Kaskus

Story

neopoAvatar border
TS
neopo
Riding to Jannah


Don't choose the one who is beautiful to the world. But rather, choose the one who makes your world beautiful. Keep her close to Allah. Keep him close to Allah. Together for Jannah. I want love that will say: "Not even death will do us part, because we'll be reunited in jannah, insyaallah”

Welcome to my thread. Dimana disini kalian diperbolehkan untuk mengkritik, memberi saran, share, dan memposting komentar yang sekiranya bermanfaat baik bagi penulis ataupun pembaca. Fiksi atau non fiksi, semoga bukan menjadi masalah bagi pembaca. Karena penulis harap bisa memberikan banyak manfaat kepada orang-orang melalui tulisan yang tidak seberapa ini. Terima kasih.


Tokoh :
  • Ardian - Aku, pria dengan tinggi 176cm yang hobinya main motor
  • Azril Riswan - Sahabat sejak kuliah, beda jurusan tapi masih satu fakultas
  • Elriko - Kenalan saat pertama kali touring, so cool but nice guy
  • Dina Resti - Bagiku dia perfect, tetapi sedikit cerewet
  • Alyssa Erica - Gadis cerdas dan sangat mempedulikan lingkungannya
  • Rofila Afifah - Kakakku yang cantik, cerewet tapi selalu bisa jaga adik-adiknya
  • Nuri Freska - Adikku yang sangat manja, segalanya harus dituruti, tapi ia juga penurut
  • Raden Dimas - Sometime good guy, sometimes bad guy (dalam arti sifat, bukan tindakan menyimpang)



Diubah oleh neopo 16-09-2022 12:17
junti27Avatar border
sukhhoiAvatar border
JabLai cOYAvatar border
JabLai cOY dan 27 lainnya memberi reputasi
28
42.7K
308
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
neopoAvatar border
TS
neopo
#153
Part 25 - Pulang by Alyssa
Hari ini merupakan hari keberangkatanku ke Bali. Namun sebelum berangkat aku menghabiskan waktu seharian bersama Ardi. Sungguh ia selalu punya cara untuk membuatku bahagia. Meski terkadang nyebelin, tetapi dia selalu bisa membuatku tersenyum kembali. Di terminal Husein Sastranegara Bandung ia menemaniku hingga keberangkatanku.
Aku: Ardi, kok kamu nangis?
Ardi: Gatau Lis, berat banget lepasin kamu pergi
Aku: Aku ga lama kok sayang. Aku akan segera pulang
Ardi: Kamu jaga diri disana
Aku: Pasti Di. Dan aku akan memenuhi janjiku untuk kembali dan terus bersama kamu
Ardi: Aku akan menunggumu kembali
Aku: Aku janji, aku ga akan lama *katanya sambil mengusap pipiku
Ardi: Kamu hati-hati. Kabari begitu sampai
Aku: Pasti. Aku berangkat ya.

Aku mendapat kursi didekat jendela. Aku bisa melihat Ardi yang berjalan masuk kedalam. Seketika pesawat melakukan backtrack kemudian bersiap untuk lepas landas. Aku mendapat tempat duduk dijendela sebelah kanan. Disana, diujung runway 11 aku dapat melihat Ardi menatap kearah pesawat ini. Selama perjalanan aku tertidur, hingga hal itu terjadi. Beberapa hari kemudian aku pulang kerumah orang tuaku. Mereka terlihat begitu khawatir padaku. Mereka khawatir kejadian serupa akan terjadi lagi. Akupun mencoba berkomunikasi dengan mereka.
Aku: Ibu kenapa
Ibu: Ibu cuma khawatir
Aku: Aku akan baik-baik saja bu
Ibu: Ibu bener-bener takut
Aku: Bu, jika memang belum saatnya, insyaAllah ga akan terjadi apa-apa.
Ayah: Nak, kamu tahu sendiri gimana khawatirnya kami
Aku: Doakan Lisa selalu ya.
Ayah: Nak, sebelum kepulangan kamu ke Bandung, ayah sudah minta tolong seseorang untuk jaga kamu
Aku: Apa maksudnya ayah?
Ayah: Ayah meminta tolong mas David buat jaga kamu. Kebetulan dia juga sedang ada tugas di Bandung. Dia adalah anak temen bisnis ayah
Aku: Tidak perlu ayah. Aku juga tak ingin ada salah paham dengan Ardi
Ayah: Ya tinggal kamu jelaskan aja ke dia. Siapa itu David
Aku: Tidak ayah..
Ayah: Demi ayah sama ibu

Aku berfikir sejenak. Mungkin tak apa dan saat udah di Bandungpun kami akan menjalani hidup kami masing-masing. Aku akan kembali pada Ardi dan meminta maaf padanya karena tidak bisa mengabari. Saat kejadian itu handphoneku rusak, semua kontak terhapus dan aku tak mengingat nomor siapapun kecuali keluargaku.
Aku: Baiklah, demi kalian. Tapi aku tak mau ada salah paham.
Ayah: Iya, ayah mengerti. Kalau memang nanti Ardi marah, biar ayah yang jelaskan ke dia
Aku: Baik ayah

Hari berlalu, aku menjalani hidup dengan sedikit perbedaan. Ada rasa takut ketika aku melakukan perjalanan pulang ke Bandung. Namun aku tahu bahwa semua transportasi memiliki resiko yang sama. Setibanya aku di Bandung bersama mas David, aku langsung meminta pengertiannya untuk meninggalkan aku sendiri. Awalnya ia menolak, tetapi pada akhirnya ia mengerti dengan keputusanku. Sebelum pulang, aku memutuskan untuk pergi ke rumah Ardi. Sudah dua minggu aku tak mengabarinya, aku sangat merindukannya. Sangat. Yang ingin kulakukan sekarang hanyalah meminta maaf padanya. Hatiku senang karena dapat kembali bertemu dengan Ardi.

Setibanya aku dirumah Ardi, belum aku masuk, aku melihat dari kejauhan ada dua orang wanita yang baru saja masuk kerumahnya. Siapa itu? Aku tidak tahu. Apakah Ardi berpaling? Ah, aku rasa tak mungkin. Tetapi siapa mereka? Kulihat mereka begitu disambut. Apakah aku harus melanjutkan perjalananku? Aku harus meneruskan niatku? Aku rasa tidak. Lebih baik, aku pulang sekarang. Aku tak ingin mengganggu. Mungkin Ardi marah padaku, kecewa karena aku tak mengabarinya. Kenapa aku merasa seperti ini? Apa aku mulai meragukan kesetiaan Ardi? Tidak mungkin Ardi seperti itu.

Setibanya aku dirumah, aku terperanjak karena ada mas David yang menungguku didepan rumah. Akupun menghampirinya
Aku: Lo ngapain disini?
David: Ayahmu bilang untuk memastikan kamu dirumah
Aku: Oh, bilang aja gue sudah dirumah. Lo bisa pergi. Maaf bukan maksud mengusir, tapi gue pengen sendiri
David: Iya gapapa. Kalau gitu saya pamit dulu.
Aku: . . . . . *hanya mengangguk

Aku masuk kedalam rumahku dengan perasaan yang tak menentu. Memikirkan kejadian tadi pagi dimana kulihat seseorang yang mendatangi rumah Ardi. Meskipun, mjngkin saja itu teman Nuri atau kak Afifah. Tapi aku merasa tak enak untuk datang kesana. Setelah memberrskan barang, aku ke kamarku dan duduk didepan meja cermin. Kuluhat bayangan diriku dicermin itu. Tak banyak fisik ynag berubah dariku semenjak kejadian itu. Rambutku kini pendek sampai sepundak. Aku sengaja memotongnya. Hari ini aku benar-benar tak tahu harus apa.

Malam hari aku berniat pergi keluar untuk makan malam. Namun saat aku tengah bersiap dan membuka pintu rumah, ada seseorang berdiri didepan rumahku. Dia adalah mas David.
David: Kamu mau pergi kemana?
Aku: Cari makan
David: Ga perlu. Aku sudah bawa untuk kamu
Aku: Bawa saja lagi
David: Jangan begitu. Ambillah. Kalau kamu tak mau, simpan saja untuk besok.
Aku: Baiklah, gue ambil. Maaf merepotkan
David: Boleh aku menemanimu?

Merasa suntuk sendirian, aku akan tetap pergi keluar untuk sekedar cari angin saja. Dan aku mengiyakan tawaran David untuk menemaniku. Mas David orangnya ramah. Postur tubuhnya sama seperti Ardi. Ia bekerja di sebuah perusahaan dan seperti yang ayah bilang kalau ia sedang ditugaskan di Bandung. Meski aku sedikit jutek padanya, tetapi ia tetap bersikap baik padaku dan bisa memahami serta mengerti setiap keputusan yang aku buat. Aku pergi ke taman dekat rumahku. Disinilah aku menghabiskan waktu bersama Ardi sebelum aku berangkat. Mas David menepuk pundakku.
David: Ada apa? Kamu terfikirkan sesuatu?
Aku: Tentang dia
David: Sudah kamu temui?
Aku: Belum
David: Kenapa?
Aku: Aku belum siap
David: Sudahkah kamu mengabarinya?

Aku hanya menjawab dengan gelengan kepala saja.
David: Temui dia
Aku: Bagaimana jika dia marah?
David: Ada dua kemungkinan jika dia marah. Pertama, karena kamu tak menemuinya, kedua karena kamu tak memberi kabar padanya. Tetapi dibalik itu, ia marah karena ia merasa rindu.
Aku: Aku harua bagaimana?
David: Temui saja dia. Aku yakin dia laki-laki baik, dan ia takkan marah jika kamu jelaskan yang sebenarnya. Dia pasti khawatir tentangmu
Aku: Terima kasih banyak mas.

Aku dan mas David memutuskan untuk pulang. Mas David mengantarku sampai rumah. Tak lupa kuucapkan terimakasih padanya. Dan ia mengajakku untuk olahraga pagi di hari minggu nanti. Aku mengiyakan ajakannya, semata-mata sebagai ucapan terima kasihku padanya dan tak ada maksud lain. Lagipula aku masih memiliki Ardi. Tapi, apakah Ardi akan menerima kondisiku sekarang? Aku ingin sekali menghubunginya. Kenapa tak lewat facebook atau semacamnya? Aku tahu Ardi bukanlah orang yang begitu aktif di sosial media. Meski seharusnya aku coba saja.

Hari minggu, seperti yang sudah direncanakan kalau mas David akan mengajakku untuk olahraga pagi. Ia mendatangi rumahku dan duduk didepan rumah. Akupun menghampirinya dan kami berangkat ke sebuah tempat yang biasa dijadikan tempat untuk olahraga. Aku tak banyak komunikasi dengan David. Hanya saja ia begitu semangat olahraga hari ini. Sampai pada akhirnya aku dan David beristirahat disebuah kursi. David memintaku untuk menunggu sementara ia membeli minum. Aku mengiyakan ucapannya. Tiba-tiba aku terfikirkan Ardi. Bagaimana jika ia tahu kalau aku sedang bersama orang lain? Mungkin ia akan tambah marah karena seharusnya aku menjaga diriku. Meski David temanku, seharusnya aku tahu mengenai batasannya. Aku benar-benar merindukan Ardi. Sedang apa dia sekarang? Tak lama David datang dan memberiku minum. Kemudian ia mengajakku untuk sarapan. Aku berdiri dan mengikutinya. Aku tetap tertunduk melamun sambil berjalan handphoneku. Sampai David berhenti sejenak dan menyapa seorang lelaki. Aku terperanjak ketika lelaki yang ia sapa adalah orang yang selama ini aku rindukan. Ardi. Ia melihatku dengan sedikit tatapan yang membingungkan.

Aku mencoba untuk menahan airmataku. Begitu bahagianya aku masih dapat melihat Ardi. Aku tak berkutik dan malah terus mengikuti gerakan David. Aku berhenti sejenak. Airmataku mulai menetes di pipi. David bertanya ada apa denganku, tapi aku tak menjawabnya. Aku hanya berbalik membawa botol minumku. Aku benar-benar berdiri dibelakangnya dan aku memberikan botol minumku padanya. Ia sedikit kaget, dan berbalik menatapku. Menatap mataku.
Ardi: . . . . . . .
Aku: Ardi *aku memanggilnya tanpa bersuara
Ardi: . . . . . . . *ia berkata sesuatu, tapi aku tak tahu apa seraya ia memgang pipiku

Ardi terus saja menatapku. Ia mengusap airmataku. Kemudian aku benar-benar memeluknya. Seketika ia melepas pelukanku, kulihat David menghampiri kami berdua. Aku lihat Ardi bertanya-tanya pada David. Kemudian Ardi merangkulku berjalan pulang.
Diubah oleh neopo 27-06-2019 12:46
dewinaraza
senvi.nurc
nasihiber
nasihiber dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.