matthysse67Avatar border
TS
matthysse67
Pengemis Asal Cina Beroperasi di Melbourne
Pengemis Asal Cina Beroperasi di Melbourne

Friday, 05 Jul 2019 19:41 WIB

abc news



Sekelompok pengemis asal Cina yang beberapa waktu belakangan beroperasi di pusat Kota Melbourne telah ditetapkan sebagai tersangka. Polisi menuduh mereka sengaja didatangkan untuk memanfaatkan kebaikan hati warga setempat.

Sebanyak tujuh pengemis yang datang ke Australia dengan visa turis kini didakwa melanggar hukum. Dikarenakan mereka mengemis dan memiliki barang-barang dari hasil kejahatan tersebut.

Polisi menggerebek mereka pada Senin dan Selasa pekan ini saat beroperasi di berbagai lokasi di pusat kota. Aturan hukum di negara bagian Victoria melarang orang mengemis atau mengumpulkan sedekah dengan ancaman penjara satu tahun penjara.

John Travaglini dari kepolisian setempat menjelaskan beberapa dari tersangka mengaku tunawisma. Tapi setelah penyelidikan lebih lanjut, petugas menemukan bahwa mereka sebenarnya tinggal bersama di sebuah tempat di pusat kota.

Travaglini membenarkan para tersangka ini datang ke Australia dengan menggunakan visa turis dan beberapa di antaranya mentransfer dolar Australia ke dalam yuan China.Dia menjelaskan, selain perbuatan mengemis sebagai pelanggaran hukum, mengaku sebagai tunawisma pun berpotensi sebagai "penipuan.
Photo: Para pengemis ditersangkakan dengan tuduhan terlibat jaringan profesional dan sengaja didatangkan ke Melbourne untuk mengemis.

(reddit: NewEditionHit)

Travaglini menggambarkan bagaimana para tunawisma "benaran" yang diakuinya memang banyak terdapat di beberapa kota besar Australia saat ini.

"Umumnya mereka ini rentan dan butuh bantuan. Mereka tunawisma benaran. Sedangkan para tersangka sengaja masuk ke negara ini untuk mendapatkan uang dari niat baik warga Melbourne," jelasnya kepada ABC News.

"Kita memang termasuk murah hati, namun kita tidak akan menolerir perilaku semacam itu," tegas Inspektur Travaglini.

Para tersangka juga, katanya, ditawarkan untuk dirujuk ke lembaga sosial yang menangani tunawisma yaitu Salvation Army. Namun hanya satu orang yang menerima tawaran itu.

Penyelidikan kasus ini dilakukan atas kerja sama Kepolisian Victoria dan Australian Border Force (ABF), Kepolisian Australia, Pemkot Melbourne dan Salvation Army. Meski telah menjadi tersangka, kata Inspektur Travaglini, ketujuh orang asal China ini diperbolehkan meninggalkan Australia.

Walikota terkesima

Walikota Melbourne Sally Capp yang dihubungi secara terpisah mengatakan "sangat terkesima" dengan dugaan adanya pengemis China yang didatangkan ke kota ini menggunakan visa turis.

"Saya kira sudah jelas sekarang, mereka ini bagian dari sistem terorganisir, tapi banyak dari mereka ini memang sangat rentan dan ditarik masuk ke dalam situasi ini," katanya.

"Kita menghadapi kompleksitas dari kerentanan mereka ini tapi perlu bertindak keras dan tepat untuk mengatasinya," jelas Walikota Sally Capp.

Dia berharap tindakan polisi bisa menyebarkan kesadaran mengenai ilegalitas mengemis dan mencegah warga untuk memberikan uang kepada pengemis. Walikota mengaku selama ini agak sulit menyadarkan warga untuk berhenti memberi uang kepada para pengemis.

Dia menyarankan warga yang perduli untuk membantu tunawisma mendapatkan layanan lembaga sosial yang ada. Sebuah studi tahun 2015 dari badan amal Salvation Army menemukan segelintir pengemis profesional bisa mendapatkan penghasilan hingga 400 dolar sehari (Rp 4 juta).

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.

https://m.republika.co.id/amp_version/pu5jvf


emoticon-Wakaka emoticon-Wakaka emoticon-Wakaka
pemburu.kobokan
sav.grezza
bayukuya1988
bayukuya1988 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
2.3K
25
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670KThread40.3KAnggota
Tampilkan semua post
masmomonAvatar border
masmomon
#1
hmmmmmm...
berani kesini pasti dah digedig ama pengemis disini itu
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.