sangorangbiasaAvatar border
TS
sangorangbiasa
Pengalaman Tes HIV
Hai temen-temen kaskus, di threat pertama gw ini gw mau share pengalaman gw baru-baru ini yang menurut gw terlalu berharga untuk gw simpen sendiri. Jadi bermula dari beberapa bulan lalu dimana gw khilaf melakukan seks berisiko dengan seseorang yang baru gw kenal. Gw melakukannya cuma satu kali kemudian setelah itu gw tertular penyakit menular seksual sehingga gw harus bolak balik ke dokter untuk berobat. Kata dokter sih gw kena jamur. Setelah 2 kali ke dokter akhirnya gw sembuh dari penyakit itu. Namun dalam perjalanan gw mencari tau mengenai penyakit yang gw derita, gw dapet informasi bahwa orang yang terekspose penyakit itu berarti memiliki risiko yang besar untuk tertular hiv.

Dari situ gw udah mulai gelisah dan terus kepikiran mengenai penyakit hiv yang mungkin aja udah masuk ke tubuh gw. Gw mencari tau mengenai tes hiv di internet dan gw mendapat informasi bahwa kalo mau virus ini punya yang namanya window period. Window period adalah masa dimana virus sudah masuk ke tubuh kita, namun tes hiv  yang dilakukan akan menunjukkan hasil negative. Window period ini berlangsung kurang lebih 3 bulan. Oleh karena itu bagi orang yang merasa berisiko disarankan untuk melakukan tes setelah 3 bulan terekspos risiko tersebut untuk mendapatkan hasil yang akurat. Jadilah gw menunggu sampe 3 bulan.

Setelah 3 bulan, perasaan cemas dan parno terus menghantui hari-hari gw, selama beberapa malam gw gak bisa tidur sama sekali karena perasaaan ini. Suatu malam dimana gw gak bisa tidur sama sekali, gw terus menggali di internet mengenai penyakit ini mulai dari lokasi tes yang friendly di Jakarta (kebetulan gw tinggal di Jakarta). Gw dapet beberapa lokasi tes yang menurut beberapa blogger sangat friendly dan private untuk tes hiv, yaitu di klinik procare PKBI DKI di jaktim, ruang carlo di rs santo carolus jakpus dan klinik angsa merah. Di PKBI DKI dan rs santo carolus katanya sih gratis, untuk klinik angsa merah katanya berbayar. Akhirnya gw memilih yang gratisan, berharap dapet yang gratisan hehe. Terus gw cari foto2 dari 2 klinik tersebut dan menurut gw lokasi yang lebih nyaman itu di ruang carlo rs santo carolus.
Setelah dapet keputusan tempatnya, gw masih terhalangi dengan keraguan gw tentang gimana gw menyikapinya kalo misalkan ternyata hasil tes gw positive. Mental gw harus siap, karena gw dateng sendiri, gak lucu dan berabe juga kalo gw akhirnya pingsan di tempat. Gw mencari-cari artikel tentang ODHA (Orang dengan HIV/Aids), tentang bagaimana mereka mendapat pengobatan, bagaimana mereka menjalani kehidupan, apakah mereka tetep bisa berkarir dan berkeluarga.

Informasi yang gw dapet di internet, pengobatan yang diberikan ke orang yang positive HIV itu adalah obat arv, dimana obat ini harus diminum secara terus menerus seumur hidup oleh orang yang positive hiv. Diminumnya satu hari dua kali, obat ini terdiri atas 3 level tergantung seberapa parah HIV nya mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Untungnya obat ini tersedia secara gratis karena ada subsidi dari pemerintah. Dulu di tahun 90 an obat ini sangat mahal dan harus didapatkan dari singapura, sekarang akses terhadap obat itu sudah sangat mudah dan murah. Semakin cepat seseorang yang terkena hiv di “terapi” dengan menggunakan obat tersebut maka memungkinkan orang tersebut untuk dapat survive lebih lama hidup dengan virus tersebut. Obat ini tidak menyembukan HIV tapi hanya menjinakkannya saja.

Mengenai kesempatan ODHA untuk berkarir dan berkeluarga hampir sama dengan orang biasa, ODHA juga masih bisa terus berkarir dan memiliki anak. Untuk perihal memiliki anak, tentunya ODHA harus melalui treatment tertentu yaitu pengecekan jumlah atau persentase virus di dalam darahnya harus rendah , di level tertentu ODHA tidak dapat menularkan virus tersebut saat berhubungan seksual. Oleh karena itu ODHA harus terus berkonsultasi ke dokter untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk berhubungan tanpa menggunakan kondom untuk memiliki anak. Begitu juga saat melahirkan, ibu dengan hiv dapat melahirkan dengan normal melalui vagina, namun risiko penularan akan lebih rendah jika dengan cara caesar.

Setelah mendapat informasi-informasi tersebut, moral gw mulai kuat dan mantap sehingga keesokan paginya gw memutuskan untuk tes hiv di ruang carlo. Dengan langkah gontai pagi itu gw berangkat dengan ojol ke rs santo carolus. Setiba di sana gw tanya ke resepsionis lokasi ruang carlo, tapi karena petunjuk yang dikasih oleh resepsionis ke gw kurang jelas jadinya gw perlu nanya lagi kebetulan gw ketemu seorang suster, oleh suster tersebut gw dianter ke ruang carlo.

Saat masuk ke ruang carlo gw langsung dihadapkan ke meja pendaftaran, gw diinformasikan kalo gw perlu membayar biaya admin sebesar 100 ribu, loh kok bayar hahaha tapi gak pa2 deh orang cuma segitu juga. Biaya admin tersebut untuk tes hiv dan sifilis, kalo mau sekalian tes gonorrhea harus nambah lagi 30 ribu. Kemudian gw dikasih 2 form totalnya 3 lembar untuk diisi, gw gak terlalu baca detail formnya, yang jelas harus ngisi data identitas dan memberikan beberapa persetujuan dengan paraf dan tanda tangan. Gw dapet nomor urut xx. Ruang carlo ini terdiri atas 2 ruang tunggu dan beberapa kamar periksa. Di ruang tunggu saat itu gw nemuin beberapa orang, beberapa diantaranya menggunakan masker.

Gw nunggu sekitar 20 menitan untuk diambil sampel darah. Gw deg degan luar biasa. Setelah dipanggil oleh seorang suster, gw sama suster masuk ke ruangan periksa. Di dalam ruangan suster nanya mengenai terakhir kali berhubungan seksual, terus dia nunjukkin jarum suntik yang masih di segel. Terus susternya nawarin apakah mau di tes untuk gonorrhea nya jg atau gak, tapi untuk tes gonorrhea samplenya bukan darah seperti tes sifilis dan hiv. Jadinya gw memilih cuma tes sifilis dan hiv. Prosedur pengambilan darahnya sama kayak prosedur pengambilan darah biasa untuk Medical Check Up. Suster mencari urat nadi sebelah kanan terus memasukkan jarum suntik, suster nyiapin 2 buah tabung sample. Setelah pengambilan sample selesai gw dipersilahkan ke ruang tunggu, gak lama kemudian dipanggil sama cashier untuk bayar biaya administrasi yang tadi.

Kemudian gw disuruh nunggu hasil tes keluar sekitar 1 jam. Di ruang tunggu ada lumayan banyak orang, tapi kode nomor antriannya berbeda, kalo kode antrian yang gw dapet cuma nomor doang, tapi antrian lain ada yang kode antriannya di awalin dengan huruf A di depan, dugaan gw sih mungkin itu untuk antrian yang ambil obat sambil konsultasi.

Setelah kurang lebih satu jam seorang suster manggil beberapa nomor antrian, kemudian kami (gw dan beberapa pasien lainnya) disuruh masuk ke dalam 1 kamar pemeriksaan. Suster tersebut memberikan konseling kepada kami, suster memperkenalkan beberapa penyakit menular seksual dengan gambar serta menjelaskan ciri-cirinya, kemudian suster juga menyampaikan bahwa dengan kehendak tuhanlah sehingga kami diberikan kekuatan untuk melangkahkan kaki ke ruang carlo, dan karena keinginan untuk hidup dengan lebih baiklah sehingga kami memutuskan untuk melakukan tes hiv. Oleh karena itu kita harus berterimakasih kepada tuhan yang telah memberikan anugerah dan petunjuk kepada kami dengan tidak menyia-nyiakan hidup. Suster juga menjelaskan mengenai beberapa pasien yang ditanganinya, ada yang berusia sangat muda. Suster juga menerangkan bahwa jika benar positive maka selanjutnya akan menjadwalkan dengan dokter untuk pengobatan meskipun nantinya memilih untuk tidak berobat di carlo, suster menyarankan untuk mencari tempat yang benar-benar memantau kondisi pasien secara berkala. Hal ini dikarenakan obat ARV merupakan obat yang sangat keras sehingga bisa menganggu fungsi ginjal dan hati.

Setelah konseling bersama-sama, selanjutnya waktunya membuka hasil tes. Pembukaan hasil tes ini dilakukan satu per satu secara private. Pada saat tiba giliran saya dipanggil untuk konseling pribadi, dengan langkah tertatih saya buka pintu kamar periksa di dalam suster sudah siap dengan hasil tes saya di dalam amplop yang masih bersegel. Suster membuka percapakan dengan kalimat-kalimat motivasi bahwa hasil ini apapun hasilnya merupakan anugerah dari tuhan dan bentuk kasih sayang tuhan kepada saya. Kemudian suster membuka amplop hasil tes saya dan mengabarkan kalo saya negative. Emosi saya pecah di sana saya menangis, suster berkata betapa cintanya tuhan kepada saya sehingga diberikan kesempatan hidup yang lebih baik untuk saya manfaatkan dengan lebih baik lagi untuk memulai mencintai dan menghargai diri sendiri serta bersyukur atas nikmat waktu dan kesehatan yang diberikan tuhan.

Kemudian saya sempat bertanya kepada suster, apakah benar ARV itu gratis, jawaban dari suster adalah obatnya memang gratis namun ada biaya admin setiap pengambilan obat sebesar 80 ribu rupiah. Pengambilan obat biasanya dilakukan sebulan sekali. Kemudian saya tanyakan pasien suster yang paling lama bertahan berapa tahun, katanya ada pasien suster yang bertahan hingga 15 tahun. Tapi ya itu kata suster jangan sampai terlambat karena beberapa pasien ada yang hanya bertahan 1 tahun setelah dinyatakan positive HIV. Menurut suster, beberapa dokter kadang sering keliru dalam mengobati penyakit yang terkait dengan HIV seperti misalnya kulit ruam gatal-gatal, diare, TBC, meningitis dsb, yang diobati oleh dokternya hanya penyakit gatal-gatalnya saja atau diarenya saja, atau TBC nya saja, tanpa mencari tau akar permasalahan dari penyakit tersebut bisa saja HIV. Tau-tau sudah terlambat dan pasien tidak dapat diselamatkan. Kalo di rs carlo apabila ada pasien yang terkena TB paru pasti akan ditawarkan untuk tes HIV. Begitu kurang lebih keterangan dari susternya.

Dari cerita saya ini, teman-teman di luar sana pasti sangat banyak yang merasakan hal yang mungkin sama dengan saya berkecamuk dalam hati, tidak bisa tidur, takut dan bimbang untuk melakukan tes hiv. Tentunya hasil tes pasti antara dua yaitu positive atau negative. Untuk melangkah mengambil tes tersebut kita harus siap positive dan juga siap negative. Lebih baik kita tau lebih cepat (tentunya setelah masa window period) dibandingkan kita hanya berasumsi saja sebelum semuanya terlambat. Karena sekali virus tersebut masuk ke dalam tubuh kita maka selamanya virus itu akan ada dalam darah kita. Semakin cepat kita tau maka semakin cepat kita menerima pengobatan ARV maka kemungkinan harapan hidup kita pun semakin besar. Maka cintailah diri kita dan mulailah melangkah meskipun dengan langkah gontai.
Terimakasih sudah membaca thread saya ini semoga memberikan informasi yang berguna.


Diubah oleh sangorangbiasa 12-06-2019 04:52
KnightDruid
someshitness
cantik2502
cantik2502 dan 21 lainnya memberi reputasi
22
23.4K
68
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Heart to Heart
Heart to HeartKASKUS Official
21.6KThread27.2KAnggota
Tampilkan semua post
akubukanjoniAvatar border
akubukanjoni
#14
Quote:


tergantung ketahanan tubuh orangnya, malah ada yg ga tahan sama efek samping obatnya. ada juga kasus yg sembuh total dari hiv setelah kebetulan jalanin cangkok sumsum tulang belakang.
Diubah oleh akubukanjoni 12-06-2019 08:52
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.