Kaskus

Story

Pengaturan

Mode Malambeta
Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

neopoAvatar border
TS
neopo
Riding to Jannah


Don't choose the one who is beautiful to the world. But rather, choose the one who makes your world beautiful. Keep her close to Allah. Keep him close to Allah. Together for Jannah. I want love that will say: "Not even death will do us part, because we'll be reunited in jannah, insyaallah”

Welcome to my thread. Dimana disini kalian diperbolehkan untuk mengkritik, memberi saran, share, dan memposting komentar yang sekiranya bermanfaat baik bagi penulis ataupun pembaca. Fiksi atau non fiksi, semoga bukan menjadi masalah bagi pembaca. Karena penulis harap bisa memberikan banyak manfaat kepada orang-orang melalui tulisan yang tidak seberapa ini. Terima kasih.


Tokoh :
  • Ardian - Aku, pria dengan tinggi 176cm yang hobinya main motor
  • Azril Riswan - Sahabat sejak kuliah, beda jurusan tapi masih satu fakultas
  • Elriko - Kenalan saat pertama kali touring, so cool but nice guy
  • Dina Resti - Bagiku dia perfect, tetapi sedikit cerewet
  • Alyssa Erica - Gadis cerdas dan sangat mempedulikan lingkungannya
  • Rofila Afifah - Kakakku yang cantik, cerewet tapi selalu bisa jaga adik-adiknya
  • Nuri Freska - Adikku yang sangat manja, segalanya harus dituruti, tapi ia juga penurut
  • Raden Dimas - Sometime good guy, sometimes bad guy (dalam arti sifat, bukan tindakan menyimpang)



Diubah oleh neopo 16-09-2022 05:17
junti27
sukhhoi
JabLai cOY
JabLai cOY dan 27 lainnya memberi reputasi
28
42.4K
308
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
31.9KThread44.5KAnggota
Tampilkan semua post
neopoAvatar border
TS
neopo
#138
Part 23 - Seorang Teman by Linda
Dua minggu lebih setelah pertemuanku dengan Ardi di malam itu, aku belum mendapat kabar lagi tentang Ardi. Nomornya tak aktif, chatku tak pernah ia balas. Mungkin saja ia sedang sibuk sekarang. Atau mungkin mengganti nomornya. Hari ini aku ada kuliah di kampusku. Kala itu aku sedang mendengarkan musik melalui headsetku. Oh ya, saat ini aku sedang duduk di bangku kuliah semester empat. Semenjak kepergian kak Riko, aku menjadi anak yang sedikit pendiam dari biasanya. Saat aku sedang mendengarkan lagu, ada seseorang mencabut headsetku.
Aku: Yuda?
Yuda: Hei
Aku: Iya Yud
Yuda: Sendirian aja
Aku: Hehe
Yuda: Gue boleh duduk disini?
Aku: Lo mah pengen deket gue mulu
Yuda: Biarin lah. Eh iya, pulang kuliah lo ada waktu ga?
Aku: Ada sih, kenapa emang?
Yuda: Bantuin gue ngerjain tugas di kosan
Aku: Ahelah, kerjain sendiri lah
Yuda: Lo kan tau gue ga ngerti statistika
Aku: Makanya belajar
Yuda: Ayolah. Nanti gue traktir deh
Aku: Lo pengen gue gemuk?
Yuda: Gue ajak jalan deh
Aku: Lo pengen gue cape?
Yuda: Ah lo mah salah terus. Es krim deh
Aku: Yang gede
Yuda: Iya iya dah. Gitu dong. Jadi cantik kan hehe
Aku: Jadi selama ini gue ga cantik?
Yuda: Iish salah lagi kan

Akupun mengikuti kuliah seperti biasa hingga sore hari. Sepulang kuliah, Yuda memintaku menunggu karena ia ada perlu sebentar dengan teman-temannya. Aku membuka facebook melalui handphoneku dan melihat beranda yang itu-itu saja. Aku sedikit penasaran dengan facebook Ardi. Tetapi aku tidak tahu facebooknya apa. Inisiatif aku mengecek pertemanan kak Riko, karena aku tahu ia pasti berteman dengan kak Riko. Sampai akhirnya aku menemukan apa yang aku cari. Disana, aku tak melihat apapun yang aneh dari akun milik Ardi. Bahkan aku tak melihat fotonya. Benar-benar anak yang misterius bagiku.
Yuda: Udah nih. Yuk
Aku: Iya ayo

Aku dan Yuda berjalan menuju kosannya. Kosannya tidak terlalu jauh, dan tepatnya ada di belakang kampus ini. Kosan Yuda memang terkesan bebas, tetapi tetap ada batas waktu berkunjung disana. Dan ini bukan pertama kalinya aku datang ke kosan Yuda. Setelah dirasa cukup istirahat, aku dan Yuda mulai melaksanakan apa yang menjadi tujuan kami disini. Waktu terus berlalu hingga tak terasa bahwa jam sudah menunjukkan jam delapan malam. Waktu yang cukup lama karena kami juga mengerjakan tugas-tugas lain.
Aku: Udah semua nih, gue balik ya
Yuda: Yaah, udah balik aja
Aku: Ya emang mau ngapain. Udah malem juga
Yuda: Temenin gue kek
Aku: Lain kali aja ya
Yuda: Lin
Aku: Iya?
Yuda: Gue suka sama lo. Gue sayang sama lo
Aku: Tapi kita kan temen Yud
Yuda: Udah lama gue simpen perasaan ini Lin.
Aku: Gue lebih nyaman dengan yang sekarang Yud
Yuda: Maksudnya, lo punya cowo?
Aku: Engga, tapi gue lebih nyaman dengan pertemanan kita. Dan gue sedang nyaman dengan hidup gue yang sekarang tanpa ada yang mengekang.
Yuda: Gue ga akan ngekang lo Lin
Aku: Gue tau Yud, gue yakin lo orang yang baik. Tapi untuk sekarang, gue ga mau ada komitmen seperti itu.
Yuda: Jadi . . .
Aku: Maaf Yud. Perasaan ga bisa dipaksa. Gue tau mungkin menyakitkan buat lo. Tapi lo pasti paham
Yuda: . . . . .
Aku: Gue pulang ya Yud. Maafin gue

Akupun kembali pulang kerumahku. Setelah selesai membersihkan diri, makan malam, dan lainnya, aku berdiam di kamarku. Tak ada yang istimewa malam ini. Namun tiba-tiba aku teringat kembali dengan Ardi yang sudah dua minggu ini tak ada kabar darinya. Sebenarnya ada apa dengan Ardi? Iseng aku mencoba SMS dia. Satu menit, lima menit, sepuluh menit, tigapuluh menit tak ada balasan darinya. Aku memutuskan untuk tidur saja. Keesokan pagi ketika aku sedang membuat sarapan untuk Kinanti, ibu memanggilku dari ruang tamu. Katanya ada seseorang mencariku. Siapa yang mencariku pagi-pagi begini? Saat aku keluar, kulihat seorang lelaki tengah berdiri di teras rumahku.
Aku: Ardi?
Ardi: Hei Lin
Aku: Tumben lo kesini. Kemana aja? Ga ada kabar
Ardi: Maaf ya. Ikut gue yuk
Aku: Kemana?
Ardi: Udah ikut aja *sambil menarik tanganku.

Aku mengikuti saja kemana Ardi menarikku. Kami menghampiri sebuah motor, dan itu adalah motor Ardi. Ia memberikan helmnya padaku. Ada hal yang sedikit aku takutkan. Ia membawa motor sedikit kencang sehingga aku harus berpegangan padanya. Sampai kami tiba di sebuah taman yang aku belum terlalu mengenal taman ini. Ardi mengajakku turun dan duduk di sebuah kursi disana.
Aku: Lo ngapain ngajak gue kesini Di
Ardi: Sebenernya, gue mau bilang sesuatu sama lo
Aku: Apa? Kayanya serius banget
Ardi: Gue suka sama lo. Lo mau ga jadi pacar gue?
Aku: Ah? Ga salah? Kan lo punya pacar
Ardi: Tapi gue sayangnya sama lo. Gimana?
Aku: Gue....

Ardi memegang kedua pundakku meminta jawaban dariku. Iya terus memanggil namaku sambil menggoyangkan tubuhku hingga pada akhirnya aku tersadar. Aku tersadar aku berada didalam kamar. Aku bermimpi. Itu hanya mimpi. Kulihat jam yang menunjukkan pukul tiga pagi. Kenapa aku bisa bermimpi aneh begitu? Apakah karena belakangan ini aku selalu terfikirkan Ardi? Tetapi aku hanya khawatir dengannya. Tidak ada hal lain. Tidak, aku tidak mungkin menyukai Ardi. Jika itu terjadi, itu berati sama saja aku tidak menghargai perasaan Yuda. Lagipula Ardi udah punya pacar. Ah sudahlah

Hari minggupun tiba. Aku memutuskan untuk dirumah saja membantu ibu membereskan rumah dan mengerjakan tugas kuliahku. Tiba-tiba Kinanti menghampiriku
Kinanti: Kak, anter yuk
Aku: Kemana?
Kinanti: Ke rumah Nuri. Mau ngembaliin buku
Aku: Oh, kapan?
Kinanti: Setelah kerjaan rumah beres aja. Itu juga kalau kakak mau
Aku: Iya deh ayo

Rumah Nuri, rumah Ardi. Mungkin aku bisa mendapat sedikit kabar tentang Ardi. Singkat cerita aku dan Kinanti sedang dalam perjalanan menuju rumah Nuri. Di perjalanan, aku mengajak Kinanti untuk membeli jus. Entah kenapa pengen banget beli jus. Dan aku memutuskan untuk membelikan Nuri dan Ardi jus jika mereka ada. Sampai akhirnya kami tiba dirumah Nuri.
Kinanti: Assalamualaikum
Nuri: Waalaikumussalam eh Kinanti, kak Linda. Masuk masuk

Aku dan Kinanti masuk dan dipersilahkan duduk diruang tamu.
Kinanti: Aku mau ngembaliin buku nih
Nuri: Oh udah beres?
Kinanti: Udah, makasih ya
Aku: Ardi kemana?
Nuri: Kak Ardi, emm ada ko
Aku: Ada?
Nuri: Mau ketemu kak?
Aku: Kalau ga mengganggu sih
Nuri: Engga kak. Yuk. Kinanti juga ikut?
Kinanti: Aku disini dulu hehe
Nuri: Yaudah, yuk kak

Aku mengikuti Nuri menuju tempat Ardi. Hingga ia mengetuk sebuah pintu dan meminta izin masuk. Saat ia membuka pintu tersebut, ruangan ini sedikit gelap karena lampu yang tidak dinyalakan dan jendela kamar yang ditutup. Disana kulihat ada seorang anak laki-laki tengah terbaring.
Nuri: Kak, ada yang mau ketemu sama kakak
Ardi: Siapa?
Aku: Ardi
Ardi: Linda?
Aku: Lo kenapa?
Nuri: Udah seminggu ini kak Ardi sakit kak
Aku: Ya ampun. Sakit apa?
Nuri: Kata dokter sih banyak pikiran sampe demam gitu.
Aku: Lo kenapa Di?
Ardi: Gapapa Lin. Cuma gini doang besok juga sembuh
Nuri: Kakak mah gitu terus ngomongnya. Tapi disuruh makan susah
Ardi: Kakak ga laper dek
Aku: Yaudah sini biar aku aja yang kasih makan. Monyet ga akan susah kalau dikasih pisang
Ardi: Buset
Nuri: Yaudah aku kedepan dulu ya, kasian Kinanti hehe

Aku duduk disamping Ardi dan mengambil piring yang ada dimeja.
Aku: Makan dulu
Ardi: Gamau Lin
Aku: Makan cepet. Atau gue cekokin
Ardi: Jahat sih
Aku: Bodo, udah cepet makan. Gue suapin
Ardi: Gue bukan anak kecil
Aku: Kalau gitu makan.
Ardi: Gamau
Aku: Lo bener-bener ya. Gue cekokin juga
Ardi: Ish, iya iya gue makan. Tapi gue makan sendiri
Aku: Nah gitu dong. Itu baru anak pinter

Ardi nampak mulai makan makanannya walaupun sedikit. Ternyata inilah kondisinya saat ini. Aku dapat melihat kalau ia masih ada sesuatu yang dipikirkannya. Tapi aku tidak tahu apa itu.
Aku: Tirai jendelanya gue buka ya
Ardi: Jangan. Gue lebih nyaman kaya gini
Aku: Gelap. Lo juga butuh cahaya matahari.
Ardi: Bawel banget sih lo
Aku: Bodo. Yang penting lo cepet sehat

Ardi hanya terdiam melihat tingkahku. Aku yang biasanya tak banyak bicara kini banyak ngomel ke Ardi. Entah kenapa aku bisa seperti ini. Aku kembali duduk dimeja belajar Ardi yang bertempatan disamping kasurnya.
Aku: Lo kenapa sih?
Ardi: Kenapa apa?
Aku: Ko bisa sampe sakit gini. Lo juga udah lama ga ada kabarnya. Chat gue masuk kan?
Ardi: Masuk kok. Tapi gue ga buka chat. Sorry ya, bukan berarti gue ga ngehargai lo. Tapi chat dari siapapun juga ga gue buka.
Aku: Lo ada masalah?
Ardi: Gue cuma lagi pengen sendiri aja Lin
Aku: Lo gamau cerita?

Ardi hanya terdiam mendengar pertanyaanku. Ia melihat ke arah meja belajar, tepatnya ke sebuah foto. Foto dia dan seorang perempuan. Aku rasa itu adalah kekasihnya yang selama ini belum terlalu aku ketahui.
Aku: Kalau lo mau cerita, gue siap dengerin
Ardi: Alyssa:
Aku: Alyssa? Pacar lo? Kenapa?

Dia kembali terdiam. Seperti berat untuk bercerita. Dan aku tak mungkin memaksanya.
Aku: Yaudah gapapa Di, ga perlu cerita. Gue takutnya nambah pikiran lo
Ardi: Maaf ya
Aku: Ga perlu minta maaf. Gue yang harusnya minta maaf. Oh iya, nih gue beliin jus buat lo
Ardi: Buat gue?
Aku: Iya. Habisin ya. Gue kedepan ya.
Ardi: Lin
Aku: Iya?
Ardi: Makasih banyak

Aku tersenyum dan mengangguk menjawab ucapannya. Aku keluar dari kamar dan kembali ke ruang tamu menemui Kinanti dan Nuri disana.
Kinanti: Udah kak?
Aku: Udah.
Kinanti: Yaudah, Nur, aku sama kak Linda pamit pulang ya
Nuri: Loh buru-buru?
Kinanti: Ada kerjaan rumah hehe
Aku: Salam buat bapak sama ibu
Nuri: Iya kak InsyaAllah disampaikan.

Setelah berpamitan aku dan Kinanti pulang kerumah. Setibanya dirumah, aku mengecek handphoneku dan ada chat yang masuk dari Ardi. Intinya dia berterima kasih atas kunjunganku yang tak direncanakan itu. Yah meski aku tak tahu problem apa yang sedang ia hadapi, tetapi aku tak ingin terlalu ikut campur. Apalagi ditakutkan kalau itu hanya akan menambah pikiran Ardi.
arifbws208e
i4munited
nasihiber
nasihiber dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Ikuti KASKUS di
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.