- Beranda
- Stories from the Heart
Balada Kisah Remaja Genit (Jurnal Komedi)
...
TS
tabernacle69
Balada Kisah Remaja Genit (Jurnal Komedi)
Quote:

Jurnal ini dapat membuat orang yang membacanya merasa BOSAN, tidak tertarik lebih lanjut dan kehilangan SELERA untuk membacanya, mereka akan merasa bahwa membaca jurnal serta kisah ini hanyalah membuang buang waktu mereka saja. Membencinya, mengkritiknya, membuangnya, dan melupakannya.
Tetapi bagi mereka yang bertahan, berjiwa santai dan pandai mencicil dalam membacanya.
Sebuah keajaiban akan terjadi.
Dan mereka akan mengingatnya.
..... Jurnal yang bakal saya bagikan ini mostly atau kebanyakan, bakalan bercerita tentang gimana cara untuk survive / bertahan di lingkungan sekolahan yang ekstrim dan berantakan, berandalan, dengan siswa cewek dan cowok yang nakal-nakal banget didalamnya, serta yang kebanyakan senang dan hobi banget mojok plus mesum di kantin belakang sekolah. Hehehe.
Dan nakal disini tuh sebutlah, pakai narkoba, nggak nurut sama guru, tawuran dan lain lain nya... betul betul nggak ada yang bisa dibanggain, apalagi kalau nakalnya masih dari duit orang tua. Tapi jangan emosi duluuu, karena ada pelajaran yang bisa diambil dari kenakalan-kenakalan itu.
* * *
PROLOG
"Bang, kau jangan lupa sama janjimu ya, kau kan anak lelaki, terus kau kan sudah lulus SD juga. Nah sekarang, merantau lah kau ke tempat orang."
Ucapan diatas adalah pesan dari bokap buat saya, karena ditagih janji, dan harus menepati janjinya, keputusan itu pun membuat saya harus memberanikan diri saya untuk pergi merantau ke tempat orang, sebuah tempat yang jauh dari kota kesayangan saya, kota yang saya tinggali.
..... nah waktu ituuu saya lagi ngobrol ngobrol santai sambil menikmati perjalanan sama sopir pesanan bokap di pertengahan malam, waktu itu kalau saya coba ingat ingat lagi secara persisnya..., perjalanan saya ini terjadi di bulan Februari, tahun 2007. Pak Amin namanya.
Sekitar jam setengah dua belas malam, dengan menaiki Range Rover Vogue warna hitam yang saya tumpangi, sopir pesanan bokap saya ini membawa kami melaju secara ekstra hati hati tepat didalam rerimbunan serta gelapnya taman hutan raya Bukit Soeharto.
Di Borneo, Kalimantan Timur.
Bukan karena apa apa, tapi karena kabarnya tempat ini adalah tempat yang super duper keramat.. jadi ya saya nggak bisa sembarangan bertingkah laku di tempat ini. Sompral atau belagu sedikit aja, saya yakin kalau saya bisa hilang di bukit yang menyeramkan ini.
.....
"Mas, kalau kita lagi lewat bukit Soeharto ini saya harap mas banyak banyak berdoa ya, jadi biar nanti kita bisa keluar dengan selamat." obrol si pak Amin kepada saya di saat itu, sambil dia tetap fokus dengan kendali setir yang berada didepannya.
Saya yang nggak tahu apa apa, cuma bisa merasakan bahwa bulu kuduk saya agak merinding. Sebab hanya ada kami berdua di tengah malam itu, dan persis seperti yang supir saya bilang, suasana di bukit Soeharto ini terkenal mencekam dan mengerikan.
Gosip gosipnya sih tempat ini adalah tempat rahasia, dulunya, yang dipakai untuk membuang mayat para preman yang dibunuh serta dikarungi selama pada masa pemerintahan yang terhormat... bapak presiden Soeharto. Tapi ini semua masih katanya ya...
Luar biasa...
Cuman, sebelum saya cerita lebih jauh lagi tentang kisah saya di tahun 2007 sampai dengan 2008 pertengahan itu.., saya pengen omongin satu hal yang bakalan bikin semuanya jadi jelas, bahwa, hidup saya nggak akan dimulai sampai akhirnya saya memutuskan untuk memberanikan diri dengan merantau seperti ini...
Ini adalah sebuah perjuangan yang sudah saya lewati di masa lalu saya, yang ternyata memberikan banyak kesan dan kenangan bahkan sampai hari ini.
Jadi waktu itu saya masih kelas 6 SD, baru lulus banget dari SD, kemudian merantau lah saya untuk cari sekolahan baru dan duduk di bangku SMP.
Hidup dan tinggal di keluarga Soematra memang begini, betul-betul keras didikan nya, meski saya tahu mungkin diluar sana ada yang sudah ditempa meski dari umur yang lebih muda, kayak waktu masih di bangku taman kanak kanak, mungkin? saya nggak hafal gimana persisnya.
Yang jelas waktu kelas dua SD saya pernah diguyur air dingin tepat tengah malam dan disuruh tidur di luar rumah, sama bokap saya, nyokap nangis-nangis dan nggak mampu ngelawan bokap, sampai akhirnya saya pun hampir kena hipotermia, dan kemudian dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Itu belum seberapa friends, waktu kelas lima SD saya pernah dijebloskan ke dalam penjara setempat sama bokap saya.
Penyebabnya?
Saya membuat skema ponzi (investasi bodong) di sekolah saya yang menyebabkan teman-teman saya kehilangan uang liburan mereka. Total dana yang saya gelapkan itu senilai puluhan juta rupiah. Under tiga puluh juta waktu itu kalau nggak salah.
Karena hal ini lah, saya dijebloskan kedalam sebuah tempat untuk menterapi anak-anak yang memiliki kecenderungan aneh aneh. Termasuk penjara itu tadi.
Seorang Philargyrist. Adalah orang yang suka dengan uang, bentuknya, gambarnya, teksturnya. Ngomong ngomong, under 30 juta, adalah nominal uang yang kecil dan sedikit sih memang, kalau bisa lebih banyak, saya pengen nya 50 juta atau lebih, tetapi untuk ukuran anak SD di tahun 2005, menurut orang-orang itu adalah hal yang agak tidak wajar.
Selain itu saya punya tendensi sebagai seseorang yang mengidap obssesive compulsive disorder, yang menyebabkan saya melakukan suatu kebiasaan secara repetitif, berulang ulang kali secara terus menerus, disini kasusnya saya punya kecenderungan untuk kembali menyedot uang uang itu lagi, buat saya, koin seratus perak yang sudah lecek dan kumal itu adalah sesuatu yang amat sangat mengundang.
Kalau buat kamu situasi seperti itu adalah angin selewat saja, ya mending buat saya aja duitnya, kenapa? karena setelahnya saya akan mencuci koin itu lalu memasukannya kedalam celengan saya.
Suara dentingan dari koin ituloh.... indah. Dan esensinya buat saya, every coins, matter.
Nah, jadi hukuman yang tepat bagi orang seperti saya adalah mencuci otak serta mental nya secara menyeluruh. Salah satunya adalah dengan men-terapi dan menjebloskan saya ke dalam penjara anak serta tempat praktik psikiater dan psikolog, untuk disatukan dengan kriminil-kriminil cilik atau anak-anak 'special needs' yang lainnya.
Hahahahaha, ya nggak sebegitu juga horornya, karena banyak kok yang pintar-pintar juga, di terapi disini, ada yang savant, ada yang synesthesia, ada yang prodigy, haha, mau apa lo? yang imbecile juga ada kok. Dan duit orang tua mereka nggak tanggung-tanggung kalau udah main ke psikiater dan psikolog. Hahahahaha.
Being a criminal mind, hukuman selanjutnya yang dilimpahkan kepada saya—masih yang kayak begitu juga, akhirnya saya pun pernah terpaksa ikutan tidur dirumah sebuah komunitas pemulung yang tinggal di sekitar komplek perumahan kami, ini waktu di Sumatra selatan kalau nggak salah, (saya kenal sama ketua komunitas pemulungnya, dan saya tidak membatasi diri sih.. asyik-asyik aja) Nah, disanalah saya belajar tentang gimana caranya jadi anak laki laki yang tahan banting. Itu semua belum termasuk bogem mentah dan ikat pinggang bokap.
Makanya saya sering ngebayangin, apa jadinya ya kalau teman teman saya yang dimanja itu, diperlakukan begitu sama Bapak mereka, wah sudah bunuh diri kali mereka. Walaupun anak aparat atau anak pejabat, tapi kalau pola asuh nya kayak pola asuh bokap saya, alamat selesai itu anak-anak manja.
.... juga kalau seandainya saya tidak memutuskan untuk merantau di tahun 2007 silam, saya bakalan tetap diusir juga sama bokap saya, nggak diakui sebagai anaknya, karena lembek, lemah, dan nggak mau berjuang. Bokap emang kejam kalau udah soal yang beginian.
Yang membuat saya mampu bertahan hingga hari ini ya adalah karena diri saya sendiri, karena nggak ada yang bisa menyemangati diri selain kita sendiri.
Alasan kedua, saya orangnya rasional, kalau dipukul itu artinya sakit, ya jangan suka mukul orang lain. Ketiga, saya orangnya senang gagal, karena dari gagal saya bisa belajar.
Keempat, saya anak bandel, nggak sempurna, dan suka belajar dari kesalahan yang dibuat oleh diri sendiri.
Kelima? nggak ada, jangan banyak banyak hehe, nanti pusing coy.
* * *
Dan juga... saya nggak akan tulis kisah saya ini kalau motivasinya kurang kuat.. saya sengaja tulis jurnal saya ini untuk mengingat masa masa itu, juga untuk mengenang perempuan terbaik, yang pernah hadir ke dalam hidup saya, selain nyokap saya sendiri tentunya...
Dan ini rasanya sungguh klise (biasa aja) memang... kalau dipikir pikir lagi, tapi ya, saya paham lah resikonya sedikit mengorek masa lalu itu kayak gimana. Makanya saya beranikan untuk menulis ini.
Jurnal dan kisah ini... juga saya tulis dan ceritakan ulang untuk menghormati orang orang didalam kehidupan saya. Harapan saya, semoga saya lancar menulisnya sampai akhir, karena ini bisa dibilang enggak banyak juga.
Jadi ya semoga saya bisa bawa alur cerita saya ini secara ringkas, padat dan jelas. Biar nggak ada yang pusing apalagi sampai sakit jiwa waktu ngebacanya.
So, nama saya Arang (Ara), sering dipanggil begitu karena kadangkala sifat saya yang menyengat kayak bau belerang, dan ini, adalah balada kisah hidup saya.
* * * * *
Indeks
Part 1 — Lagi enak-enaknya, saya ditendang.
Part 2 — Bokap saya yang kamu tidak sukai.
Part 3 — Life is normal.. kalau kamu lagi boker.
Part 4 — Seperti Arang, seperti belerang.
Part 5 — Jangan sampai, berpisah...
Part 6 — Saya yakin, diatas langit, masih ada langit.
Part 7 — Saya yang bawa pesta nya ke tempat kamu.
Part 8 — Masa lalu saya yang terancam punah.
Part 9 — We live in a world full of danger.
Part 10 — The GIANT remains incognito.
Part 11 — Shiz's Laik Dat Maighti Soerawizeza.
Part 12 — Teori sandal jepit Swallow hitam punya saya.
Part 12.2
Part 13 — Waktunya-kamu-ikut-saya-main.
Part 13.2
Part 14. — Mengupas tuntas, menyingkap tabir..
Part 15 — Kita tanding ulang, lo berani?
Part 15.2 — Every hotel is waving.
Part 16 — Saya harus mengingat kembali beberapa aturan lama...
Part 17. — One Level Above
Part 18. — Saya, Gog Magog, kamu, dan kabar yang mengejutkan.
Part 19. — Perdebatan diantara kamu dan saya.

Part 20. — Saya kembali ke tahun 2006.
Part 21. — Jalan Van de Venter.
Part 22. — Saya, moving to Borneo.
Part 23. — Saya dalam dunia perantauan.
Part 24 — Saya, kehidupan baru, dan bencong di masa lalu.
Part 25 — Borneo, saya dan kehidupan yang gokil abis!
Quote:
House of the suspects.
Ilustrasi tokoh.
Ilustrasi tokoh.
Quote:

Polling
Poll ini sudah ditutup. - 0 suara
Siapa tokoh yang paling kamu benci?
Freya
0%
Arang
0%
Burnay
0%
Asbun
0%
Dedew
0%
Diubah oleh tabernacle69 29-11-2020 17:52
makgendhis dan 50 lainnya memberi reputasi
49
49.5K
Kutip
632
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
tabernacle69
#317
Part 18. — Gue, Gog Magog, elo, dan kabar yang mengejutkan.
Quote:
Sedikit beralih dulu, sebelum masuk kembali ke timeline di saat itu.
Rivalitas (permusuhan / perselisihan or whatever the names is) diantara Freya sama Opop adalah kisah lama. Jadi kalau beberapa waktu belakangan ini setelah jam pulang kerja atau after-hours si Opop tiba tiba menghubungi gue dan kedok ajakan nya adalah, "Rang, Ibu Imas yuk nanti malem? jam 11 malem-an lah, bisa kan?" semua orang nggak akan menolak. Terus apa hubungan nya sama Freya? nanti gue jelaskan ya... sabar aja dulu.
"Jam 11 maleman ya? boleh lah.." jawab gue santai dalam panggilan handphone kami.
"Iya, i got a surprise for you." kata Opop lagi.
"Oh wow, I'll be astonished by your surprise." ucap gue merespon balik ucapannya.
"Ampun deh sama yang vocab nya luas." kata Opop menyindir langsung kepada gue.
"Hehe..." disana gue cuma bisa terkekeh.
"Ya sud, ketemu disana ya Rang, bye." klik, panggilan telepon kami pun ditutup sepihak olehnya.
Opop menelpon sekitar jam enam petang, jadi setelah dari sekuritas gue bisa pulang ke rumah dan santai dulu sambil beres beres.
Selanjutnya, sekitar jam sepuluh malam, gue segera meluncur ke tengah kota, jangan tanya naik apa atau pakai apa, nanti kamu bisa ketawa, hahahaha. Seriusan jangan tanya.
As usual kalau weekdays, pusat kota Bandung selalu jadi agak sepi kalau sudah lewat jam sembilan malam, karena orang orang yang ngantor biasanya sudah pada pulang, maksimal jam delapan. Kalau masih beredar jam sembilan di jalanan berarti masih ada keperluan lainnya, mall juga sudah mulai tutup kan, jadi ya kalau masih beredar...
Paling mampir berkunjung ke tempat tanda kutip, executive karaoke atau pijat plus plus, yah yang semacamnya.
Mendekat ke tempat tujuan gue, tiba tiba handphone gue berdering lagi karena ada panggilan masuk, kala itu langsung gue angkat karena gue kenal persis orang yang menelpon gue ini.
Beginilah katanya dalam panggilan masuk itu, "Oi Gog Magog, dimana maneh?" (dimana kamu?) tanya orang itu kepada gue.
"Lagi diluar Burn, ada apa?" tanya gue kepada Burnay.
Tiba tiba, panggilan itu diputus. Gue sudah hafal persis sih... kebiasaan si Burnay kan memang begitu.
***
Tidak lama, sampailah gue akhirnya, didepan rumah makan itu, rumah makan yang bernama RM Ibu Imas. Kalau datang kesini jangan komplain atau mengeluh, kalau ternyata tempatnya tidak rapi jali, alias rada jorok. Karena yang diincar adalah makanan berikut menu kuliner nya disini, bukan kerapihan tempatnya.
Kasarnya sih begini, kalau mau rapi ya pergi saja ke Bunga Rampai, sebuah tempat makan juga, di kota Jakarta, disana memang lebih rapi dan lebih nyaman.
Tapi pertanyaan nya selalu sama, membuat gue menjadi ingat tentang beberapa pengalaman gue di masa lalu, meskipun gue dan Opop sudah pernah ke RM Ibu Imas ini bertahun tahun yang lalu, kami tidak pernah mencari apa apa lagi selain makanan nya. Makanya kalau soal kerapihan tempat, kami harus membesarkan toleransi kami.
Dan hal ini selalu sama, pertanyaan nya begini, kalau kami pergi ke Bunga Rampai tapi yang dicari adalah menu junk food level khayangan yang bernama jukut royco ala RM Ibu Im-as, ya nggak bakalan ketemu ketemu.
Karena menu itu nggak bisa ditemukan di Bunga Rampai, maka jawaban nya apa? ya balik lagi lah ke RM bu Imas, bahkan waktu itu gue pernah suruh orang dapur BR buat bikin rumput yang rasanya otentik ala RM bu Imas itu.
Bisa kok, extra order, tinggal tambah nominal di bill nya atau kasih tips saja, karena kan ini bukan fast food restaurant, jadi ya bisa disesuaikan.
Dan, rasanya malah kayak nori, gagal total, sekadar informasi, jukut royco itu bukanlah nori sama sekali... gara gara begitu, gue langsung dicekek sama paman gue yang udah ngeluarin duit buat reservasi di Bunga Rampai, dan gue malah cabut, gue bilang, "Aku lagi mau bu Imas ang, aku nggak mau ayam dan sate ini."
Dalam bahasa Sunda, dibilang nya lah gue anak yang ogo-an, alias banyak maunya.. ya emang.. kalau gue lagi mau bu Im-as ya... ya harus pergi kesana... makanya diajak Opop pun gue nggak akan pernah mau menolak... ha ha ha ha ha. Itu kejadian lama sih.. gue pun masih ada di bangku SD...
Nah, sebentar lagi nih, akan gue deskripsikan betapa legendaris nya citarasa dari jukut royco ala RM ibu imas ini..
***
Akhirnya, hampir jam sebelas malam pas gue sampai di rumah makan yang berada tepat di tengah - tengah kota ini. Suasana jalanan yang gue temukan disini masih lumayan, beberapa kendaraan terlihat masih berlalu lalang.
Seperti biasanya, gue duduk duluan di rumah makan itu, Opop pun bahkan belum sampai disini, jadi ya mau nggak mau gue harus celingukan dulu di tempat duduk, memperhatikan orang lain bermesra mesraan dan kemudian.. diam, kayak nyamuk gitu tapi versi pasifnya.
Gue paling jarang pesan makanan duluan sebelum orang yang udah janji temu sama gue belum datang. Tidak mendahului, mungkin begitu deh istilah gampangnya, setelah puas menunggu selama hampir 20 menit, dengar dengar musik dan baca baca e-book di handphone gue sendiri, tiba tiba gue rasa ada orang yang menepuk bahu gue dari belakang.
"Eh, Gog Magog. Kamana wae ari sia..." (Eh, Gog Magog. Kemana aja elo tuh...) ungkapnya sembarangan.
Gue rada pangling, apa ya bahasanya, agak terpana juga sih sebetulnya waktu melihat ini orang. Tepat di sebelahnya ada si Opop yang segera meminta high five (tos tangan) dengan gue secara agak cepat.
"Hai Rang, yuk pesen." kata Opop kemudian dia berlalu ke arah etalase prasmanan di rumah makan ini.
"Ehhh Burn, kirain nggak ikut, taunya ikut, pantesan tadi nelpon." kata gue mulai menyapa si Burnay, kemudian dia segera duduk di samping gue, dan menyalakan Marlboro dengan Zippo nya.
Burnay malam itu, setelan busana nya adalah kemeja abu abu tua dari Blue Harbour, dan celana jeans yang sudah pasti dari Visvim, apalagi? orang ini selalu punya ciri khas kalau sudah soal berbusana. Yang gelap gelap warna abu ya pasti kesukaan dia.
***
"Ah maneh mah kitu, ulah tuluy dahar jukut (rumput) Imas atuh lamun teu jeung aing. Aing kabeneran keur libur oge, jadi ngiluan we sakalian." (Ah elu tuh, suka gitu, jangan duluan makan jukut (rumput) Imas kalau nggak bareng sama gua. Gua kebetulan lagi libur, jadi ya sekalian ikutan.) Begitu katanya.
"Hahahaha." gue pun hanya bisa ketawa.
"Gimana gawe di H*adian, asyik?" tanya gue mencoba untuk memulai topik obrolan baru dengan dia.
"Lumayan lah... masih terus ekspansi euy." kata dia santai, sembari menghisap racun dari Marlboro nya.
Fyi, gue juga perokok kelas kakap, gue sempat sakau sama yang namanya Marlboro Mix 9, tapi setelah rokok itu ditarik dari peredaran, gue nggak pernah merokok lagi.
"Tadi naik apa Burn, kesini?" tanya gue meyambung pembicaraan.
"Tuh." jari manis nya menunjuk ke arah Silverado berwarna hitam yang ter-parkir di sisi jalan sana. Hitam dan elegan, mengkilap, berkelas begitu lah kesan nya.
"Wew... gaya anda, baru ganti? Bavaria anda kemana? sayang, padahal kan ada sensasi kayak naik airbus nya." tukas gue sambil bercanda.
"Airbus hitut maneh, Rang. (Airbus kentut kamu) Aing (gua) tekor reparasi melulu eta mobil budug (jelek)." jawabnya sambil meniupkan asap rokok dari dalam mulutnya.
"Yeee hahahahaha. Kan udah ogut bilang sama anda... Burn, the American way is the god's proven way." (Cara orang Amerika itu adalah cara Tuhan yang telah terbukti.) kata gue menjelaskan.
"Dasar sia Gog Magog, sermon wae maneh mah... ahahahaha." (Dasar lu Gog Magog, ceramah mulu... ahahahaha) respon dia agak sedikit tak acuh...
***
"Maneh (elu) naik apa kesini?" tanya Burnay lebih duluan kepada gue.
"Biasa Burn, naik si kodok." jawab gue dengan begitu ringan.
"Anjing, itu VW masih ada aja?" tanya dia merasa heran.
"Ya ada dong... mesin udah pake rebuild." jawab gue menjelaskan.
"Aing respek sama maneh, Rang. (gua hormat sama elu) Maneh bisa ngahargaan kana (kamu bisa menghargai terhadap) barang. Aing salut sama maneh, maneh tau aja apa yang bensin nya irit, pasti maneh pilih, maneh pelihara baik baik. Maneh emang TOP, dasar pelit sia! gimana, itu buntut kasir masih ada?" ucap Burnay.
Buntut kasir itu adalah semacam istilah dari orang Sunda asli untuk orang yang terkenal irit dan pelit. Perhitungan terhadap segala macam nominal dan biaya.
"Hahahahaha." gue ketawa keras banget ngedenger dia bicara begitu. Gue tahu Burnay lagi pengen bercanda... tujuan nya nggak lain dan nggak bukan adalah untuk mencairkan suasana diantara kami berdua.
"Lama nggak ketemu Burn, gimana Ibu, sehat?" tanya gue.
"Sehat si Ibu..." jawabnya.
"Eh ini belum pesen, anda mau makan apa? ogut yang bayar.." jawab gue berinisiatif menawarkan.
"Hush, maneh ngapain sih, udah biarin aja tadi si Opop yang mau bayar semuanya." jawab Burnay kepada gue.
Eh, gue baru ingat, ini pertama kalinya ya Opop satu adegan bareng sama Burnay di jurnal gue ini.. hahaha, ya udah, welcome, Opop, Burnay... kali ini gue bakal bahas soal kalian dan malam di beberapa waktu ke belakang itu...
***
Malam itu sudah pukul setengah dua belas malam. Tanpa terasa.., ku beranjak dewasa... eh salah, itu sih lagu yang gue ciptain waktu masih SD dulu.. hahahahaha.
Well, tanpa terasa.. ngobrol berdua dengan Burnay setelah sekian bulan kami tidak bertemu, beberapa belakangan ini, hampir sekitar lima bulan mungkin ya, karena dia sibuk bekerja di tempat baru nya.
Opop juga.., dia sibuk banget wara wiri di tempat bekerjanya itu. Client nya banyak dari sekolah internasional dan resort resort liburan baru di kota ini. Nah yang sekolah internasional itu salah satunya adalah sekolah tempat gue pernah pertukaran pelajar dulu.
Agak membosankan, kalau kami semua boleh jujur, karena waktu bermain kami bersama harus banyak berkurang sejak tahun 2015, tapi, ada tapi nya.. orang yang sudah mulai dewasa biasanya tidak butuh bermain terlalu banyak... begitu sih, katanya.
***
Makanan yang sudah dipesan pun akhirnya tiba, meja ini yang tadinya kosong melompong, tiba tiba penuh dengan beraneka macam makanan khas daerah Jawa Barat.
Kala itu Opop sempat ngomong, "Burnay.. Arang, yuk kita makan." lalu dia tersenyum dan mulai melihat lihat makanan yang sudah disajikan diatas meja kami.
Si Burnay langsung mematikan rokoknya dan menyantap segala macam hidangan yang ada diatas meja, ada lidah sapi, daging sapi, sop ekor sapi, semuanya serba sapi, sate maranggi juga ada, tentu ini juga dari sapi.
Pokoknya yang enak enak deh. Be grateful lah, thanks to our lord.
"Barudak, (guys, teman-teman) hayu sambil dimakan ya." ucap Burnay mendahului.
"Wah ini jukut emang nampol nikmatnya.." tambah dia lagi setelah dapat beberapa kunyahan dari jukut itu.
Kala itu, sebelum gue makan, gue sempat heran dan melongo memperhatikan si Opop, and then gue nanya sama dia, "Pop, kamu ngapain....?" tanya gue keheranan.
"Aku? aku berdo'a dulu lah Arang..." jawabnya, lalu setelah itu dia mulai menyendok nasi yang ada diatas meja.
Wah, Opop masih ingat aja, betul-betul taat aturan ini orang, bahkan sampai sekarang dia masih begitu taat, nggak heran kalau dulu dia selalu jadi nomor satu di sekolah kami.
Di sela sela sesi menyantap makanan kami, Opop ngomong begini sama gue dan Burnay.. "Guys, we should be doing this more often, kumpul bareng kayak gini.. ya Burn.. ya Rang... hehehe." ucapnya lemah lembut sambil terkekeh sendirian.
Yang disambut dengan begini oleh si Burnay, "Ada biji cabe noh di gigi elu, sikattt." kata si Burnay antusias.
"Ih kamu ini, Burn." gerutu Opop.
Akhirnya gue menanggapi jawaban Opop, "Iya Pop, atur atur aja kapan waktunya, kabari, ntar tinggal ngumpul." jawab gue luwes.
"Yes." lalu Opop menyahuti omongan gue, tanda dia mengerti.
"Pop, kalau mau narik raja gunung... harus pake umpan yang bener, kayak gini contohnya... jukut royco. Kalau nggak begini mah mana mauuu si Arang ngumpul... coba ajak aja ke S*shi Tei, moal matak si ieu datang. (nggak bakalan si ini datang) Makanan mentah jiga kitu (kayak begitu) mah nggak bakalan mengundang selera sang raja... ya nggak Rang?" lalu Burnay menyenggol halus lengan gue.
"Hahahahaha, terserah anda, Burn." jawab gue sambil tertawa tawa.
Haha.. malam itu.. Opop pakai baju kantor nya, yang nampak casual, karena kantor dia bukanlah perusahaan formal yang kaku begitu, dia pakai kemeja salur warna biru muda, celana jeans biru tua, dengan tas selempang kecil warna coklat dan sepatu dari converse. Rambutnya diurai bergelombang.. make up nya santai.. Itu seingat gue..
***
Ngomong ngomong gue lupa menjelaskan, jukut royco itu semacam rumput, sayuran, selada air yang digoreng kemudian ditaburi dengan royco, bisa dengan royco rasa sapi atau rasa ayam.
Teksturnya sangat gurih, asin, dan berminyak, tapi nggak over, lebih cenderung ke arah crispy, malahan. Harganya cuma sekitar 10 ribu rupiah per porsi nya.
Kalau mau menikmati ini, bisa dikombinasi dengan ayam goreng, yang digoreng diatas penggorengan yang minyaknya sudah gelap banget, hahahaha, dan nasi putih, sudah pasti, kemudian es pisang hijau dari Sulawesi...
Wih.. maknyus! atau mungkin kalau nggak sama itu, bisa dipadu dengan es kacang merah dari kota Palembang...
Selesainya kami semua dalam menyantap makanan, Opop bangkit dari meja makan dan kemudian berlalu untuk membayar semua makanan yang sudah kami pesan. Total makan kami di malam hari itu murah saja, sekitar ratusan ribu rupiah.
Tidak lama setelah, nampak wajah wajah kekenyangan menyelimuti Opop dan Burnay, kecuali gue, kok bisa, apa rahasianya? well, rahasianya adalah... nasi nya harus sedikitttt, lauk pauk nya sih boleh banyak, hahahaha.
Di saat kekenyangan, hanya ada hening di antara kami bertiga, nggak lama si Burnay bisik-bisik ke arah gue, "Rang, tahun depan aing (gua) mau ada rencana ke luar indo, maneh (kamu) mau ikut nggak? kita liburan." ucapnya pelan.
"Ke mana, Burn?" tanya gue.
"Dublin, mau nengok Medina, aing masih penasaran sama si eta kelanjutan nya gimana." (Gua masih penasaran sama dia) jelasnya santai kepada gue.
"Oh.. ya atur atur aja lah Pak." jawab gue lagi.
Beberapa menit kemudian berlalu, Opop kayak nya sudah tidak terlalu kenyang, jadi dia mulai angkat bicara lagi, "Rang, tadi kan aku bilang ke kamu aku mau kasih surprise." kata Opop mulai berbicara.
"Yo'i." sahut gue sambil memperhatikan si Burnay menghisap rokoknya dan kembali melihat ke arah mata si Opop.
"Nih... bentar ya." kata Opop.
Setelah itu, dia nampak sedang berusaha untuk mengambil handphone android dari dalam tas nya, setelah berhasil, dia memperlihatkan layar handphone nya kepada gue dan Burnay yang duduk berseberangan dengan dia.
"Ini aku buka Skype nya ya..." tutur Opop manis. Kami memperhatikan saja. Gue lihat, rokok si Burnay masih menyala.
Sesaat, ia berhasil masuk kedalam aplikasi itu, ada nama seseorang yang dia tekan dan mulai melakukan panggilan video setelahnya. Tidak lama menunggu, panggilan itupun segera di angkat.
Muncul wajah seseorang di layar handphone Opop.
"Hai Dewww, ini aku udah sama Arang, sama Burnay juga, gimana, kamu udah siap yaa?" obrol Opop kepada perempuan yang wajahnya tampil di layar handphone dja.
"Halooo Opopp... siap dong..." jawab Dedew merdu.
Tiba tiba, Burnay mendadak rusuh, "Anjir si Dewinta? wah kaget aing, ada cabe nggak di gigi aing?" lalu dia segera minggir dari kamera dan menggerak gerakkan lidah dalam mulutnya, seolah olah dua sedang membersihkan gigi giginya.
Melihat si Burnay begitu, gue mengelap wajah gue...
"Hai Arangggg, apa kabarrr?" tanya Dedew di ujung sana. Nampak ada lampu bercahaya remang, seperti lampu tidur, nyalanya tidak terlalu terang, tapi wajah Dedew dengan jelas bisa gue lihat dari layar handphone si Opop.
"Kabar ogut baik Dew, kamu gimana disana?" jawab gue merespon dia.
"Aku juga baik..." balasnya singkat.
"Eh ngomong-ngomong si kecil Ory mana Deww?" tanya Opop lanjut menyambung percakapan kami.
"Ini Ory di sebelah aku, udah tidur Pop.. besok dia mau sekolah."
"Hi Burn, is that you?" tanya Dedew kepada si Burnay yang wajahnya bersebelahan, tapi agak sedikit dibelakang wajah gue.
"Yeah it's me. How's life in Cali?" tanya Burnay yang bule nya jadi tiba tiba keluar. Sok kerenlah...
"Life's good, Burn—and you?" tanya Dedew.
"Never been better." balas Burnay lagi.
"Yuhuuu." tiba tiba Opop memotong perbincangan diantara si Burnay dan Dedew.
"Udah makin malem nih... Dew, disana juga udah malem kan ya?" tanya Opop merangsek.
"Yes Pop." jawab Dedew singkat, setelah tertawa tawa bareng si Burnay.
"Ya udah, karena i've gathered you altogether disini, kalian udah kumpul..." jelas Opop lagi.. "Daripada kelamaan, so, aku percepat ya... jadi ini surprise nya." ungkap dia dengan lagak lagak pemberi kejutan.
Di sela sela percakapan di antara kami semua, si Burnay sempat bisik-bisik lagi ke dekat kuping gue, "Anjir Rang, si Dewinta nggeus boga budak ge masih keneh geulis, hot pisan anjir." ucapnya demikian. Sebetulnya gue malu menerjemahkan artinya, tapi demi kejelasan makna berbahasa Indonesia yang baik dan benar, ayo deh, ini gue terjemahkan arti dari ucapan si Burnay itu.
(Anjir Rang, si Dewinta walaupun udah punya anak masih tetap cantik, hot banget anjir)
"Duh Burn... fokuslah.." jawab gue mengeluh. Tapi, nggak lama kemudian gue melirik ke arah handphone si Opop, dimana di ujung sana terlihat bahwa si Dedew memang hanya mengenakan sleeping robe nya aja, sleeping robe ini apa ya, semacam baju tidur, gimana ini orang di sebelah gue nggak ngiler ya... laki laki normal sih pasti ngiler.
"Freya hamil!" teriak Opop semangat, rada greget gitu. Sontak gue jadi gagal ngiler.
Dalam hati, gue meledak, 'HAH, FREYJA HAMIL?'
Dedew berteriak girang... Burnay mengangguk mantap lalu bertepuk tangan, kecil suara tepukan nya. Malam itu seperti disulap sendiri menjadi sesuatu yang meriah. Sedangkan gue, tersenyum namun tetap diam.
Ada beribu pertanyaan yang tiba tiba hadir di dalam benak gue.. dari mulai pertama kali gue mengenal Freya sampai dia yang kemarin itu, dinyatakan hamil.
Ada perasaan aneh didalam badan gue. Ada perasaan aneh.
'Mantan gue hamil?' tanya gue lagi, masih dalam hati. Kenapa nggak langsung ngomong ke gue, Frey?
Brengsek, cepat juga benih si bule Itali itu menaklukkan ovarium kelas bandit nya si Freya. Beberapa bulan yang lalu itu orang married dan sekarang dia udah hamil lagi.
Something is missing, in other words, yang gue pun nggak ngerti gimana cara mendeskripsikan nya di waktu itu atau selama ini. Gue kayak jadi nggak bisa ngomong.
Dan maaf banget gue harus mendahulukan fakta dari ending nya, karena gue bukan orang yang suka memendam mendam hal yang sifatnya seperti ini. Gue bukan, "Tadaaa, cerita panjang, endingnya menyedihkan."
Gue kebalikan nya dari itu.
Kemarin, gue jadi berasa kayak RJ di over the hedge yang ketawan ngebohongin si Vern dan kawan kawan nya. Raut wajah gue kira kira mirip seperti itu.
***
Ada jutaan malam yang udah gue laluin bareng sama si Ireng (Freya), tapi malam itu tuhan seolah menunjukkan sebongkah lukisan yang judulnya adalah 'masa depan', di hadapan gue.
"Nih, masa depan. Kau makan realita nya!" begitu mungkin, ucap tuhan teruntuk gue.
Masalahnya begini, memikirkan Freya menikah dengan bule Itali itu aja gue nggak sempat, apalagi menerima kabar bahwa dia sudah hamil, sekarang. Gue nggak sebegitu acuhnya.
Meski kandasnya hubungan kami waktu masih bersekolah adalah murni karena prinsip masing masing, pengaruh lingkungan keluarga, segala macamnya yang dicampur aduk, di blender... di cacah, di jus.... walah.
Namun akhirnya, entah kenapa, gue agak merasa senang, mendengar kabar di malam itu... bahwa sahabat sejati gue yang bernama Freya, alias Ireng.
Hamil...
Diubah oleh tabernacle69 23-06-2019 10:37
0
Kutip
Balas