- Beranda
- Stories from the Heart
Suara tak bersua [True Story Indigo Bontot]
...
TS
ributbinribet
Suara tak bersua [True Story Indigo Bontot]
![Suara tak bersua [True Story Indigo Bontot]](https://s.kaskus.id/images/2019/06/06/10354666_201906060853090075.jpg)
Quote:
Note : untuk part indigo ditunggu aja gan, karena ceritanya ane buat seyambung mungkin biar gk lompat lompat.
"Sedikit info, semua nama tokoh ane samarkan ya gan. Kemudian untuk TKP mungkin ada beberapa yang ane tulis tapi ada juga yang enggak. Jadi mohon maaf kalo ada kesamaan. Niat ane hanya ingin berbagi cerita tak ada maksud lain". Cekidot gan......
Spoiler for Intro Season 1:
Oh iya, karena ini thread pertama ane, ane terbuka kalau ada agan-agan yang mau kasih saran untuk penulisan yang baik dan benar...

INDEX Season 1
Spoiler for Season 1:
Diubah oleh ributbinribet 14-02-2020 13:57
sampeuk dan 30 lainnya memberi reputasi
31
14.4K
78
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ributbinribet
#36
Part 15 : Rencana Tuhan
Pada saat ane naik kelas 3, kakak kedua ane (sebut saja kak Irfan) balik ke rumah setelah beberapa tahun di Jakarta. Sebelumnya, kak Irfan setelah lulus SMA ingin bekerja di Jakarta. Kebetulan di Jakarta ada beberapa sodara, salah satunya Budhe dari bapak ane. Tapi keinginannya untuk bekerja sepertinya kurang disetujui tapi entah ane kurang begitu paham saat itu karena masih kecil. Tapi setelah ke Jakarta kak Irfan melanjutkan kuliah di Universitas B*I (kalo tidak salah, ini merupakan kampus swasta di bidang komputer).
Tapi setelah tahun pertama, kak Irfan putus kuliah di tengah jalan. Setau ane di keluarga ada cerita kalo dia gk kuat kuliah di sana karena di kejar-kejar seorang cewek (seriusan!!!!).
Dari perawakannya, kak Irfan memang ganteng dengan badan agak kurus. Ketika dia pernah jemput ane sewaktu pulang sekolah dari SMP, temen-temen cewek ane nyebutnya dia mirip dengan Dimas Beck kala itu. hahaha.......
Kembali ke kuliah kak Irfan. Ane juga pernah denger langsung dia ngomong begitu ke salah satu sodara ane. Apakah cerita ini benar atau enggak ane gk tau sama sekali. Tapi setelah dia berhenti kuliah, dia kerja sebagai penjaga wartel selama beberapa tahun. Yah disaat itu masih banyak wartel-wartel terutama di kota besar.
Salah satu sifat baik kak Irfan adalah dia yang perhatian dengan ibu terutama masalah keuangan. Ane inget biasanya dia ngirim uang ke ibu. PS yang ane punya itu juga dibeliin kak Irfan dari hasil jaga wartel.
Kemudian di tahun 2006 (pas ane baru masuk kelas 3), kak Irfan balik ke rumah karena ada masalah di wartel dan juga saat itu wartel mulai sepi dan ditinggalkan karena mulai banyak adanya Telpon Genggam (belum smartphone). Entah kebetulan atau engga, saat tahun itu juga ayah ane juga pulang. Tapi kali ini dia bawa mobil carry pick up. Katanya saat itu dia mau usaha jualan buah-buahan, diambil dari kebun kemudian dijual langsung ke kota-kota besar.
Oh iya sebelumnya ane mau cerita dulu tentang suatu model usaha pedagang buah ini. Jadi salah satu model orang berjualan buah adalah kulakan buah ke produsen/kebun di suatu kota kecil dengan mobil pickup, kemudian membawanya langsung ke kota-kota besar untuk dijual di pinggir jalan. Biasanya agan dengan mudah menemukan mobil pickup yang berdagang buah di pinggir jalan ketika musim buah tertentu seperti duku palembang, jeruk, mangga, anggur dan sebagainya. Oleh karena itu biasanya jenis buah yang dijual hanya ada beberapa macam saja. Kira-kira ilustrasinya seperti ini
Kembali ke ayah ane. Tanpa ada kabar sebelumnya, ayah ane pulang dengan membawa mobil pickup. Karena saat itu kak Irfan pulang dan belum memiliki pekerjaan, dia diajak oleh ayah ane untuk berjualan buah seperti model di atas. Seinget ane saat itu mereka jualan buah rambutan.
Tapi setelah beberapa hari berdagang di sekitaran karsidenan Pati, dagangan gk begitu laku. Mereka cuman berdagang selama seminggu. Bahkan setelah seminggu itu masih ada beberapa rambutan yang ada di bak pick up tersebut karena gk begitu laku.
Dan anehnya, setelah itu ayah ane pergi lagi entah kemana dengan mobil pick upnya..
--------
Setelah ikut bantu jualan buah, kak Irfan ditawari kuliah lagi oleh ibu. Karena mengingat anak pertama dan ketiga sudah kuliah, ibu merasa gk adil jika anak keduanya gk kuliah. Sempet gk mau, tapi setelah dibujuk akhirnya kak Irfan mau kuliah lagi. Kampus yang ditujunya sama yaitu Universitas M*ria K*d*s dengan jurusan Komputer. Kampus itu sama dengan kampus kak Mila yang sudah masuk ditahun sebelumnya dengan jurusan Akuntansi. Jadi saat itu, kak Irfan justru jadi adik kelas kak Mila karena masuknya telat 1 tahun dari kak Mila.
Memilih SMA
Setelah hasil UN SMP keluar dan dinyatakan lulus, ane pengen lanjut ke salah satu SMA negeri di kota ane. Sebenarnya ane tertarik juga masuk ke SMA favorit ke-1 tapi, dilarang oleh kak Mila. Memang sebelumnya kak Mila merupakan alumni SMA ke-1 ini. Sebagai alumni di sekolah itu dia tau banyak hal yang bersifat negatif dari SMA ke-1 ini. (Bagi agan-agan yang tahu, ane mohon dengan sangat untuk tidak menyebutkan nama sekolah ini ya)
Menurutnya untuk masuk ke SMA ke-1 ini banyak jenis persaingannya. Bentuk persaingannya bukan hanya nilai UN yang tinggi, tapi juga persaingan dengan anak-anak konglomerat yang ingin masuk ke SMA favorit pertama ini. Mungkin di sekolah favorit di kota-kota lain juga sama dengan ini yaitu salah satu tiket termudah dan pasti untuk dapat masuk ke SMA favorit ini adalah dengan memberikan sumbangan lebih ke sekolah tersebut.
Mungkin hal itu wajar saat itu. Tapi ada alasan kedua tentang sekolah ini yang sedikit aneh, yaitu berhubungan dengan nilai. Sebagai sekolah favorit, pastinya terkenal dengan murid-muridnya yang pandai dengan nilai tinggi. Nah ada desas-desus bahwa murid-murid SMA di sekolah ini jika ingin mendapatkan nilai tinggi/sempurna maka harus mengikuti les privat dengan guru yang bersangkutan. Sepintar apapun kita jika tidak ikut les privat, maka sangat sulit untuk mendapatkan nilai tinggi. Menurut kak Mila hal ini benar terjadi meskipun tidak semua guru, hanya beberapa oknum guru saja.
Dengan alasan-alasan tersebut, akhirnya ane memutuskan untuk mendaftar si SMA Negeri sebut saja SMA 1 B*e. Kalo agan-agan seumuran, pasti tahu dengan lokasi SMA ini. Lokasinya agak jauh dari kota dan pada saat itu juga gk ada kabar negatif dari SMA ini. Alasan lain kenapa ane milih SMA ini juga karena lokasainya terjangkau dari rumah ane, karena hanya cukup naik 1 kali angkot saja. Berbekal alasan tersebut ane sudah beberapa kali ke SMA 1 B*e untuk cari syarat-syarat pendaftarannya.
Tapi semua rencana ane harus pupus......
Ane masih inget banget waktu itu malem minggu. Ada saudara ane berkunjung ke rumah, dia adalah tante Retno. Sedikit informasi tentang tante Retno, dia adalah sepupu ayah ane. Sebelumnya tante Retno memang sering main ke rumah untuk jahit baju seragam dan beberapa kebaya. Tapi kali ini ternyata tante punya maksud lain.
Tante Retno ini merupakan guru PNS di salah satu Sma swasta di kota ane, sebut saja SMA M (bagi agan-agan yang tahu bisa disimpan saja). SMA M ini adalah sma swasta yang merupakan salah satu yayasan dari suatu Organisasi Islam. Dulunya SMA M terkenal sebagai SMA favorit yang terkenal dan mungkin setara dengan SMA favorit ke-1. Akan tetapi pamornya mulai berkurang di beberapa tahun terakhir karena tersaingi oleh beberapa Sma negeri yang semakin berkembang juga. Oleh karena itu jumlah muridnya tidak terlalu banyak seperti dulu kala.
Untuk menarik beberapa calon siswa, terdapat beberapa program beasiswa seperti beasiswa olahraga dan beasiswa akademik. Jadi calon murid yang pernah juara olahraga atau ikut olimpiade akan diberi beasiswa jika mau mendaftar ke Sma ini.
Ibu : "Dek kesini sebentar ada tante Retno ini."
Ane : "Iya bu." (ke ruang keluarga dan menyalami tante Retno)
Ibu : "Dek rencana mau daftar ke SMA mana?"
Ane : "Pengen ke SMA 1 B*e buk. Soale kan tinggal naik angkot sekali sampe kesana, gk perlu dianter atau naik sepeda."
Ibu : "Kalo ke SMA M mau gk?"
Ane : "Tapi aku pengen sekolah di negeri buk, kan lebih murah tho?"
Ibu : "Iya lebih murah di negeri sebenernya, tapi ini tante Retno nawarin kalo kamu mau di SMA M nanti disana digratisin spp-nya."
Ane : ----- diam sejenak
Dari percakapan itu sendiri sebenernya ane mau nolak. Saat ane lulus SMP, pamor SMA M saat itu kurang begitu bagik. Di tahun-tahun sebelumnya SMA M dan SMK M sering tawuran, padahal kedua sekolah itu sama-sama dari satu yayasan yang sama. Bahkan ada desas-desus juga kalo SMA M itu adalah tempat "buangan" bagi calon siswa yang sudah tidak berhasil masuk SMA Negeri. Tapi mau gimana argumen ibu saat itu adalah masalah biaya. Melihat kondisi ekonomi dirumah saat itu ane gk punya banyak pilihan.
Ibu : "Mau ya dek, nanti duit spp nya bisa ditabung buat kamu." (ibu ane coba merayu kalo nanti duit spp bisa tetep ane pake)
Ane : "Iya bu, adek mau masuk ke SMA M."
Ibu : "Alhamdulillah"
Tante : "Ya udah besok senin kamu ke SMA M ya, bawa foto, fotocopy Ijazah dan raport. Nanti ketemu sama tante, biar masalah pendaftaran tante yang tangani. Jadi kamu bisa liburan di rumah aja gk perlu repot lagi."
Ane : "Iya tante, besok senen tak ke SMA M bawa berkas pendaftarannya."
Karena tante Retno merupakan salah satu guru senior di sana, dia punya kewenangan untuk memberi beasiswa kepada murid yang didaftarkannya. Selain itu ane merupakan lulusan dari salah satu SMP Favorit. Meskipun ane gk punya prestasi, tante berani memberikan beasiswa gratis itu karena nilai UN ane yang termasuk tinggi.
Tapi setelah tahun pertama, kak Irfan putus kuliah di tengah jalan. Setau ane di keluarga ada cerita kalo dia gk kuat kuliah di sana karena di kejar-kejar seorang cewek (seriusan!!!!).
Dari perawakannya, kak Irfan memang ganteng dengan badan agak kurus. Ketika dia pernah jemput ane sewaktu pulang sekolah dari SMP, temen-temen cewek ane nyebutnya dia mirip dengan Dimas Beck kala itu. hahaha.......
Kembali ke kuliah kak Irfan. Ane juga pernah denger langsung dia ngomong begitu ke salah satu sodara ane. Apakah cerita ini benar atau enggak ane gk tau sama sekali. Tapi setelah dia berhenti kuliah, dia kerja sebagai penjaga wartel selama beberapa tahun. Yah disaat itu masih banyak wartel-wartel terutama di kota besar.
Salah satu sifat baik kak Irfan adalah dia yang perhatian dengan ibu terutama masalah keuangan. Ane inget biasanya dia ngirim uang ke ibu. PS yang ane punya itu juga dibeliin kak Irfan dari hasil jaga wartel.
Kemudian di tahun 2006 (pas ane baru masuk kelas 3), kak Irfan balik ke rumah karena ada masalah di wartel dan juga saat itu wartel mulai sepi dan ditinggalkan karena mulai banyak adanya Telpon Genggam (belum smartphone). Entah kebetulan atau engga, saat tahun itu juga ayah ane juga pulang. Tapi kali ini dia bawa mobil carry pick up. Katanya saat itu dia mau usaha jualan buah-buahan, diambil dari kebun kemudian dijual langsung ke kota-kota besar.
Oh iya sebelumnya ane mau cerita dulu tentang suatu model usaha pedagang buah ini. Jadi salah satu model orang berjualan buah adalah kulakan buah ke produsen/kebun di suatu kota kecil dengan mobil pickup, kemudian membawanya langsung ke kota-kota besar untuk dijual di pinggir jalan. Biasanya agan dengan mudah menemukan mobil pickup yang berdagang buah di pinggir jalan ketika musim buah tertentu seperti duku palembang, jeruk, mangga, anggur dan sebagainya. Oleh karena itu biasanya jenis buah yang dijual hanya ada beberapa macam saja. Kira-kira ilustrasinya seperti ini
Spoiler for Mulustrasi Pedagang Buah:
Kembali ke ayah ane. Tanpa ada kabar sebelumnya, ayah ane pulang dengan membawa mobil pickup. Karena saat itu kak Irfan pulang dan belum memiliki pekerjaan, dia diajak oleh ayah ane untuk berjualan buah seperti model di atas. Seinget ane saat itu mereka jualan buah rambutan.
Tapi setelah beberapa hari berdagang di sekitaran karsidenan Pati, dagangan gk begitu laku. Mereka cuman berdagang selama seminggu. Bahkan setelah seminggu itu masih ada beberapa rambutan yang ada di bak pick up tersebut karena gk begitu laku.
Dan anehnya, setelah itu ayah ane pergi lagi entah kemana dengan mobil pick upnya..
--------
Setelah ikut bantu jualan buah, kak Irfan ditawari kuliah lagi oleh ibu. Karena mengingat anak pertama dan ketiga sudah kuliah, ibu merasa gk adil jika anak keduanya gk kuliah. Sempet gk mau, tapi setelah dibujuk akhirnya kak Irfan mau kuliah lagi. Kampus yang ditujunya sama yaitu Universitas M*ria K*d*s dengan jurusan Komputer. Kampus itu sama dengan kampus kak Mila yang sudah masuk ditahun sebelumnya dengan jurusan Akuntansi. Jadi saat itu, kak Irfan justru jadi adik kelas kak Mila karena masuknya telat 1 tahun dari kak Mila.
Memilih SMA
Setelah hasil UN SMP keluar dan dinyatakan lulus, ane pengen lanjut ke salah satu SMA negeri di kota ane. Sebenarnya ane tertarik juga masuk ke SMA favorit ke-1 tapi, dilarang oleh kak Mila. Memang sebelumnya kak Mila merupakan alumni SMA ke-1 ini. Sebagai alumni di sekolah itu dia tau banyak hal yang bersifat negatif dari SMA ke-1 ini. (Bagi agan-agan yang tahu, ane mohon dengan sangat untuk tidak menyebutkan nama sekolah ini ya)
Menurutnya untuk masuk ke SMA ke-1 ini banyak jenis persaingannya. Bentuk persaingannya bukan hanya nilai UN yang tinggi, tapi juga persaingan dengan anak-anak konglomerat yang ingin masuk ke SMA favorit pertama ini. Mungkin di sekolah favorit di kota-kota lain juga sama dengan ini yaitu salah satu tiket termudah dan pasti untuk dapat masuk ke SMA favorit ini adalah dengan memberikan sumbangan lebih ke sekolah tersebut.
Mungkin hal itu wajar saat itu. Tapi ada alasan kedua tentang sekolah ini yang sedikit aneh, yaitu berhubungan dengan nilai. Sebagai sekolah favorit, pastinya terkenal dengan murid-muridnya yang pandai dengan nilai tinggi. Nah ada desas-desus bahwa murid-murid SMA di sekolah ini jika ingin mendapatkan nilai tinggi/sempurna maka harus mengikuti les privat dengan guru yang bersangkutan. Sepintar apapun kita jika tidak ikut les privat, maka sangat sulit untuk mendapatkan nilai tinggi. Menurut kak Mila hal ini benar terjadi meskipun tidak semua guru, hanya beberapa oknum guru saja.
Dengan alasan-alasan tersebut, akhirnya ane memutuskan untuk mendaftar si SMA Negeri sebut saja SMA 1 B*e. Kalo agan-agan seumuran, pasti tahu dengan lokasi SMA ini. Lokasinya agak jauh dari kota dan pada saat itu juga gk ada kabar negatif dari SMA ini. Alasan lain kenapa ane milih SMA ini juga karena lokasainya terjangkau dari rumah ane, karena hanya cukup naik 1 kali angkot saja. Berbekal alasan tersebut ane sudah beberapa kali ke SMA 1 B*e untuk cari syarat-syarat pendaftarannya.
Tapi semua rencana ane harus pupus......
Ane masih inget banget waktu itu malem minggu. Ada saudara ane berkunjung ke rumah, dia adalah tante Retno. Sedikit informasi tentang tante Retno, dia adalah sepupu ayah ane. Sebelumnya tante Retno memang sering main ke rumah untuk jahit baju seragam dan beberapa kebaya. Tapi kali ini ternyata tante punya maksud lain.
Tante Retno ini merupakan guru PNS di salah satu Sma swasta di kota ane, sebut saja SMA M (bagi agan-agan yang tahu bisa disimpan saja). SMA M ini adalah sma swasta yang merupakan salah satu yayasan dari suatu Organisasi Islam. Dulunya SMA M terkenal sebagai SMA favorit yang terkenal dan mungkin setara dengan SMA favorit ke-1. Akan tetapi pamornya mulai berkurang di beberapa tahun terakhir karena tersaingi oleh beberapa Sma negeri yang semakin berkembang juga. Oleh karena itu jumlah muridnya tidak terlalu banyak seperti dulu kala.
Untuk menarik beberapa calon siswa, terdapat beberapa program beasiswa seperti beasiswa olahraga dan beasiswa akademik. Jadi calon murid yang pernah juara olahraga atau ikut olimpiade akan diberi beasiswa jika mau mendaftar ke Sma ini.
Ibu : "Dek kesini sebentar ada tante Retno ini."
Ane : "Iya bu." (ke ruang keluarga dan menyalami tante Retno)
Ibu : "Dek rencana mau daftar ke SMA mana?"
Ane : "Pengen ke SMA 1 B*e buk. Soale kan tinggal naik angkot sekali sampe kesana, gk perlu dianter atau naik sepeda."
Ibu : "Kalo ke SMA M mau gk?"
Ane : "Tapi aku pengen sekolah di negeri buk, kan lebih murah tho?"
Ibu : "Iya lebih murah di negeri sebenernya, tapi ini tante Retno nawarin kalo kamu mau di SMA M nanti disana digratisin spp-nya."
Ane : ----- diam sejenak
Dari percakapan itu sendiri sebenernya ane mau nolak. Saat ane lulus SMP, pamor SMA M saat itu kurang begitu bagik. Di tahun-tahun sebelumnya SMA M dan SMK M sering tawuran, padahal kedua sekolah itu sama-sama dari satu yayasan yang sama. Bahkan ada desas-desus juga kalo SMA M itu adalah tempat "buangan" bagi calon siswa yang sudah tidak berhasil masuk SMA Negeri. Tapi mau gimana argumen ibu saat itu adalah masalah biaya. Melihat kondisi ekonomi dirumah saat itu ane gk punya banyak pilihan.
Ibu : "Mau ya dek, nanti duit spp nya bisa ditabung buat kamu." (ibu ane coba merayu kalo nanti duit spp bisa tetep ane pake)
Ane : "Iya bu, adek mau masuk ke SMA M."
Ibu : "Alhamdulillah"
Tante : "Ya udah besok senin kamu ke SMA M ya, bawa foto, fotocopy Ijazah dan raport. Nanti ketemu sama tante, biar masalah pendaftaran tante yang tangani. Jadi kamu bisa liburan di rumah aja gk perlu repot lagi."
Ane : "Iya tante, besok senen tak ke SMA M bawa berkas pendaftarannya."
Karena tante Retno merupakan salah satu guru senior di sana, dia punya kewenangan untuk memberi beasiswa kepada murid yang didaftarkannya. Selain itu ane merupakan lulusan dari salah satu SMP Favorit. Meskipun ane gk punya prestasi, tante berani memberikan beasiswa gratis itu karena nilai UN ane yang termasuk tinggi.
sampeuk dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Setelah sekian lama jadi silent reader, ane mau berbagi cerita tentang pengalaman ane jadi anak terakhir. Crita ini ane tulis karena keresahan ane yang selalu dianggap sebagai anak yang selalu diistimewakan hanya karena ane anak terakhir. Ane mau berbagi juga cerita ane, karena ane banyak dapet motivasi dari beberapa cerita di sini.
Nantinya ane mau tulis semua penggalan pengalaman hidup ane yang masih inget. Salah satunya adalah rahasia kelam keluarga ane yang ternyata hanya ane yang gk tau. Baru setelah ane menikah, ane baru tahu bahwa ada yang salah dengan keluarga ane selama ini. Selamat membaca buat agan-agan, semoga cerita ini nantinya bisa bermanfaat.