan kaki.
Suara itu terdengar lagi, mungkin gesekan sendal jepitku di lantai yang mengeluarkan bunyi itu. Toh tadi waktu menoleh ke belakang tak ada apapun yang mencurigakan. Jendela dan pintu telah kututup rapat, malah sudah kukunci dobel. Biar lebih aman!
Aku tak menghiraukan bunyi-bunyi itu lagi, masa bodoh! Masa aku harus takut? Ini kan rumahku? Lagi pula itu cuma suara gesekan sendal bertemu lantai, kenapa pula harus membuatku takut? Iya gak?
Kulirik jam di dinding, di sana tertera pukul 20.30 WITA, ah masih terlalu dini buat masuk kamar. Mending cari hiburan dulu, kuraih remote TV menyalakan benda pipih berukuran besar itu. Mencari channel sinetron favorit, ah kebetulan lagi iklan.
Sengaja volume TV kubesarin, biar hilang rasa takut yang mengundang itu. Namun, ada yang aneh kurasa. Suara dengkuran itu masih saja bisa kudengar, meski volume TV sudah kubesarin.
Wah, ini tak bisa kudiamkan begitu saja. Kukecilin suara TV, bahkan hampir tak terdengar. Menajamkan indra pendengaran, mencoba mendengar dan melacak sumber suara mirip dengkuran itu. Sekaligus mencoba meredam rasa takut, semoga bukan hal-hal mistis, harapku.
Nah! Suara itu kembali terdengar. Kutelisik penjuru rumah, nihil! Tak ada siapa pun. Gemas rasa hati ini, tak sadar akhirnya kukeluarkan suara.
"Siapa itu!"
Tak ada jawaban, hening seperti biasa. Hanya suaraku yang memantul di dinding rumah, apakah aku berhalusinasi? Entah. Suara itu terdengar jelas, tetapi tak berwujud. Sayangnya, aku tak punya indra keenam yang bisa melihat makhluk tak kasat mata itu.
Kunyalakan saklar lampu utama, ruangan seketika terang benderang. Cuma ada aku mematung di dekat tombol saklar lampu, di depan, di belakang, di samping, tak ada siapa-siapa kecuali aku sendiri!
Daripada terpenjara oleh ketakutan sendiri akhirnya TV kumatikan saja sekalian agar dapat kucermati suara itu berasal dari mana. Kututup rapat toples camilanku yang terbiar di atas meja. Kuputuskan masuk ke kamar saja, setelah terlebih dahulu mematikan lampu saklar utama. Setidaknya di dalam kamar, ada rasa aman yang terasa.
Aku lalu merapal ayat kursi. Subehanallah. Suara mirip dengkuran itu tak lagi terdengar, entah itu tadi hanya sebuah ilusi atau hanya sebuah suara di alam bawah sadarku atau apa, aku tak mau tahu lagi. Setidaknya, dengan berbekal keyakinan hanya kepada Allah semata itulah yang membuatku yakin dan berani.
Di dalam kamar, kuraih ponsel di atas nakas. Kucari nama ayahku dan langsung menghubunginya. Bukan hendak melaporkan keganjilan yang kurasakan, tetapi ingin mengetahui kabar mereka di sana. Panggilan itu pun tersambung.
Setelah berbalas salam, aku pun ke pokok tanya. " Ayah, gimana keadaan kak Aty? Kalian di sana, baik-baik saja, 'kan?"
"Iya, alhamdulillah. Kami semua di sini baik-baik saja, kamu di rumah gimana? Tidak takut sendiri, 'kan?"
"Tidak kok, Yah. Ini sudah di kamar, mau tidur. Salam buat semuanya ya, Yah?"
Kuakhiri percakapan via ponsel itu dengan salam. Tak lupa tadi ayah mengingatkan untuk membaca doa agar tidur tidak terganggu.
Alhamdulillah, hingga pagi menjelang, tak ada suara-suara yang kudengar menganggu itu lagi. Sebelum tidur kubaca surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan surah An-Naas sebanyak tiga kali. Lalu, setelahnya membaca ayat kursi, dengan mengulang tiga kali pada bacaan akhirnya. Kemudian, tak lupa membaca doa tidur dan menyapu seluruh badan.
Tak lupa pada malam selanjutnya, setelah sholat Isya, kulantunkan ayat-ayat Al-qur'an, selembar demi selembar. Menambah sugesti keberanianku akan sesuatu yang berbau mistis.
Itulah yang membuatku berani tinggal di rumah, meski sendiri. Berani tidur sendiri, tanpa takut dengan apapun, karena aku hanya berserah diri pada Sang Ilahi, pencipta semesta alam.
Tamat.***
Kisah ini masih ada di benakku, meski telah lama berumah tangga. Suara mirip dengkuran itu masih menjadi misteri hingga saat ini. Tak ingin bertanya pada ayah dan ibu, hanya kusimpan sendiri, dan kini kubagikan pada kalian pembaca setiaku.
Semoga ada sesuatu yang bisa kalian simpulkan dari kisahku ini. Jika kalian penyuka kisah-kisah horor, jangan lupa beri like 'cendol'
, subscribe thread ini
, dan jangan lupa beri bintang
Tunggu kisah-kisah misteri selanjutnya, karena dalam file-ku masih tersimpan beberapa kisah misteri yang nyata kuhadapi sendiri dan akan kubagikan pada kalian dengan suka cita. Itupun jika ada yang menyukainya, sih. Hehehe ....
Wassalam.
Quote:
Happy reading


Malam itu pekat tak berbintang, hujan sejak sore sudah mulai sedikit reda, menyisakan gerimis halus ... membawa kesejukan. Namun, membuat sekujur tubuh merinding juga.
Bagaimana tidak, aku hanya sendirian di rumah kala itu. Ayah dan ibu sedang ke luar kota menjenguk kakak yang habis lahiran. Kebetulan aku tak ikut, karena sering mabuk darat juga karena perjalanan ke rumah saudariku itu terbilang cukup memakan waktu lama. Bisa pegal pinggangku kelamaan duduk dalam mobil.
Malam itu, lepas makan semangkuk indomie kaldu dicampur cabe lima biji plus perasan jeruk nipis sebelah, cukup membuat badan sedikit hangat. Makanan penggugah selera itu selalu menjadi makanan pengusir dingin kala malam tiba dengan segudang hawa dingin yang mencekam.
Musim hujan selalu membawa berkah bagi Mpok Iin, penjual indomie langgananku di sudut jalan depan. Stok jualannya selalu laris olehku, pecinta mie kaldu.
Setelah habis melahap semangkuk makanan andalan, segera bergegas ke ruang belakang rumah. Dapur maksudnya. Membawa mangkuk ke wastafel dapur, mencucinya dengan beberapa perabot yang tadi kupakai memasak.
Suara keran air mengisi keheningan dapur, air mengucur pelan membasuh semua perabotan yang terlebih dulu sudah kusabuni. Lalu meletakkannya di dalam keranjang tempat menitiskan sisa-sisa air bilasan.
Aku tak menyadari seiring dengan bunyi air keran ternyata ada suara lain yang ikut memecah hening. Bulu kudukku tiba-tiba merinding, tetapi kupikir itu hanya desir angin yang masuk di celah-celah ventilasi.
Setelah menyelesaikan aktifitas mencuci piring dan teman-temannya. Aku segera mematikan keran dan ke luar dari ruang dapur. Mumpung sendiri, tak lupa kuraih toples cemilan di atas meja dapur. Berisi kerupuk bawang kiriman saudara-kakak laki-lakiku dari pulau seberang.
Melangkah menuju ruang tengah, tetiba aku mendengar suara dengkuran! Aku menoleh ke belakang, ishh ... suara siapa itu? Bukankah aku cuma sendiri di rumah? Tak habis pikir, kembali kulangkahkan kaki.
Suara itu terdengar lagi, mungkin gesekan sendal jepitku di lantai yang mengeluarkan bunyi itu. Toh tadi waktu menoleh ke belakang tak ada apapun yang mencurigakan. Jendela dan pintu telah kututup rapat, malah sudah kukunci dobel. Biar lebih aman!
Aku tak menghiraukan bunyi-bunyi itu lagi, masa bodoh! Masa aku harus takut? Ini kan rumahku? Lagi pula itu cuma suara gesekan sendal bertemu lantai, kenapa pula harus membuatku takut? Iya gak?
Kulirik jam di dinding, di sana tertera pukul 20.30 WITA, ah masih terlalu dini buat masuk kamar. Mending cari hiburan dulu, kuraih remote TV menyalakan benda pipih berukuran besar itu. Mencari channel sinetron favorit, ah kebetulan lagi iklan.
Sengaja volume TV kubesarin, biar hilang rasa takut yang mengundang itu. Namun, ada yang aneh kurasa. Suara dengkuran itu masih saja bisa kudengar, meski volume TV sudah kubesarin.
Wah, ini tak bisa kudiamkan begitu saja. Kukecilin suara TV, bahkan hampir tak terdengar. Menajamkan indra pendengaran, mencoba mendengar dan melacak sumber suara mirip dengkuran itu. Sekaligus mencoba meredam rasa takut, semoga bukan hal-hal mistis, harapku.
Nah! Suara itu kembali terdengar. Kutelisik penjuru rumah, nihil! Tak ada siapa pun. Gemas rasa hati ini, tak sadar akhirnya kukeluarkan suara.
"Siapa itu!"
Tak ada jawaban, hening seperti biasa. Hanya suaraku yang memantul di dinding rumah, apakah aku berhalusinasi? Entah. Suara itu terdengar jelas, tetapi tak berwujud. Sayangnya, aku tak punya indra keenam yang bisa melihat makhluk tak kasat mata itu.
Kunyalakan saklar lampu utama, ruangan seketika terang benderang. Cuma ada aku mematung di dekat tombol saklar lampu, di depan, di belakang, di samping, tak ada siapa-siapa kecuali aku sendiri!
Daripada terpenjara oleh ketakutan sendiri akhirnya TV kumatikan saja sekalian agar dapat kucermati suara itu berasal dari mana. Kututup rapat toples camilanku yang terbiar di atas meja. Kuputuskan masuk ke kamar saja, setelah terlebih dahulu mematikan lampu saklar utama. Setidaknya di dalam kamar, ada rasa aman yang terasa.
Aku lalu merapal ayat kursi. Subehanallah. Suara mirip dengkuran itu tak lagi terdengar, entah itu tadi hanya sebuah ilusi atau hanya sebuah suara di alam bawah sadarku atau apa, aku tak mau tahu lagi. Setidaknya, dengan berbekal keyakinan hanya kepada Allah semata itulah yang membuatku yakin dan berani.
Di dalam kamar, kuraih ponsel di atas nakas. Kucari nama ayahku dan langsung menghubunginya. Bukan hendak melaporkan keganjilan yang kurasakan, tetapi ingin mengetahui kabar mereka di sana. Panggilan itu pun tersambung.
Setelah berbalas salam, aku pun ke pokok tanya. " Ayah, gimana keadaan kak Aty? Kalian di sana, baik-baik saja, 'kan?"
"Iya, alhamdulillah. Kami semua di sini baik-baik saja, kamu di rumah gimana? Tidak takut sendiri, 'kan?"
"Tidak kok, Yah. Ini sudah di kamar, mau tidur. Salam buat semuanya ya, Yah?"
Kuakhiri percakapan via ponsel itu dengan salam. Tak lupa tadi ayah mengingatkan untuk membaca doa agar tidur tidak terganggu.
Alhamdulillah, hingga pagi menjelang, tak ada suara-suara yang kudengar menganggu itu lagi. Sebelum tidur kubaca surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan surah An-Naas sebanyak tiga kali. Lalu, setelahnya membaca ayat kursi, dengan mengulang tiga kali pada bacaan akhirnya. Kemudian, tak lupa membaca doa tidur dan menyapu seluruh badan.
Tak lupa pada malam selanjutnya, setelah sholat Isya, kulantunkan ayat-ayat Al-qur'an, selembar demi selembar. Menambah sugesti keberanianku akan sesuatu yang berbau mistis.
Itulah yang membuatku berani tinggal di rumah, meski sendiri. Berani tidur sendiri, tanpa takut dengan apapun, karena aku hanya berserah diri pada Sang Ilahi, pencipta semesta alam.
Tamat.***
Kisah ini masih ada di benakku, meski telah lama berumah tangga. Suara mirip dengkuran itu masih menjadi misteri hingga saat ini. Tak ingin bertanya pada ayah dan ibu, hanya kusimpan sendiri, dan kini kubagikan pada kalian pembaca setiaku.
Semoga ada sesuatu yang bisa kalian simpulkan dari kisahku ini. Jika kalian penyuka kisah-kisah horor, jangan lupa beri like 'cendol'
, subscribe thread ini
, dan jangan lupa beri bintang
Tunggu kisah-kisah misteri selanjutnya, karena dalam file-ku masih tersimpan beberapa kisah misteri yang nyata kuhadapi sendiri dan akan kubagikan pada kalian dengan suka cita. Itupun jika ada yang menyukainya, sih. Hehehe ....
Quote:
Spoiler for Kisah Misteri Selanjutnya:
Wassalam.
Diubah oleh evywahyuni 16-07-2020 15:17
emineminna dan 69 lainnya memberi reputasi
70
31.1K
546
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
evywahyuni
#384
Misteri Arwah Penunggu Rumah
Kisah Misteri Bagian Ketiga

Hari itu, rumah mendadak ramai. Tante dari pihak ibu datang berkunjung ke rumah kami. Rencananya akan menginap selama seminggu. Kebetulan pula dia sedang ada kegiatan di kotaku.
Aku pun sangat antusias menyambut Tante Alni, bagaimana tidak. Bertemu dengannya hanya sejak usiaku masih di bangku TK, sekarang telah menginjak bangku SMA jadi, lama juga kan?
Kebetulan kamar tamu di rumah cuma satu dan sedang ditempati oleh sodara kakek dari pihak Ayah. Jadi, tak masalah bila Tante Alni tidur di kamarku, setidaknya sebelum tidur, ada teman yang bisa kuajak bercerita.
Malam itu, entah sudah berapa banyak kisah yang kami bahas. Tante Alni orangnya periang dan murah senyum, selalu ada saja bahan cerita yang membuat kami tertawa saking lucunya.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 11.00 WITA. Aku pun pamit ingin tidur lebih dulu. Tante Alni mengiyakan dan sibuk bermain Gawai. Pikirku, mungkin saja dia belum mengantuk.
Nyenyaknya tidur terganggu oleh tepukan di lenganku, dengan mata terpicing menahan kantuk, kulihat Tante Alni terus menggoyang-goyangkan tubuhku.
"Vi ... Via, ayo bangun dong," katanya sambil setengah berbisik.
Aku pun langsung membuka kelopak kedua netra yang mungkin berwarna merah karena kantuk yang teramat sangat. Kulirik jam yang tertempel di dinding, masih pukul 02.15 WITA. Masih terlalu dini untuk bangun
"Ada apa? Kenapa Tante belum tidur? Ini baru jam dua, Tant."
"Vi, temani Tante ke kamar mandi dong, mau pipis nih."
"Oh, baiklah, Tant."
Segera kukucek kedua netra yang masih mengabur. Bangkit dan berjalan ke luar kamar menemani Tante Alni ke kamar mandi di bagian belakang rumah.
Kamar mandi rumahku memang letaknya di belakang, masih bersatu dengan rumah induk tetapi letaknya di belakang di samping dapur. Untuk ke belakang, kita harus melewati ruang kerja ayah.
Tante Alni memegang lenganku, seperti ketakutan. Kulihat ia sesekali menengok di ruang kerja ayah. Pikirku lagi, mungkin Tante Alni penasaran dengan isi ruang kerja ayah yang memang tidak berpintu dan ketika lewat di depan ruang itu kita akan langsung melihat meja kerja ayah yang menghadap ke pintu.
Aku duduk di kursi teras yang disimpan ayah di dekat kamar mandi. Tante Alni sudah masuk kamar mandi untuk buang air kecil.
Di dekat ruang kerja ayah ada satu kamar lagi, yang digunakan ayah sebagai ruang beristirahat dan sholat, di dalam kamar itu lengkap berisi satu tempat tidur, lemari pakaian ayah dan sebuah cermin. Tak ada yang spesial sih, biasa saja untuk isi sebuah kamar.
Setelah membuang hajat, Tante Alni akhirnya ke luar dari kamar mandi. Tanpa bicara, kami kembali ke kamar. Aku langsung masuk selimut dan kembali tertidur.



Suara adzan Subuh membangunkan ragaku, dengan mata yang masih ingin merapat aku bangun dan menuju kamar mandi mengambil air wudhu'. Dinginnya air wudhu' seketika membuat wajah kembali segar.
"Siapa di dalam?" Suara ayah terdengar di luar kamar mandi.
Kuselesaikan aktifitas berwudhu', lalu ke luar. Ayah lalu masuk dan mengambil wudhu' juga. Setelah melafazkan doa setelah berwudhu. Aku kembali ke kamar, memakai mukena. Tak lupa membangunkan Tante Alni untuk menunaikan sholat Subuh berjamaah.
Dia hanya bergeming dalam tidurnya, biarlah sebentar ku bangunkan, pikirku. Aku ke luar menuju ruang sholat, ayah dan ibu sudah menunggu di sana. Kami pun melaksanakan ibadah berjamaah dengan khusyu'
Tante Alni akhirnya bangun setelah kami selesai sholat, dia pun segera mengejar ketertinggalannya menunaikan sholat Subuh dua rokaat.
Lepas sarapan, Tante Alni mengajakku masuk kamar. Kebetulan hari ini masih dalam suasana libur jadi kami hanya bermalas-malasan di kamar.
"Vi ... kamu tidak takut bangun tengah malam ke kamar mandi sendirian?"
"Tidak kok, Tant. Memangnya semalam Tante kenapa? Takut?"
"Bukan takut lagi, Vi. Di atasnya takut malah!"
"Kok takut? Emangnya semalam Tante ketemu hantu? Kan kita barengan ke kamar mandinya?"
"Vi, sebelum Tante bangunin kamu, Tante udah duluan ke kamar mandi, tau?"
"Terus?"
"Begitu melewati ruang kerja ayahmu, Tante melihat sosok perempuan berbaju hitam, Tante tidak melihat rupanya bagaimana karena rambutnya panjang seperti menutupi mukanya."
Aku langsung bergidik, ngeri. Seumur-umur tinggal di rumah ini, baru kali ini ada yang ngomong melihat penampakan hantu di dalam rumah. Di ruang kerja ayah pula.
"Masa sih, Tant? Mungkin Tante salah lihat barangkali? Kursi kerja Ayah kan memang berwarna hitam?"
"Tak mungkin Tante salah lihat, Vi. Perempuan itu seperti menatap ke arah Tante lho!"
"Ya sudah, Tante. Sebentar malam Via mau cek kebenaran cerita Tante deh."



Malam harinya, Tante Alni tidak terbangun lagi minta ditemani ke kamar mandi. Tidurnya malah nyenyak. Aku terbangun tepat pukul 01.35 WITA, entah karena niat ingin membuktikan cerita Tante Alni atau karena ingin buang air kecil. Entahlah, yang pasti aku segera ke luar kamar menuju ke belakang.
Kulewati ruang belajar ayah, tampak biasa-biasa saja. Tidak ada kulihat penampakan perempuan berbaju hitam berambut panjang, tidak ada malah. Aku bahkan sempat masuk menengok ruangan itu, tetap tidak terlihat wujud ghoib yang menampakkan dirinya di hadapan Tante Alni.
Aku langsung masuk kamar mandi, membuang hajat sekaligus mengambil wudhu', karena mata sudah hilang kantuk maka aku ingin menunaikan sholat tahajud saja.
Ke luar kamar mandi, kembali kulewati ruang kerja ayah. Situasinya masih kayak tadi, tak ada yang berubah atau berganti posisi. Ya sudahlah, aku ke kamar mengambil mukena dan kembali ke ruang sholat.


Lepas sholat, aku kembali ke kamar. Masuk dalam selimut dan kembali melanjutkan tidur. Malam sampai dini hari ini kunyatakan aman terkendali.
Tak terasa, Tante Alni akhirnya kembali ke kotanya. Namun, sodara kakek dari pihak ayah masih di rumah menginap. Kakek Bedu namanya. Di usianya yang sudah kepala 7 perawakannya masih terlihat kuat dan sehat. Aktifitasnya tiap usai sholat Subuh selalu berjalan dengan kaki telanjang keliling kompleks perumahan kami.
Kejadian yang sama juga menimpanya, tak jauh beda dengan Tante Alni juga. Siang itu kala aku menemaninya duduk di teras, Kakek Bedu pun mengajakku bercerita.
"Vi, apa Tantemu itu sudah pulang?"
"Iya, Kek. Udah beberapa hari, kenapa emangnya, Kek?"
"Semalam aku didatangi seorang perempuan di dalam kamar, Vi. Kukira ia tantemu."
"Ah yang bener, Kek? Tante Alni sudah pulang dua hari yang lalu. Mana mungkin dia masih ada di rumah ini?"
"Iya, Vi. Kakek juga tidak bisa melihat rupa perempuan itu. Dia berbaju hitam dengan rambut yang sangat panjang."
Deggh! Kok ciri-ciri penampakan arwah itu sama seperti yang dikatakan Tante Alni ya?

"Dia gangguin Kakek, ya?"
"Tidak, Vi. Perempuan itu hanya berdiri di ujung kaki Kakek, hanya berdiri seperti patung. Sekejap Kakek membuka mata, dia sudah tak ada."
"Oh ...."
Keesokan paginya Kakek Bedu pun kembali ke kampungnya. Aku yang penasaran memutuskan masuk ke kamar tamu pada dini hari. Namun, tetap hasilnya nihil. Arwah penunggu rumahku hanya menampakkan dirinya pada tamu yang datang mengunjungi kami.
Aku tak tahu apa maksud arwah itu menakut-nakuti mereka, yang pasti setelah Tante Alni dan Kakek Bedu pulang. Rumahku kembali aman. Mereka pun aman untuk selama-lamanya.



TAMAT.
Home👻
Diubah oleh evywahyuni 14-07-2019 22:06
bonita71 dan 8 lainnya memberi reputasi
9
Tutup



