- Beranda
- Stories from the Heart
Tanah Pemakaman (Zombie Apocalypse Survival)
...
TS
irazz1234
Tanah Pemakaman (Zombie Apocalypse Survival)
Met pagi momodku tercinta dan met pagi juga kaskuser semua.
Kali ini gw mau bikin cerita yang bertema Horror Survival Zombie Apocalypse.
Tema cerita yang cukup jarang ada di Kaskus SFTH
Oh iya, gw juga sempet bikin cerita yang bertema sama di sini (masih on going). Jadi sambil nunggu apdetan, kalian bisa juga ikut baca thread gw yang lain
Dunia Para Monster (Zombie Apocalypse Story)
Bagi mereka yang bosan dengan tema cinta-cintaan, boleh mantengin thread gw yang satu ini
Anyway, selamat membaca
Chapter 0 : Prologue
Chapter 1 : A Brave New World
Chapter 2 : Hard Road Ahead
Chapter 3 : Old Friend
Chapter 4 : A Bargain
Chapter 5 : Family Ties
Chqpter 6 : Carry Me Home
Chapter 7 : See No Evil
Chapter 8 : Crossing Over
Chapter 9 : Unto Himself
Chapter 10 : The Doctor Is Out
Chapter 11 : Home Sweet Home
Chapter 12 : Mindless Over Matter
Chapter 13 : Awakening
Chapter 14 : Home, Sweet Home
Chapter 15 : This Is My Country
Chapter 16 : A Small World
Chapter 17 : A Moving Day
Kali ini gw mau bikin cerita yang bertema Horror Survival Zombie Apocalypse.
Tema cerita yang cukup jarang ada di Kaskus SFTH
Oh iya, gw juga sempet bikin cerita yang bertema sama di sini (masih on going). Jadi sambil nunggu apdetan, kalian bisa juga ikut baca thread gw yang lain

Dunia Para Monster (Zombie Apocalypse Story)
Bagi mereka yang bosan dengan tema cinta-cintaan, boleh mantengin thread gw yang satu ini

Anyway, selamat membaca

Spoiler for INDEX STORY:
Chapter 0 : Prologue
Chapter 1 : A Brave New World
Chapter 2 : Hard Road Ahead
Chapter 3 : Old Friend
Chapter 4 : A Bargain
Chapter 5 : Family Ties
Chqpter 6 : Carry Me Home
Chapter 7 : See No Evil
Chapter 8 : Crossing Over
Chapter 9 : Unto Himself
Chapter 10 : The Doctor Is Out
Chapter 11 : Home Sweet Home
Chapter 12 : Mindless Over Matter
Chapter 13 : Awakening
Chapter 14 : Home, Sweet Home
Chapter 15 : This Is My Country
Chapter 16 : A Small World
Chapter 17 : A Moving Day
Diubah oleh irazz1234 16-06-2019 09:37
nomorelies dan 12 lainnya memberi reputasi
13
6.7K
Kutip
46
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
irazz1234
#20
Chapter 11 : Home Sweet Home
Spoiler for :
"Jadi," Michael Rayanson berkata saat mengamati dermaga Cape Cod. "Inilah akhir pemberhentiannya."
Banyak dari penduduk warga U.S yang telah porak poranda, menggunakan perahu untuk dapat pergi melarikan diri keluar dari negara ini. Para zombie-zombie pun mengejar mereka yang tengah berupaya kabur, hingga akhirnya makhluk itu berkumpul di dermaga.
Dan disanalah mereka berkumpul.
Bahkan di Boston, Michael dan kawan-kawan yang berbaju-armor pun tidak pernah melihat zombie sebanyak ini. Ratusan jumlahnya, berkerumun di dermaga, dengan erangan yang terdengar menyeramkan. Beberapa bahkan terlihat berada di dalam kapal.
"Ayolah." Kata Matthew Ericsson sambil mengisi peluru di selongsong pistolnya. "Kita semua tahu keadaan akan seburuk ini."
"Yeah, tapi ada batasnya dimana keadaan bisa disebut sangat buruk, Matt." Jawab Michael. "Tapi yang satu ini, sungguh diluar batas."
Matt memandangi bawah bukit tempat mereka berdiri, dengan pemandangan lautan manusia yang tak berdenyut. Sejujurnya, ia pun merasa khawatir. Ketika keputusan telah dibuat untuk pergi menuju pulau, ia berharap dermaga ini tidak diserbu oleh zombie, dan mereka akan berpindah ketika sudah tidak ada lagi 'makanan' disini. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun, sambil tetap mengisi butir-butir peluru, lalu memasukkannya ke dalam pistol. Suara klik saat pistolnya terisi, terdengar seperti suara nyanyian pengantar tidur di tanah para zombie.
"Tidak akan terjadi apa-apa." Hanya itu jawabannya. "John!"
John Kasada menengok saat ia sedang memasak ravioli kalengan di atas kompor propane kecil yang waktu itu 'diambil alih' dari supermarket.
Raut wajah Matt yang kaku seketika berubah menjadi sebuah senyuman nyengir yang lebar. "Saatnya untuk menunjukkan ide brilian mu yang lain, pak supir."
---
Perahu yang mereka pilih, cukup untuk mengangkut segrup turis, dan cukup lebar untuk dapat mengangkut beberapa buah mobil. Sebuah pilihan yang bagus, mengingat ide 'brilian' pak supir dirasa agak mengkhawatirkan, karena mereka harus berhenti beberapa kali. Yang lainnya sedang 'memandikan' zombie dengan timah panas, saat Michael dan John berlari menuju geladak.
Di dalam ruang kemudi kapal terlihat sang kapten, dengan satu bagian lengan yang hilang, dan luka besar disertai nanah terlihat menetes dari wajahnya. Makhluk itu dengan cepat berbalik badan, lalu menerjang ke arah dua daging-segar-hidup yang baru saja datang. John telah bersiap, mengayunkan kapaknya dengan gerakan membelah, menghancurkan kepala zombie itu dengan sekali tebasan. Lantai dipenuhi darah dan serpihan otak yang terburai.
Michael menginjak tubuh kaku di atas lantai. "Ayo kita periksa apakah gerobak-air ini masih dapat bergerak."
Di dek kapal, keadaan seketika berubah. Dari situasi yang tadinya 'hampir berjalan semestinya', berubah menjadi 'oh tuhan kenapa hal seperti ini terjadi sekarang'. Mereka bertahan di sebuah tali yang cukup tipis. Para zombie sepertinya menyadari kedatangan mereka, dan ratusan dari mereka pun segera datang menyerang. Beberapa terlihat tetap memaksa maju meski telah berada di pinggir dek, satu persatu akhirnya tercebur ke air. Laut Atlantik yang sedang surut saat itu, menampilkan tangan-tangan yang dengan putus asa menggapai-gapai untuk naik ke dalam kapal.
Matt dengan tak hentinya mengayunkan kapak, menebas dan memotong zombie yang nekat mendekat dengan mudah. Ron Birm berdiri di sampingnya dengan menggenggam sebuah golok, tumpukan mayat zombie yang telah mati terlihat di bawah kakinya. Anggota yang lain menembak tiada henti, lebih sering luput daripada mengenai sasaran. Ketika pelurunya habis, daripada mengisi ulang amunisi, James Cater Dan Kaitlin Comeau malah berlari balik ke dalam bis, dan bersembunyi di bawah bangku.
Dalam beberapa menit, tumpukan mayat zombie sudah melebihi dua meter. Makhluk-makhluk itu terus berdatangan, memanjat tumpukan mayat di depannya. Tiba-tiba, Jake Marlow terjatuh ke bawah, dengan dua zombie berada di atasnya. Sarah Kern membidik senjatanya untuk menyelamatkan suaminya. Ron berlari dengan cepat menuju keduanya, menendang zombie yang hendak menerkam Sarah, lalu menebas dua kepala zombie yang hendak memangsa Jake dengan kapaknya. Matt kemudian datang bergabung.
Jake dan Sarah berdiri dengan gemetaran, dengan kulit mereka berubah pucat. Tanpa berpikir, keduanya berlari meninggalkan Ron dan Matt, menuju ke dalam bis untuk bergabung dengan yang lainnya di bawah bangku.
Gigitan, banyak sekali gigitan. Matt merasakan di tubuhnya seperti serbuan sengatan lebah. Sensasi yang aneh menggerogotinya, meskipun baju pelindungnya dapat mencegah zombie menggigitnya, namun kepanikan membuatnya merasa seperti sedang telanjang.
Saat jumlah zombie yang menindih Matthew semakin banyak, membuatnya mulai kesulitan bernafas. Pikirannya sempat teralihkan saat ingatan tentang kedua kucing yang dipeliharanya muncul. Kedua kucing itu senang bermain dan menggigiti Matthew, dan ia merasakan sensasi aneh yang sama sekarang.
Dari bawah bangku bis, ke empat mantan jurnalis dapat mendengar suara lain diantara suara raungan zombie. Sebuah suara teriakan marah seorang manusia yang terdengar cukup lantang. Suara yang lahir dari amarah dan keputusasaan, memenuhi udara saat Matthew mulai bangkit dan mendorong zombie-zombie yang menindihnya mundur. Ia lalu menarik pistolnya dan mulai menembaki zombie itu satu demi satu.
Ketika ada zombie yang berhasil mendekat dan mencoba menggigit pinggangnya, Matthew memasukkan ujung pistolnya yang panas ke dalam mulut zombie itu dan menarik pelatuk pistolnya berkali-kali hingga pelurunya habis. Setelah pelurunya habis, ia membuangnya, lalu mengambil kapak andalannya, dan mulai menebas dan memotong zombie-zombie yang tersisa.
Di tahun-tahun yang akan datang, Ron mungkin akan menceritakan kisah ini kepada cucu-cucunya di malam Halloween. Di satu masa dimana ada sebuah monster yang lebih jahat dari hantu manapun, datang dan meneror desa. Bagaimana monster itu menghancurkan semua yang berada di depannya, dan tertawa jahat saat membunuh korbannya. Mata anak-anak akan menyiratkan rasa takut saat bagian dimana monster itu beraksi diceritakannya. Kakek Ron akan menceritakan saat monster itu menggenggam senjata kapaknya yang berlumuran darah korban yang dibunuhnya, lalu menghantam zombie terdekat, kemudian memotong lengan zombie itu, dan menarik usus zombie itu yang terburai keluar, dan memandikan zombie itu dengan darahnya sendiri. Lalu cerita itu akan mencapai klimaksnya saat anak-anak berteriak dan menutup mulutnya, dimana kakek Ron bercerita tentang zombie-zombie itu mulai mundur ketakutan saat melihat monster yang bermata merah itu beraksi. Walaupun sudah menjadi rahasia umum bahwa zombie tidak mengenal rasa takut.
Kemudian terdengar deruman mesin kapal, menambah semarak suara di sekitar dermaga, kapal itu pun perlahan-lahan melaju. Membuat beberapa zombie terjatuh ke dalam air, dan tenggelam seperti batu.
Mendengar suara itu, zombie yang tersisa mulai berjalan menjauhi Mattew, sebuah keputusan yang mungkin akan mereka sesali, jika saja mereka dapat berpikir. Matthew dapat dengan mudah membunuh mereka. Memotong kaki, tangan, punggung, lalu menghancurkan kepala. Ia terus menyerang zombie-zombie itu dengan mudahnya karena mereka lebih tertarik dengan suara deru kapal.
Michael dan John melihat dari atas dek kapal saat Matthew sedang beraksi. Mereka menyaksikan saat Matthew dengan buasnya menghancurkan kepala sebuah zombie sampai hancur tak berbentuk, membuat serpihan otak berhamburan kemana-mana.
Untuk sesaat, hanya raungan keras dan tak lazim yang dapat terdengar, raungan seorang manusia yang sedang mengamuk. Di dalam bis, Jake, Sarah, Kaitlin, dan James meringkuk ketakutan, menutup telinga mereka sekencang mungkin agar suara mengerikan itu tidak lagi terdengar. Tidak ada yang bergerak, tidak ada yang bersuara, serta hampir tidak ada yang berani bernafas.
Sambil mengutuk perlahan, Ron berlari sambil mengepalkan tangan kirinya, lalu meninju pria muda itu tepat di bahu, serta merta pria yang baru saja mengamuk itupun terjatuh. Pria muda itu bangkit berdiri lalu terdiam sejenak, sebuah onggokan daging jatuh dari kepalan tangannya. Ron memelototinya, terlihat seperti dua buah robot yang saling bertatapan, karena mereka berdua masih sama-sama mengenakan helm.
"Sudah cukup mengamuknya, bocah. Cukup sampai disini saja." Ucap Ron sambil berjalan menjauh. Asap terlihat mengebul ke udara saat ia melepaskan helmnya dan menyalakan rokok.
---
"Kita akan segera sampai," ucap John dari balik kemudi kapal, menembus lautan Atlantik yang berwarna keabuan, warna yang menandakan tidak adanya kehidupan selama beberapa Minggu terakhir.
Matthew hanya memandangi laut tanpa mengatakan apa-apa. Ia menjadi bisu setelah kapal yang mereka tumpangi berhasil menjauh dari pantai Cape Cod, menuju sebuah harapan yang mungkin saja akan menjadi rumah baru mereka nanti.
Michael mendekati kawannya itu sambil membawa sebotol Brandy yang ia ambil dari dalam gudang di dalam kapal. Setelah meneguk Brandy itu beberapa saat, ia menyodorkan botolnya kepada Matthew yang nampaknya tak bergeming. Ia menatap kosong ke arah laut seolah tidak menyadari ada orang lain di dekatnya.
Michael mengangguk pada dirinya sendiri, lalu meneguk lagi Brandy dari botolnya, ombak terlihat menghambur di dinding kapal. Sebuah hal yang umum diketahui bahwa zombie tidak bernafas, dan mereka akan dengan mudah bertahan di dalam air.
Ketika semuanya telah naik ke atas kapal laut, Michael membayangkan tentang zombie, ratusan, atau mungkin ribuan jumlahnya, berada di dasar laut, dengan suara geramannya yang teredam oleh air laut. Akankah mereka mengikuti kami sampai ke pulau? Apakah mereka tahu bahwa kami sedang melewati mereka dari atas permukaan? Ia tidak tahu jawabannya, dan ia pun tidak akan pernah melepas baju armor pelindungnya dalam waktu dekat, meskipun keadaan sudah dirasa sedikit aman.
Ia akhirnya menatap kembali sahabatnya yang sedang menatapi sarung tangan yang terlihat berlumuran darah, dari bekas darah korban zombie yang berhasil di bunuhnya. Sebenarnya, saat Ron tengah bersusah payah membersihkan sisa-sisa pertarungan dengan zombie, Matt tidak sedikitpun melakukannya, malah membuatnya terlihat seperti sebuah zombie yang sedang berkamuflase.
"Jake dan yang lainnya ada di bawah." Ucap Michael asal bicara. "Mereka mengatakan padaku bahwa mereka ingin meminta maaf karena telah kabur pada waktu itu."
Matt masih tetap memandangi tangannya.
"Kubilang pada mereka bahwa jika mereka melakukan tindakan brengsek seperti itu lagi, akan kupatahkan kaki mereka, dan akan kujadikan santap siang para zombie."
Tidak ada respon sama sekali. Matt masih tetap memandangi kedua tangannya. "Dasar monster brengsek." Suaranya terdengar seperti bisikan.
"Hmm?" Tanya Michael.
"Monster-monster sialan. Mereka menindih ku, menggigiti ku, mencoba untuk membunuhku."
Michael tergelak mendengarnya, lalu kembali meneguk botolnya. "Coba nanti ku baca ulang buku manual tentang bagaimana menjadi seorang zombie. Tapi aku yakin itulah standar operasional prosedurnya."
"Mereka tidak berhak melakukannya." Jawab Matt, tangannya mengepal dengan kencang, bergemetar hebat dari sisa pembantaian yang baru-baru ini ia lakukan. "Tidak berhak sama sekali."
"Yeah, kau sudah menunjukkannya pada mereka." Michael mengangguk setuju. "Aku rasa mereka akan berpikir dua kali sebelum melakukannya lagi."
Matthew berkeliling melihat sekitar. "Dimana tadi kau bilang para pengecut itu berada?"
Untuk sejenak Michael terdiam, mengetahui bahwa apapun yang sedang dipikirkan oleh Matt sekarang, akan berakibat tidak baik bagi keempat pengecut itu. Tapi waktu sejenak itu harus segera berakhir. "Ada di ruang makan."
"Kau bilang tadi jika mereka kabur lagi, kau akan mematahkan kaki mereka?"
Michael mengangguk. Ucapan itu terdengar lebih kejam saat Matt sedang berjalan menuju ruang makan.
"Orang-orang brengsek itu akan lebih beruntung jika aku sendiri yang mematahkannya."
---
"Matthew! Tunggu dulu! Kau tidak harus melakukan ini!" Teriak Sarah membela diri.
Jake menatap ke atas air, lalu kembali menatap Matthew, yah sekarang sedang mencekik lehernya di bagian belakang kapal. Meskipun ia akan selamat jika dilempar ke laut, tapi dengan jarak yang cukup jauh dari pulau utama, mustahil ia akan berhasil bertahan.
"Percaya padaku, Sarah. Melempar pengecut sialan ini kedalam laut tidak akan berpengaruh apa-apa pada kita. Ron dan aku hampir saja mati, karena dia kabur!."
"Kami semua kabur melarikan diri Matt, kau tidak bisa hanya menyalahkannya begitu saja." Sarah berusaha membela suaminya.
"Dia adalah pemimpin kalian!" Bentak Matt sambil mendorong pria itu lebih dekat ke air. "Peraturan pertama menjadi seorang pemimpin, semuanya adalah salahmu!"
"Matthew, tolonglah! Aku tahu aku telah bertindak bodoh!" Ucap Jake memohon, cipratan dari mesin kapal membuatnya basah kuyup. "Berikan aku kesempatan untuk memperbaikinya. Aku bersumpah akan memperbaikinya!"
Matanya terlihat dingin seperti es, lalu ia melemparkan Jake kembali ke atas dek. Dengan cepat Jake merangkak menjauhi belakang kapal. "Kau pikir, kau bisa memperbaikinya?"
Jake mengangguk dengan cepat. "Yeah, tentu saja aku bisa."
Matthew bergeming, berpikir tentang hal apa yang dapat dilakukan Jake untuk dapat memperbaiki kesalahan yang telah ia perbuat. "Baiklah kalau begitu. Kalian semua akan menjadi kartu-keluar-dari-penjara milikku. Jika suatu saat kita terjebak lagi seperti tadi, aku akan melemparkan kalian satu-persatu agar aku dapat melarikan diri. Untuk saat ini, nyawa kalian berempat berada di tanganku."
Sarah baru saja akan membuka mulutnya, lalu ia memikirkan ulang perbuatannya saat Matt mengeluarkan pistolnya. "Atau aku akan membunuh kau dan suamimu sekarang juga, dan masalah selesai. Sayangnya, dibandingkan kalian berdua dengan anak kalian yang telah mati, justru kalian berdua lah yang paling merepotkan."
Jake menyela dengan berada di tengah-tengah antara pistol dan Sarah. "Mengerti, apapun yang kau katakan, kami akan melakukannya."
Matthew menurunkan senjatanya lalu tersenyum, meskipun humor adalah sesuatu yang absurd untuk saat seperti ini. "Aku senang sekali ketika sebuah negosiasi berjalan dengan lancar."
Baru saja terdengar suara peluit kapal, yang membuat semua orang berlari menuju ke arah geladak.
"Apa yang terjadi?" Tanya Michael penasaran.
John hanya menjawab dengan menunjuk ke arah sebuah pulau, yang berjarak sekitar beberapa ratus meter di depan.
"Lihat! Lihatlah ke langit!" Ucapnya.
Semua orang di kapal melihat ke arah langit, tampak terlihat kepulan asap yang tipis di kejauhan. Masih belum jelas apakah itu berasal dari rumah atau mobil yang terbakar, atau berasal dari sesuatu yang lain.
"Api unggun." Ujar John.
Pemandangan kapal laut yang ditambatkan, ditambah beberapa mayat bergelimpangan, mengacu hanya kepada satu jawaban.
Seseorang telah berada di pulau tersebut.
Untuk sesaat, tidak ada yang berbicara, karena harapan mereka untuk mendapatkan tempat tinggal yang baru, rumah yang aman dan nyaman, seketika lenyap seperti lilin yang tertiup angin. Suara John lah yang memecah kesunyian yang menyedihkan itu.
"Seberapa besar kemungkinannya mereka akan senang mendapatkan teman sekamar yang baru?"
kudo.vicious dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Kutip
Balas