- Beranda
- Stories from the Heart
ILLUSI
...
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
open.minded
#4056
Narration Part 2
Gw menatap Ades dan papahnya dengan seksama. Terlihat ekspresi wajah mereka yang menunjukan rasa tidak percaya, atau rasa bersalah, atau rasa takut, atau juga semua itu. Gw memejamkan mata gw sejenak, lalu menghembuskan nafas untuk membuang emosi yang mulai meningkat ini.
“Gw rasa cukup untuk kita memperdebatkan hal seperti ini. Tidak akan ada respon baik yang akan gw berikan, apapun yang kalian lakukan.”
Gw lalu beranjak dari duduk gw menuju ke kulkas yang ada di dapur untuk mengambil sebuah botol cola di dalamnya. Gw tuangkan cola ini ke masing masing gelas mereka yang sudah kosong sedari tadi. Gw pun kembali duduk ditempat semula lalu mengangkat gelas berisi cola yang gw tadi dan meminumnya. Aaah sepertinya soda dalam cola ini sukses membuat badan gw relax kembali, tidak ada emosi yang gw rasakan sedari tadi tersisa di tubuh gw ini.
“Kalau kalian ingin liburan menikmati eropa, Russia adalah tempat yang salah. Maaf gara gara gw kalian harus mengikuti kemauan Mamah untuk kesini. Sebutin kalian tiinggal di hotel mana, biar gw ganti semua biaya plus tiket pesawat.” ucap gw.
“Ga ga ga, malah kebalikannya, aku sangat suka jalan jalan disini.” jawab Ades
“well sekarang lagi musim gugur, ga dingin, ga panas, cocok untuk jalan jalan, tapi tetep aja, yakin? Russia? Eropa barat bukannya lebih baik?” tanya gw
“Eropa barat? sudah bosen. Aku emang rencana mau jelajahi Eropa Timur, dan dugaanku memang benar, mereka ini sangat unik.”
“Kalo lo suka, bagus deh.” jawab gw singkat.
“Terus kamu gimana?”
“Hm?”
“Apa yang kamu lakukan disini? Kerja? Kuliah? Atau…..” ucap Ades dengan wajah nakalnya
“Atau apa? Jangan sotoy deh, gw disini kerja dan kuliah.”
“Kerja dan kuliah?”
“Kerja dengan tambahan beasiswa kuliah disini.”
“Owh.. hehe.. kukira kamu punya pacar orang sini dari situs jodoh di internet, terus pindah hahahaa.”
“Well kalo pacar-“ gw langsung berhenti berbicara
Pacar. Gw sepertinya melupakan sesuatu. Sesuatu yang penting, yang sepertinya hilang dari kepala gw karena kedatangan tamu tamu yang tidak diundang ini. Pacar. Dan sebuah jawaban pun muncul di kepala gw. VALLI! gw lupa kalau Valli bilang mau kesini hari ini! dan gw lupa untuk mengontak dia agar dia tidak datang, menghindari kemungkinan dia ketemu sama mamah. Gw langsung mengambil hp gw dan langsung menelfon Valli.
“Kenapa kamu Di? tiba tiba pucet gitu..” Ades, dengan ekspresi kebingungannya bertanya ke gw.
“Shush!!”
Gw beranjak dari tempat duduk gw lalu berjalan ke arah dapur, untuk menghindari kuping kuping yang tidak diinginkan. Setelah 15 detik berlalu, suara Valli pun terdengar dari sebrang sana.
“Halo? Adi?! pas banget aku mau nelfon kamu.” ucap Valli membuat firasat gw tidak enak.
“Pas? emang lo dimana sekarang?”
“Aku ada di depan kamar mu, cuman kok dikunci sih?”
Gw langsung memutuskan sambungan itu, lalu langsung berjalan cepat menuju pintu keluar. Gw langsung berjalan ke arah kiri dilorong ini, disana terlihat Valli sedang menggenggam HP nya dengan ekspresi kebingungannya. Gw menghampirinya, bersamaan dengan pandangan dia yang mulai tertuju kepada keberadaan gw yang menghampirinya.
“Adi?! kok kamu keluar dari kamar sebelah? bukannya kamar kamu disini ya?” tanya dia biingung
“Kamar gw masih disini kok, kamar sebelah baru gw beli, khusus untuk tamu.”
“Oh? Tamu? Kerjaan?”
“Bukan. Bukan kerjaan.”
“Kalau begitu teman? hmmm gak mungkin, karena mr.Bushido pernah ke kamarmu. Hmm.. Ah! Pasti keluargamu ya?”
“Yes! Karena itu gw minta maaf ke kamu, please pulang dulu ya? gw janji akan ganti hari ini nanti, sesuai keinginanmu nanti.” ucap gw memohon.
“Hmm proposal yang menarik..” ucap Valli dengan senyum nakalnya.
“jadi..”
“Tapi kenapa kamu ga mau aku ketemu keluargamu? Apakah mereka punnya masalah jika bertemu dengan mereka?”
“Gak. gak. Kamu gak punya masalah apa apa. Dan gw pasti akan perkenalkan kamu ke keluarga gw. Cuman kali ini yang datang adalah keluarga yang salah.” Jelas gw.
“Kenap-“
“Adi?”
Ucapan Valli yang terpotong itu disusul dengan suara seorang wanita yang memanggil nama gw dari belakang. Sontak gw dan Valli mengalihkan perhatian kita ke arah suara itu, tampak disana Mamah dan Anastasya berjalan ke arah kita sambil membawa beberapa kantong yang isinya bahan makanan yang akan dimasak nanti. Gw langsung menutup muka gw dengan kedua telapak tangan gw, merenungkan kecerobohan dan kebodohan gw sejenak.
Agak aneh memang kalau gw sangat tidak suka kalau Valli, pacar gw, bertemu dengan mamah. Mengingat dalam keluarga gw ibu adalah satu satu nya orang yang bisa mengatakan “Ya” untuk calon istri kita, persetujuan ibu adalah hal sakral. Namun tuhan berkata lain, lewat kecorobahan gw untuk memberi tahu Valli agar tidak datang hari ini, mereka bertemu.
Ketiga wanita itu, Mamah, Ades, dan Anastasya, berjalan melewati kamar tempat berkumpul tadi, menuju kami. Gw membalikan posisi gw menghadap mereka dan berdiri tetap di samping kiri Valli. Sementara Valli menaruh tas yang di sandangnya ke lantai.
“Teman kamu Adi? Morning” tanya mamah ke gw, lalu menyapa Valli dengan senyumannya.
“Morning ma’am, i’m-“ sapa Valli ke mamah yang gw potong
“Wanita ini adalah Valerya. Dia pacar Adi disini.” ucap gw memperkenalkan Valli.
“Ohya? Bisa aja kamu cari pacar Di! Cantik Banget!”
“Ohya dan Val, kenalkan Kalinika, Mamah ku. Kamu bisa pakai bahasa inggris untuk berbincang”
Setelah gw perkenalkan, Mamah, Ades dan Valli pun berbincang bincang di lorong itu, sementara gw langsung berjalan menuju kamar yang berisi dengan pria tua itu. Gw duduk di sofa untuk melepas rasa lelah yang datang entah dari mana. Beberapa jam selanjutnya Valli sudah membaur dan akrab dengan mamah dan keluarganya, mereka menanyakan banyak hal tentang kehidupan di sini, dan tidak lupa dengan hubungan dia dengan gw. Entah sudah berapa jam berlalu, mamah dan keluarganya pun pulang ke hotelnya. Gw pun mengantar mamah sampai kedepan pintu kamar, namun Valli lebih memilih mengantarkan mamah sampai keluar pintu apartement di lantai bawah.
Didalam kamar ini hanya menyisakan gw dan Sya. Gw duduk di sofa, dan Sya duduk tepat berlawan dengan gw. Gw menyandarkan badan gw ke sandaran sofa ini sambil menatap atap ruangan mereview apa yang terjadi hari ini. Tak lama kemudian gw alihkan pandangan gw ke Sya, entah kenapa dia seperti ketakutan melihat tatapan gw ini.
“Anastasya, kelakuan gw yang kamu lihat hari ini adalah sesuatu yang buruk, jangan kamu tiru.” ucap gw
“Ya.”
“Seburuk buruk apapun ibumu, kamu tetap harus menghormatinya, menyayanginya. Apa yang gw lakukan adalah hal yang buruk. Sebuah kelakuan yang terlahir dari ego yang besar. Jangan ditiru.”
“Ya.”
“Apa yang kamu lakukan hari ini, menahan gw disaat kehilangan akal sehat, adalah hal yang bagus. Karena itu gw ucapkan terima kasih. Kamu telah bertindak dengan baik. Gw bangga dengan kamu.”
“Ya… Terima kasih…. Adi.” jawab Sya lirih.
Gw beranjak dari tempat duduk gw dan berjalan ke arah Anastasya, gw pelu dia erat erat, gw bisa merasakan keterkejutannya atas pelukan gw ini, namun itu hanya sesaat. Anastasya pun membalas pelukan gw sama eratnya, setelah itu gw bisa mendengar isakan tangisnya di bahu gw. Sepertinya apa yang gw lakukan ketika gw menahan gw tadi berhasil membuat nya takut, sampai menangis.
“Gw minta maaf, gw minta maaf telah memperlihatkan kamu sesuatu yang tidak pantas.”
Tidak ada balasan dari Sya, hanya sebuah anggukan dari kepalanya. Gw usap kepalanya pelan pelan, dan perlahan ia mulai melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya di dada gw, setelah itu, ia memperlihatkan muka cantiknya ke gw, lalu tersenyum.
“Kamu tidak akan pernah salah di mata aku, Adi. Yang aku takutkan adalah jika kelakuanku membuat kamu membenciku.” ucapnya
“Benci adalah sebuah kata yang sangat kuat Sya, dan rasa itu tidak mungkin gw tujukan ke kamu.”
Gw acak acak rambutnya lalu gw kembali ke tempat duduk gw lagi. Sya pun berjalan kedapur untuk membuat minuman buat kita bertiga. Tak lama kemudia pintu pun terbuka, Tampak Valli berjalan masuk dan langsung duduk di samping gw. Gw tau dia akan menanyakan banyak hal setelah bertemu mamah gw. Dan pertanyaan pertama yang ia tanyakan adalah…
“Jadi kamu bukan orang mongolia……? “ tanya Valli
“Hah?” ucap gw kaget mendengar pertanyaannya
“Dulu waktu pertama kali kita bertemu, kamu bilang kamu dari Mongolia tau!!” ucap Valli keras sambil mencubit gw
“Aduh.. iya iya.. eh masa?”
“Kamu lupa?”
“Kamu percaya?”
“IYA!!!!!”
“Hahahahahahahahaa…” tawa gw mendengar jawaban Valli
“Ketawa lagi! malu tau ga aku nanya gimana kabar di Mongolia ke Mamah kamu!”
“Hahaha sorry sorry, dari sekian banyak pertanyaan, kamu malah nanyain hal aneh gini hahaha.”
“Ga aneh! ini penting Adiiii.” Balasnya sambil mencubit gw lagi.
“Aduh! iya iya. ampun.”
“Apa yang terjadi antara Kamu dan Mamah kamu, aku tidak akan menilainya, itu antara kamu dan Mamahmu. Lagian aku tidak punya hak untuk menilaimu ,ketika aku juga punya rasa yang sama dengan Papahku” Ucapnya
“Kamu..”
“Adi.. Terima kasih sudah mempertemukanku dengan mamahmu.” ucapnya sambil menatap mata gw
“Ya.”
“Giliranku untuk memperkenalkanmu ke keluargaku. Ayo kita ke Finland kalau kamu punya waktu libur, ajak Anastasya juga.”
“Gw rasa cukup untuk kita memperdebatkan hal seperti ini. Tidak akan ada respon baik yang akan gw berikan, apapun yang kalian lakukan.”
Gw lalu beranjak dari duduk gw menuju ke kulkas yang ada di dapur untuk mengambil sebuah botol cola di dalamnya. Gw tuangkan cola ini ke masing masing gelas mereka yang sudah kosong sedari tadi. Gw pun kembali duduk ditempat semula lalu mengangkat gelas berisi cola yang gw tadi dan meminumnya. Aaah sepertinya soda dalam cola ini sukses membuat badan gw relax kembali, tidak ada emosi yang gw rasakan sedari tadi tersisa di tubuh gw ini.
“Kalau kalian ingin liburan menikmati eropa, Russia adalah tempat yang salah. Maaf gara gara gw kalian harus mengikuti kemauan Mamah untuk kesini. Sebutin kalian tiinggal di hotel mana, biar gw ganti semua biaya plus tiket pesawat.” ucap gw.
“Ga ga ga, malah kebalikannya, aku sangat suka jalan jalan disini.” jawab Ades
“well sekarang lagi musim gugur, ga dingin, ga panas, cocok untuk jalan jalan, tapi tetep aja, yakin? Russia? Eropa barat bukannya lebih baik?” tanya gw
“Eropa barat? sudah bosen. Aku emang rencana mau jelajahi Eropa Timur, dan dugaanku memang benar, mereka ini sangat unik.”
“Kalo lo suka, bagus deh.” jawab gw singkat.
“Terus kamu gimana?”
“Hm?”
“Apa yang kamu lakukan disini? Kerja? Kuliah? Atau…..” ucap Ades dengan wajah nakalnya
“Atau apa? Jangan sotoy deh, gw disini kerja dan kuliah.”
“Kerja dan kuliah?”
“Kerja dengan tambahan beasiswa kuliah disini.”
“Owh.. hehe.. kukira kamu punya pacar orang sini dari situs jodoh di internet, terus pindah hahahaa.”
“Well kalo pacar-“ gw langsung berhenti berbicara
Pacar. Gw sepertinya melupakan sesuatu. Sesuatu yang penting, yang sepertinya hilang dari kepala gw karena kedatangan tamu tamu yang tidak diundang ini. Pacar. Dan sebuah jawaban pun muncul di kepala gw. VALLI! gw lupa kalau Valli bilang mau kesini hari ini! dan gw lupa untuk mengontak dia agar dia tidak datang, menghindari kemungkinan dia ketemu sama mamah. Gw langsung mengambil hp gw dan langsung menelfon Valli.
“Kenapa kamu Di? tiba tiba pucet gitu..” Ades, dengan ekspresi kebingungannya bertanya ke gw.
“Shush!!”
Gw beranjak dari tempat duduk gw lalu berjalan ke arah dapur, untuk menghindari kuping kuping yang tidak diinginkan. Setelah 15 detik berlalu, suara Valli pun terdengar dari sebrang sana.
“Halo? Adi?! pas banget aku mau nelfon kamu.” ucap Valli membuat firasat gw tidak enak.
“Pas? emang lo dimana sekarang?”
“Aku ada di depan kamar mu, cuman kok dikunci sih?”
Gw langsung memutuskan sambungan itu, lalu langsung berjalan cepat menuju pintu keluar. Gw langsung berjalan ke arah kiri dilorong ini, disana terlihat Valli sedang menggenggam HP nya dengan ekspresi kebingungannya. Gw menghampirinya, bersamaan dengan pandangan dia yang mulai tertuju kepada keberadaan gw yang menghampirinya.
“Adi?! kok kamu keluar dari kamar sebelah? bukannya kamar kamu disini ya?” tanya dia biingung
“Kamar gw masih disini kok, kamar sebelah baru gw beli, khusus untuk tamu.”
“Oh? Tamu? Kerjaan?”
“Bukan. Bukan kerjaan.”
“Kalau begitu teman? hmmm gak mungkin, karena mr.Bushido pernah ke kamarmu. Hmm.. Ah! Pasti keluargamu ya?”
“Yes! Karena itu gw minta maaf ke kamu, please pulang dulu ya? gw janji akan ganti hari ini nanti, sesuai keinginanmu nanti.” ucap gw memohon.
“Hmm proposal yang menarik..” ucap Valli dengan senyum nakalnya.
“jadi..”
“Tapi kenapa kamu ga mau aku ketemu keluargamu? Apakah mereka punnya masalah jika bertemu dengan mereka?”
“Gak. gak. Kamu gak punya masalah apa apa. Dan gw pasti akan perkenalkan kamu ke keluarga gw. Cuman kali ini yang datang adalah keluarga yang salah.” Jelas gw.
“Kenap-“
“Adi?”
Ucapan Valli yang terpotong itu disusul dengan suara seorang wanita yang memanggil nama gw dari belakang. Sontak gw dan Valli mengalihkan perhatian kita ke arah suara itu, tampak disana Mamah dan Anastasya berjalan ke arah kita sambil membawa beberapa kantong yang isinya bahan makanan yang akan dimasak nanti. Gw langsung menutup muka gw dengan kedua telapak tangan gw, merenungkan kecerobohan dan kebodohan gw sejenak.
Agak aneh memang kalau gw sangat tidak suka kalau Valli, pacar gw, bertemu dengan mamah. Mengingat dalam keluarga gw ibu adalah satu satu nya orang yang bisa mengatakan “Ya” untuk calon istri kita, persetujuan ibu adalah hal sakral. Namun tuhan berkata lain, lewat kecorobahan gw untuk memberi tahu Valli agar tidak datang hari ini, mereka bertemu.
Ketiga wanita itu, Mamah, Ades, dan Anastasya, berjalan melewati kamar tempat berkumpul tadi, menuju kami. Gw membalikan posisi gw menghadap mereka dan berdiri tetap di samping kiri Valli. Sementara Valli menaruh tas yang di sandangnya ke lantai.
“Teman kamu Adi? Morning” tanya mamah ke gw, lalu menyapa Valli dengan senyumannya.
“Morning ma’am, i’m-“ sapa Valli ke mamah yang gw potong
“Wanita ini adalah Valerya. Dia pacar Adi disini.” ucap gw memperkenalkan Valli.
“Ohya? Bisa aja kamu cari pacar Di! Cantik Banget!”
“Ohya dan Val, kenalkan Kalinika, Mamah ku. Kamu bisa pakai bahasa inggris untuk berbincang”
Setelah gw perkenalkan, Mamah, Ades dan Valli pun berbincang bincang di lorong itu, sementara gw langsung berjalan menuju kamar yang berisi dengan pria tua itu. Gw duduk di sofa untuk melepas rasa lelah yang datang entah dari mana. Beberapa jam selanjutnya Valli sudah membaur dan akrab dengan mamah dan keluarganya, mereka menanyakan banyak hal tentang kehidupan di sini, dan tidak lupa dengan hubungan dia dengan gw. Entah sudah berapa jam berlalu, mamah dan keluarganya pun pulang ke hotelnya. Gw pun mengantar mamah sampai kedepan pintu kamar, namun Valli lebih memilih mengantarkan mamah sampai keluar pintu apartement di lantai bawah.
Didalam kamar ini hanya menyisakan gw dan Sya. Gw duduk di sofa, dan Sya duduk tepat berlawan dengan gw. Gw menyandarkan badan gw ke sandaran sofa ini sambil menatap atap ruangan mereview apa yang terjadi hari ini. Tak lama kemudian gw alihkan pandangan gw ke Sya, entah kenapa dia seperti ketakutan melihat tatapan gw ini.
“Anastasya, kelakuan gw yang kamu lihat hari ini adalah sesuatu yang buruk, jangan kamu tiru.” ucap gw
“Ya.”
“Seburuk buruk apapun ibumu, kamu tetap harus menghormatinya, menyayanginya. Apa yang gw lakukan adalah hal yang buruk. Sebuah kelakuan yang terlahir dari ego yang besar. Jangan ditiru.”
“Ya.”
“Apa yang kamu lakukan hari ini, menahan gw disaat kehilangan akal sehat, adalah hal yang bagus. Karena itu gw ucapkan terima kasih. Kamu telah bertindak dengan baik. Gw bangga dengan kamu.”
“Ya… Terima kasih…. Adi.” jawab Sya lirih.
Gw beranjak dari tempat duduk gw dan berjalan ke arah Anastasya, gw pelu dia erat erat, gw bisa merasakan keterkejutannya atas pelukan gw ini, namun itu hanya sesaat. Anastasya pun membalas pelukan gw sama eratnya, setelah itu gw bisa mendengar isakan tangisnya di bahu gw. Sepertinya apa yang gw lakukan ketika gw menahan gw tadi berhasil membuat nya takut, sampai menangis.
“Gw minta maaf, gw minta maaf telah memperlihatkan kamu sesuatu yang tidak pantas.”
Tidak ada balasan dari Sya, hanya sebuah anggukan dari kepalanya. Gw usap kepalanya pelan pelan, dan perlahan ia mulai melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya di dada gw, setelah itu, ia memperlihatkan muka cantiknya ke gw, lalu tersenyum.
“Kamu tidak akan pernah salah di mata aku, Adi. Yang aku takutkan adalah jika kelakuanku membuat kamu membenciku.” ucapnya
“Benci adalah sebuah kata yang sangat kuat Sya, dan rasa itu tidak mungkin gw tujukan ke kamu.”
Gw acak acak rambutnya lalu gw kembali ke tempat duduk gw lagi. Sya pun berjalan kedapur untuk membuat minuman buat kita bertiga. Tak lama kemudia pintu pun terbuka, Tampak Valli berjalan masuk dan langsung duduk di samping gw. Gw tau dia akan menanyakan banyak hal setelah bertemu mamah gw. Dan pertanyaan pertama yang ia tanyakan adalah…
“Jadi kamu bukan orang mongolia……? “ tanya Valli
“Hah?” ucap gw kaget mendengar pertanyaannya
“Dulu waktu pertama kali kita bertemu, kamu bilang kamu dari Mongolia tau!!” ucap Valli keras sambil mencubit gw
“Aduh.. iya iya.. eh masa?”
“Kamu lupa?”
“Kamu percaya?”
“IYA!!!!!”
“Hahahahahahahahaa…” tawa gw mendengar jawaban Valli
“Ketawa lagi! malu tau ga aku nanya gimana kabar di Mongolia ke Mamah kamu!”
“Hahaha sorry sorry, dari sekian banyak pertanyaan, kamu malah nanyain hal aneh gini hahaha.”
“Ga aneh! ini penting Adiiii.” Balasnya sambil mencubit gw lagi.
“Aduh! iya iya. ampun.”
“Apa yang terjadi antara Kamu dan Mamah kamu, aku tidak akan menilainya, itu antara kamu dan Mamahmu. Lagian aku tidak punya hak untuk menilaimu ,ketika aku juga punya rasa yang sama dengan Papahku” Ucapnya
“Kamu..”
“Adi.. Terima kasih sudah mempertemukanku dengan mamahmu.” ucapnya sambil menatap mata gw
“Ya.”
“Giliranku untuk memperkenalkanmu ke keluargaku. Ayo kita ke Finland kalau kamu punya waktu libur, ajak Anastasya juga.”
bonita71 dan 46 lainnya memberi reputasi
47
