- Beranda
- Stories from the Heart
PENDAKIAN MISTERIUS GUNUNG LAWU
...
TS
skate1
PENDAKIAN MISTERIUS GUNUNG LAWU

==========================================================================================================
“weekend ini kita pergi ke gunung yuk” tiba tiba hp ku berbunyi ternyata pesan dari grub WA temanku . Kami berempat, aku Rigen Pito dan Pras adalah sahabat karib sejak dari SMA. Dari SMA sampai lulus kuliah sampai sekarang kita selalu bersama sama. Setelah lulus kuliah kita jarang bertemu lagi karena sudah sibuk dengan kegiatan masing masing. Entah hanya wacana atau bukan tiba tiba saja Rigen mengajak kumpul dan muncak. Sejujur nya aku juga kangen kumpul sama mereka.
“kesambet apa lo? Lu kan paling cemen dari dulu gen, sok sok an ngajakin kita naik gunung” Pito membalas. Si Pito ini orang nya emang ceplas ceplos. Dia dan Rigen selalu saja berisik berdebat karena pikiran mereka bertentangan satu sama lain, meski begitu gue gak ambil masalah sama mereka.
“lu yakin mau pergi ke gunung? Kalau gue sih oke aja. Lama gak kumpul sama kalian oke juga kayak nya kalau reuni sambil pergi ke gunung” Pras menimpali. Kalau si Pras ini orang nya kalem tapi tegas. Dia udah kayak pemimpin di kelompok ini, jiwa kebapakan nya udah keliatan sejak kita sering kumpul dan nongkrong dulu pas waktu SMA. Gw kadang curiga jangan jangan sebenernya Pras ini adalah bapak bapak beranak 2 yang lagi nyamar sekolah lagi.

“gw ikut kalian aja lah”. Gw membalas pesan dalam grub tersebut. Diantara 3 teman gw yang lain nya gw yang paling ganteng dari mereka.
, gw selalu ikut kemana mana mereka pergi. Gw tipikal orang yang pendiam. “oke, kalau gitu sabtu kumpul kita siap siap logistik sampai perlengkapan muncak”. Pras membalas disambut dengan pesan siap dari temen temen gw. Gw merasa senang bakal bakal kumpul dan ketemu dengan teman teman gw lagi. Udah lama kita gak ngobrol banyak hal sejak sibuk dengan kesibukan masing masing. Namun hal itu bakal kusesali suatu saat. kalau saja saat itu gw gak ikut naik gunung. Kalau saja gw nolak ajakan Rigen. Semua hal ini tak akan terjadi. Hal yang bakal gw sesali seumur hidup.
Part 1 - Intro
Part 2 - Persiapan
Part 3 - Burung Misterius
Diubah oleh skate1 19-06-2019 11:11
Menthog dan 25 lainnya memberi reputasi
26
18K
91
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
skate1
#26
Burung Misterius
"Semua sudah siap ? ayo kita berangkat".
Pras mengomando kami bertindak seolah pemimpin seperti biasanya. kami berempat akhir nya memulai perjalanan menaklukkan lawu. Saat itu pukul 4 sore. cuaca sangat cerah tidak ada kabut. Angin berhembus sepoi sepoi. Namun aneh nya kami tidak menemui atau berpapasan dengan pendaki lain padahal ini sedang akhir pekan.
"Sore ini cerah banget ya ". gw menimpali sekedar mengisi kesepian.
"Iya cerah banget, tapi suasana nya bener sepi ya, aneh gitu"
"ya iya lah kita ini lagi di gunung gen, lu pikir ini di kota jogja"
"iya tapi hawa pegunungan ini bikin gw merasa gak enak to"
"haha, dari dulu lu emang paling cemen to, lagian kan lu sendiri yang ngajakin kita naik gunung sekarang lu malah bertingkah kaya anak cewek. mending pakai rok aja gen"
Rigen dan Pito udah mulai berdebat lagi, gw diem diem ketawa dalam hati .biasanya memang obrolan yang di omongin Rigen dan Pito itu lebih absurd lagi entah kenapa sejak udah lama gak ketemu dengan mereka berdua, sekarang mereka terlihat lebih normal dari masa masa dulu saat masih kuliah. gw menoleh ke arah lain ada Pras yang sedang diam seolah memerhatikan sesuatu. biasanya kalau Rigen dan Pito udah berdebat si Pras ini yang selalu menengahi.
"Ada apa Pras?"
"Lu perhatiin arah sana ko, liat burung hitam itu enggak?"
gw menengok arah yang di tunjuk Pras. disana terlihat burung bewarna hitam dengan paruh bewarna orange sedang bertengger di atas ranting yang dahan nya kecil. Burung hitam itu duduk bertengger memperhatikan kami.
"iya gw lihat Pras, kayak nya itu burung jalak. kenapa emang nya?
"dia ngikutin kita terus sejak mulai perjalanan."
"masa sih mungkin dia lapar minta makanan ke kita"
"gw udah lempar roti tadi tapi dia ngacuhin gw, cuma lompat lompat di dahan pohon dan terus ngikutin kita"
"gw juga merasa kalau burung itu ngeliatin gw terus sekarang".
Tiba tiba Pito datang melempar batu ke arah burung tersebut. gw dan Pras kaget dengan apa yang Pito lakukan.
"to ngapain lu? jangan ganggu satwa asli sini.Kita disini cuma tamu to, jangan ganggu mereka!"
Pras berteriak keras sambil menatap tajam Pito. Namun Pito nampak tak peduli dengan ucapan Pras. dia melanjutkan berjalan dengan cuek seolah tak terjadi apa apa. gw coba mencari burung yang kena lempar batu pito tadi. Namun burung tadi sudah tidak terlihat lagi. gw yakin tadi batu yang dilempar Pito mengenai kepala burung tersebut.
![kaskus-image]()
"yuk lanjut jalan, keburu malam"
Pito mengajak gw, Rigen dan Pras melanjutkan perjalanan lagi. gw bertiga hanya bisa menghela nafas dan mengiyakan ajakan Pito. Senja mulai merayap matahari nampak bewarna jingga. Bulan tidak kelihatan sama sekali, artinya malam ini untuk tracking kami hanya bisa mengandalkan cahaya dari headlamp dan senter yang kami bawa. dalam keremangan pepohonan hutan gw merasa disana ada sesuatu yang mengawasi. Samar samar gw melihat dua titik cahaya bewarna merah di atas pohon pinus. gw terhenyak dan mencoba fokus dengan apa yg gw lihat.
wusss,, cahaya 2 titik cahaya tadi tiba tiba bergerak dengan cepat. mahluk kecil bersayap itu lewat didepan kepala gw dan menjauh masuk kedalam hutan.
"Ada apa ko? ", Rigen bertanya pada gw, dia mgkin heran kenapa tiba tiba gw bersikap waspada.
"Gpp gen, gw lihat lagi burung jalak yang tadi sore. cuma tadi yg gw ihat mata nya merah",
Rigen cuma diam kemudian dia jalan lagi mendahului kami ke barisan paling depan. gw termenung dan berpikir. gw merasa Rigen menyembunyikan sesuatu dari kami. Senja sudah berganti menjadi gelap, pencahayaan sudah semakin minim. kami hanya berjalan menyusuri jalan setapak dengan pencahayaan dari lampu headlamp. menurutt peta yang gw punya pos 1 gak terlalu jauh. rasanya kami udah berjalan sangat lama tapi belum ada tanda tanda akan sampai di pos 1. gw melirik ke pepohan sekitar dan tiba tiba 2 titik cahaya merah tadi muncul lagi. ada disana. gw hanya bisa mamalingkan muka dan fokus dengan jalan setapak yang mulai menanjak. gw gak bilang ke mereka dan gw yakin itu adalah keputusan yang paing tepat. gw pernah dengar kata teman gw, apapun keanehan yang lu lihat di gunung sebaiknya jangan lu ceritain pas perjalanan. Malam semakin gelap, udara tiba tiba berubah menjadi sangat dingin. Dan dimulailah terror tersebut. Pengalaman yang tidak akan kami lupakan terjadi dalam kurun waktu semalam dalam perjalanan penaklukan Gunung Lawu.
(bersambung)
Pras mengomando kami bertindak seolah pemimpin seperti biasanya. kami berempat akhir nya memulai perjalanan menaklukkan lawu. Saat itu pukul 4 sore. cuaca sangat cerah tidak ada kabut. Angin berhembus sepoi sepoi. Namun aneh nya kami tidak menemui atau berpapasan dengan pendaki lain padahal ini sedang akhir pekan.
"Sore ini cerah banget ya ". gw menimpali sekedar mengisi kesepian.
"Iya cerah banget, tapi suasana nya bener sepi ya, aneh gitu"
"ya iya lah kita ini lagi di gunung gen, lu pikir ini di kota jogja"
"iya tapi hawa pegunungan ini bikin gw merasa gak enak to"
"haha, dari dulu lu emang paling cemen to, lagian kan lu sendiri yang ngajakin kita naik gunung sekarang lu malah bertingkah kaya anak cewek. mending pakai rok aja gen"
Rigen dan Pito udah mulai berdebat lagi, gw diem diem ketawa dalam hati .biasanya memang obrolan yang di omongin Rigen dan Pito itu lebih absurd lagi entah kenapa sejak udah lama gak ketemu dengan mereka berdua, sekarang mereka terlihat lebih normal dari masa masa dulu saat masih kuliah. gw menoleh ke arah lain ada Pras yang sedang diam seolah memerhatikan sesuatu. biasanya kalau Rigen dan Pito udah berdebat si Pras ini yang selalu menengahi.
"Ada apa Pras?"
"Lu perhatiin arah sana ko, liat burung hitam itu enggak?"
gw menengok arah yang di tunjuk Pras. disana terlihat burung bewarna hitam dengan paruh bewarna orange sedang bertengger di atas ranting yang dahan nya kecil. Burung hitam itu duduk bertengger memperhatikan kami.
"iya gw lihat Pras, kayak nya itu burung jalak. kenapa emang nya?
"dia ngikutin kita terus sejak mulai perjalanan."
"masa sih mungkin dia lapar minta makanan ke kita"
"gw udah lempar roti tadi tapi dia ngacuhin gw, cuma lompat lompat di dahan pohon dan terus ngikutin kita"
"gw juga merasa kalau burung itu ngeliatin gw terus sekarang".
Tiba tiba Pito datang melempar batu ke arah burung tersebut. gw dan Pras kaget dengan apa yang Pito lakukan.
"to ngapain lu? jangan ganggu satwa asli sini.Kita disini cuma tamu to, jangan ganggu mereka!"
Pras berteriak keras sambil menatap tajam Pito. Namun Pito nampak tak peduli dengan ucapan Pras. dia melanjutkan berjalan dengan cuek seolah tak terjadi apa apa. gw coba mencari burung yang kena lempar batu pito tadi. Namun burung tadi sudah tidak terlihat lagi. gw yakin tadi batu yang dilempar Pito mengenai kepala burung tersebut.

"yuk lanjut jalan, keburu malam"
Pito mengajak gw, Rigen dan Pras melanjutkan perjalanan lagi. gw bertiga hanya bisa menghela nafas dan mengiyakan ajakan Pito. Senja mulai merayap matahari nampak bewarna jingga. Bulan tidak kelihatan sama sekali, artinya malam ini untuk tracking kami hanya bisa mengandalkan cahaya dari headlamp dan senter yang kami bawa. dalam keremangan pepohonan hutan gw merasa disana ada sesuatu yang mengawasi. Samar samar gw melihat dua titik cahaya bewarna merah di atas pohon pinus. gw terhenyak dan mencoba fokus dengan apa yg gw lihat.
wusss,, cahaya 2 titik cahaya tadi tiba tiba bergerak dengan cepat. mahluk kecil bersayap itu lewat didepan kepala gw dan menjauh masuk kedalam hutan.
"Ada apa ko? ", Rigen bertanya pada gw, dia mgkin heran kenapa tiba tiba gw bersikap waspada.
"Gpp gen, gw lihat lagi burung jalak yang tadi sore. cuma tadi yg gw ihat mata nya merah",
Rigen cuma diam kemudian dia jalan lagi mendahului kami ke barisan paling depan. gw termenung dan berpikir. gw merasa Rigen menyembunyikan sesuatu dari kami. Senja sudah berganti menjadi gelap, pencahayaan sudah semakin minim. kami hanya berjalan menyusuri jalan setapak dengan pencahayaan dari lampu headlamp. menurutt peta yang gw punya pos 1 gak terlalu jauh. rasanya kami udah berjalan sangat lama tapi belum ada tanda tanda akan sampai di pos 1. gw melirik ke pepohan sekitar dan tiba tiba 2 titik cahaya merah tadi muncul lagi. ada disana. gw hanya bisa mamalingkan muka dan fokus dengan jalan setapak yang mulai menanjak. gw gak bilang ke mereka dan gw yakin itu adalah keputusan yang paing tepat. gw pernah dengar kata teman gw, apapun keanehan yang lu lihat di gunung sebaiknya jangan lu ceritain pas perjalanan. Malam semakin gelap, udara tiba tiba berubah menjadi sangat dingin. Dan dimulailah terror tersebut. Pengalaman yang tidak akan kami lupakan terjadi dalam kurun waktu semalam dalam perjalanan penaklukan Gunung Lawu.
(bersambung)
dzakwansw dan 8 lainnya memberi reputasi
9
Tutup