Another Spell
Quote:
She put a spell on me.
“udah?”, tanyanya
Aku hanya mengangguk. Kak Queen menarik tanganku dan kami kembali ke ruang tamu. Kamipun membahas kembali hal ini dan sepertinya
sudah menemui titik temu.
“jadi gimana? Udah jelas?’, tanya kak Queen
Wina melihat ke arahku dan sepertinya dia tau apa yang kurasakan sekarang. Dia duduk di sampingku dan mendekapku erat.
“kalo masih sama. Keputusanku udah bulat, tapi emang gimana Angel kedepannya”, kata Luna
Aku tak bisa konsentrasi dengan obrolan ini, inti dari semuanya adalah Angel tetap maju walaupun sudah ditentang oleh kak Queen dan Wina, sedangkan Luna tetap pada pendiriannya.
“gimana Teo?”, tanya kak Queen
“whatever”, jawabku
“ko kamu jawab gitu yang?”, tanya Luna
“Lun”, kata Wina
“yaudah sekarang udah jelas, mau gimanapun kalo Teo ga mau ga bisa di paksa dan gua rasa sekarang bukan waktu yang pas buat nanya ke Teo soal ini”, kata kak Queen.
“kamu istirahat”, kata Wina sambil menuntunku ke kamarnya.
Masih terdengar obrolan antara kak Queen dan yang lainnya tapi aku sudah tidak bisa mengikuti obrolan mereka lagi. Belum sampai kami masuk ke kamar Wina, dia sudah mendorongku ke tembok, she kiss me so wild. Kami pun masuk ke kamar, aku langsung merebahkan Wina dan memberikan stimulus padanya, begitu juga Wina melakukan hal yang sama. Tak perlu menunggu lama kami sudah melepaskan semua yang kami pakai.
“bentar yang”, kata Wina
Dia mengeluarkan tas kecil dari bawah Kasur yang isinya karet.
“all night long”, godanya
Aku tak perlu menceritakan apa yang kami lakukan. Yang bisa ku ceritakan hanyalah lucunya Wina menahan suaranya agar tidak terlalu lepas sampai-sampai dia menggigit bantal dan mencakar tubuhku.
“ga enak”, kata Wina yang rebahan di sampingku
“ga enaknya?”, tanyanya
“aku ga lepas yang. Bisa gawat kalo jerit-jerit”, katanya
“pake baju yang, kelamaan kita di sini”, kataku
“kamu dikamar aja, istirahat. Aku bawain minum sama cemilan ya”, kata Wina
Akupun memakai bajuku, menghela nafasku dan merebahkan badanku. Sekitar 10 menit Wina datang membawa cemilan dan minum, tak lama kak Queen dan yang lainnya menyusul.
“kamu mau pulang?”, tanyaku ke Luna
Dia menggelengkan kepalanya.
“jangan kemaleman ga enak sama Angel, lagian aku juga belum bilang sama ortu”, kataku sambil ngemil.
“udah plong?”, tanya kak Queen yang membuatku berhenti mengunyah.
Tanpa menjawabnya ku lanjutkan ngemil. Obrolan wanita pun di mulai, diawali membahas soal kesibukan masing-masing sampai hal yang jauh. Awalnya Angel hanya mendengarkan tapi lama kelamaan dia mulai bergabung. Akupun meragangkan tubuhku, setelah itu aku keluar kamar.
“kak, ortu lu ga balik?’, tanyaku
“ga, lagi keluar kota”, katanya
Akupun berjalan kea rah dapur, cemilan tidak membuatku kenyang. Aku tidak terlalu mengacak dapur hanya melihat kulkas, ada susu coklat. Ku ambil gelas dan mulai kutuang susu ke gelas. Rasa dingin dan coklat menjadi kombinasi yang bisa mngurangi lelahku. Kak Queen memelukku dari belakang.
“jadi gimana?”, tanyanya
“ga gimana-gimana”, kataku
“keputusan lu? Emang lu ga mau sama Angel?”, tanyanya
“mau”, kataku
Kak Queen langsung melirikku dengan sinis.
“udah lama ga ngeliat lu kaya gitu. Lu tau gua kak”, kataku
“iya tapi hal ini lu harus ngambil keputusan”, katanya
“gua hampir kehilangan control waktu sama Angel”, kataku
“terus?”, tanyanya
“ga da terus”, kataku
“berani lu cerita ke gua”, kata kak Queen agak mencekik leherku
“ya, gua harus jujur kak. Akhir-akhir ini gua ngerasa mau lebih”, kataku
“lebih apa?”, tanyanya
“lebih sering, lebih bervariasi. Sebenernya besok gua rencananya mau ke sini, I’am at my limit”, kataku
Kak Queen mencium lembut bibirku.
“jam 5”, katanya
Aku melihat ke arah dinding. Tidak ada jam.
“apanya jam 5?”, tanyaku
“tunggu aja”, katanya.
Kak Queen berjalan meninggalkanku. Tidak mengerti apa maksudnya aku melanjutkan minum coklat. Saat ku kembali ke kamar Wina kak Queen sedang bersiap entah mau kemana.
“mau kemana kak?’, tanyaku
“jogging”, katanya
“lah, jam set 4 sore gini”, kataku
Dia tidak menjawabku hanya tersenyum dan diapun pergi. Aku di lantai.
“kalo Wina sama kak Queen ok. Aku ok”, kataku
“ih ko aku”, kata Wina
“kalo kamu sama kak Queen ga setuju apa yang kita bahas sekarang ga perlu di lanjut dan Luna harus terima”, kataku melihat kea rah Luna
“kamunya gimana?”, tanya Wina
“sekarang aku ga mau ngambil keputusan sendiri yang, kalian setuju aku ikut kalian ga setuju aku juga ikut”, kataku
Akupun merebahkan diriku dikasur, karena kelelahan akupun tertidur.
“yang, bangun. Yang”, kata Luna yang menepuk pelan pipiku.
“udah mau pulang?”, tanyaku
“bukan, kamu di panggil kak Queen”, katanya
Dan memang kak Queen memanggilku. Masih agak mengantuk akupun berjalan menghampiri kak Queen.
“lu beneran lari kak?”, tanyaku yang melihatnya berkeringat
Bukannya menjawab ku dia malah menarikku masuk ke kamar mandi. Kali ini kak Queen lebih liar dari Wina. Di bawah guyuran air kami mulai melepaskan pakaian kami. Tanpa pemanasan yang lama, kak Queen sudah memposisikan dirinya membelakangiku. Sama seperi Wina, kak Queen menahan suaranya agar tidak terlalu kencang dengan menggigit tangannya sendiri.
“ngapain lu ngeliatin gua?’, tanya kak Queen
“udah plong?’, tanyaku
“sialan lu dek”, katanya menyandarkan kepalanya di pundakku.
“kak, soal Angel”, kataku
“gua udah tau, Wina sms. Dan abis pemanasan kaya tadi gua jadi khawatir sama lu disana. Lu beda dek, buas”, katanya tersenyum
“macan kali ah”, kataku
Kamipun memutuskan mandi bersama, karena aku tidak membawa baju ganti dan handuk aku menunggu hingga kak Queen membawakan ku handuk dan baju untuk ganti. Hari pun mulai malam dan kami makan makanan yang di beli oleh kak Queen.
“eh malem yang, kita pulang abis makan”, kataku
“ga usah balik, nginep aja. Gua uda ngomong sama ortu lu, Luna juga aman. Kalo Angel ortunya di telpon sama Luna.”, kata kak Queen
“keputusannya gimana yang?”, tanya Wina
“gua ok”, kata kak Queen
“eh ko gitu?”, tanya Wina
“jangan bilang lu ga setuju, kan tadi gua udah bilang”, kata kak Queen
Luna dan Angel terlihat bingung dengan obrolan kak Queen dan Wina.
“seriusan kak?”, tanya Wina
“lu mau dia berkeliaran?”, tanya kak Queen sambil melihat ke arahku.
Aku memandang sinis ke kak Queen.
“ga mau”, kata Wina
“jadi?”, tanya kak Queen
“ok. Asal bisa Menuhin syarat gua”, kata Wina
“gimana Lun?”, tanya kak Queen
Luna hanya mengangguk. Kak Queen melihat kearah Angel. Dia hanya tersenyum.
“lu ngikut kan?”, tanya kak Queen padaku
Aku menghela nafasku setelah itu aku mengangguk. Wina langsung melompat ke arahku dan memelukku. Intinya kami semua menerima kalau Angel menjadi pengganti Luna, walaupun seperti itu tetap saja masih ada perasaan canggung. Malam itu pun kami habiskan dengan nonton. Kak Queen dan Wina izin terlebih dahulu karena mereka sudah mengantuk. Hanya ada kami bertiga sekarang di ruang tv, Luna menyandarkan kepalanya di bahuku sedangkan Angel berada di sofa yang lain. Perlahan aku mendengar suara nafas yang lembut dan ternyata Luna tertidur, perlahan kuturunkan kepala Luna dan merebahkannya di pahaku. Dari sudut mataku, aku bisa melihat Angel yang melihat ke arahku. Sambil merangkul kedua kakinya dia hanya tersenyum, akupun menepuk sofa tempatku duduk dan dia langsung duduk di sampingku. Dia menyandarkan kepalanya padaku, saat dia memegang tanganku secara reflek aku menarik tanganku mencoba melepaskan pegangannya. Ku coba menenangkan diri, kemudian kupegang tangannya.
“Teo”, bisiknya
“apa?”, bisikku
“Teo”, bisiknya lagi
“apa sih?”, bisikku
“nengok kenapa sih”, bisiknya
Saat aku menoleh ke arahnya dia langsung mencium bibirku, tidak hanya itu dia menggigit lembut bibirku. Aku tidak melawannya, membiarkan dia menikmatinya. Dan malam pun semakin larut.